Jumat, 20 Maret 2009

Mari Bersyukur



Begitu kita bangun pada dini hari, terasa badan jadi bugar, semangat dan tenaga kerja rasanya pulih dan kembali segar, dan ini salah satu karunia nikmat yang kadang tidak banyak direnungkan dan diperhatikan. Bukankah kita telah merasakan nikmatnya tidur sepanjang malam. Sekujur badan terbujur lemas, lena menerawang di alam mimpi, istirahat pulas menikmati tidur karunia Allah yang terakar, dan andaikata rasa kantuk itu tak kunjung tiba, berarti nikmatnya tidur tidak akan kita rasakan, apa yang terjadi ? Betapa gelisahnya perasaan ini, badan terasa gerah, ini baru sisi kecil dari kehidupan ummat manusia. Oleh karena itu, betapa hinanya kita jika tidak bersyukur, setiap hari kita merasakan nikmat-Nya tapi kita tidak pernah berterima kasih kepada Allah.
Marilah kita layangkan pandangan kita ke sekeliling lingkungan, bahwasanya setiap makhluk yang hidup di atas permukaan bumi Allah ini sangat tergantung kepada komponen udara yang telah disediakan oleh Maha Pencipta. Di dalam udara atau hawa, padanya dijumpai berbagai unsur gas, gas oksigen, nitrogen, hidrogeen, helium, zat lemas, argon, kripton dan gas-gas mulia lainnya yang kecil jumlahnya. Jadi sesungguhnya sama sekali tidak ada pabrik gas, karena manusia tak mampu membuat gas. Yang ada hanyalah pabrik memisah-misahkan gas dengan perbedaan titik didih masing-masing gas.
Untuk lebih meyakinkan diri kita, apa yang dikemukakan di atas, patutlah diketahui atau kalau ada yang telah mendalami anggaplah kita mengulang kajian lama, bahwa seorang manusia sehat dewasa dalam keadaan normal, dalam satu menit kurang lebih 20 (Dua Puluh) kali bernapas. Satu kali bernafas udara kurang lebih 2 liter udara ke dalam rongga-rongga pernapasan, ini berarti semenit akan menghirup kurang lebih 40 liter udara. Kalau sehari semalam (24 jam) kita akan mengkonsumsi 57.600 liter udara, atau dengan kata lain kita telah menggunakan gas oxygen murni (100%) sebanyak 20% dari 57.600 liter udara adalah 11.520 liter oxygen murni seharinya. Berapa besarkah nilai ekonominya ?
Saat ini umum dipasarkan satu tabung oxygen harganya Rp. 40.000 yang isinya 6000 liter yang kadar oxygen antara 97-99% berarti nilai tiap liternya adalah 40.000 : 6000 adalah kurang lebih Rp. 6.600 per liter. Ini berarti seseorang manusia sehat cuma-cuma alias gratis telah menghabiskan gas oxygen setiap harinya dengan nilai 11.520 kali Rp. 6.600 sama dengan Rp. 760.000,- kalau sebulan nilainya menjadi Rp. 22.800.000,-
Nah kalau kita ingin lebih mendalaminya lagi seberapa besar nikmat oxygen yang telah kita hirup selama hidup atau pada usia kita saat ini misalnya 40 tahun, 50 tahun atau 60 tahun rata-rata kita semua yang masih hidup, tertuang kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala dalam nilai rupiah saat ini di atas 1 milyar, rasanya memang mustahilkah? Tapi kalau tidak percaya boleh hitung sendiri setelah sampai kerumah, begitu besarnya nikmat Allah kepada hambaNya dan masih sebagian kecil nikmat yang baru kita perhatikan. Karena jika kita menghitungnya, kita tidak akan bisa menghitungnya karena nikmat Allah sangat tak terhingga, Allah berfirman, “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah tidaklah dapat kamu menghinggakannya.” (QS. Ibrahim : 34)
Marilah kita mensyukuri akan apa yang telah diberikan oleh Allah kepada kita, bukankah dalam Surat Ar-Rahman, Allah mewanti-wanti kepada kita dengan mengulang-ulang 31 kali peringatan bagi umat manusia dengan firmanNya: “NikmatKu manakah lagi yang kamu dustakan.”
Marilah kita bersama-sama meluangkan waktu merenung sejenak di tengah kesibukan mencari nafkah betapa besar karunia Allah kepada diri kita, keluarga kerabat kita, bangsa kita dan hamba Allah pada umumnya. Sebagaimana yang telah kita ketahui dengan nyata sisi-sisi kecil atas nikmat yang telah kita rasakan bernilai sekian besarnya apalagi dalam mengarungi hidup ini, masih akan mengenyam nikmat-nikmat lainnya berupa nikmat kelapangan rizki, nikmat berkeluarga, nikmat kebahagiaan, nikmat kepuasan hidup dan masih setumpuk nikmat lainnya yang sukar menyebutkannya satu persatu.
Sebagai hasil renungan kita atas nikmat ini tentunya menimbulkan kesadaran dari lubuk hati yang dalam, kemudian dituangkan dalam bentuk kesyukuran, dan kesyukuran ini tidaklah punya arti sama sekali jika hanya dalam bentuk lisan semata. Mensyukuri karunia Allah harus berupa pengakuan hati kepada kebesaran dan keagungan Allah dalam sikap dan tindakan nyata, berupa membantu hajat hidup orang-orang yang dalam kesempitan, menghibur orang-orang yang dalam kesedihan, orang yang terkena musibah, membantu mereka yang membutuhkan pertolongan, meyantuni anak-anak yatim dan badan-badan amal lainnya. Seperti dalam firman Allah : “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” (QS. Al-Israa’ : 29)
Janganlah berdalih tidak mampu sementara rizki terus mengalir masuk, penuhilah telapak tangan fakir miskin yang sedang mengulas dada tipisnya karena ketiadaan makanan hingga kelaparan berkepanjangan, ceritakanlah, kabarkanlah dan sebarkanlah kepada orang lain betapa nikmat Allah yang telah kita rasakan, ulangilah berkali-kali syukur ini kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala. Karena jika kita bersyukur, nikmat kita akan terus bertambah, ibarat orang meminta sesuatu, lalu berterima kasih kepada yang memberinya. Beberapa hari kemudian, si pemberi itu akan memberi lagi. Seperti yang difirmankan Allah, Artinya: “Jika kalian bersyukur niscaya Aku tambahkan bagimu beberapa kenikmatan, dan jika kamu sekalian mengingkarinya ingatlah siksaKu sangat pedih.” (QS. Ibrahim : 7)
Kadang kita tidak mau sekolah, padahal banyak saudara-saudara kita yang tidak bisa merasakan sekolah, sehingga kadang mereka berebut antri saat ada penyuluhan dating ke desanya. Kadang saat makan, kita selalu protes tatkala ibu kita masak sayuran hijau, padahal banyak saudara-saudara kita yang tidak bisa makan, kelaparan. Kadang kita mengalami kegemukan (obesitas) sampai melakukan program diet, padahal banyak saudara-saudara kita yang mengalami gizi buruk, terlalu kurus, sehingga ia akan mati jika diet. Kadangpula kita protes terhadap mainan kita yang tidak pernah baru, kadangpua kita iri saat ada game terbaru, padahal banyak saudara-saudara kita yang tidak memilik mainan, sehingga mereka hanya bermain dengan pasir dan air. Betapa malangnya nasib mereka, maka oleh karena itu, kita yang saat ini masih berada di atas, sepatutnya kita untuk BERSYUKUR
Ingatlah bahwa kehidupan kita seperti roda yang berputar, kadang kita berada di atas, kadangpula berada di bawah, bisa juga di tengah. Oleh karena itu, jika kita berdiam diri dan tidak mau bersyukur kepada Allah kita pun akan turun ke bawah. Begitupula saat kita berada di bawah, kita jangan menyesal dan putus asa, karena jika kita tidak mau bersyukur, kita justru akan dijatuhkan dari roda kehidupan ini. Oleh karena itu, jika kita yang berada di atas marilah kita bersyukur, karena ibarat roda jika kita mengaitkan kepada yang sesuatu di atas, roda itu tidak akan berputar. Kita pun yang berada di bawah, juga diwajibkan untuk bersyukur. Karena syukur itu ibarat sebuah tangga yang akan membawa kita ke puncak kesuksesan. Keutamaan yang lainnya Jika kita sudah bersyukur kita akan terhindar dari siksa Allah, seperti yang difirmankan Allah “Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman ? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui” (QS. An-Nisa : 147)
Marilah kita memohon kehadirat Allah Subhannahu wa Ta'ala semoga Allah menjauhkan kita dari perbuatan kufur nikmat dan memberikan limpahan karunia agar kita tetap termasuk dalam golongan yang sedikit yakni golongan orang-orang yang tahu mensyukuri nikmatNya, Amin Ya Robbal Alamien. (IMQ)

ad-dhuha edisi 51 th. II/2009

1 komentar:

  1. janji harta kepada ahli sedekah
    edisi 52

    “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 261)

    Begitu turun ayat di atas, para sahabat berbondong-bondong untuk saling memberikan hartanya. Salah satunya, Abdurrahman bin Auf ia berkata kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, aku mempunyai uang 4.000 dirham, aku sedekahkan setengahnya, dan aku berikan kepada keluargaku setengahnya.
    Begitu pula dengan Ali bin Abi tholib, meskipun ia hanya memiliki uang 4 dirham. Ia sedekahkan satu dirham di pagi hari secara sembunyi-bunyi, lalu ia sedekahkan lagi 1 dirham dengan bersembunyi pada siangnya, dan ia pun juga menyedekahkan 1 dirham lagi pada sore harinya. Dan menyedekahkan 1 dirham terakhir secara terang-terangan.
    Begitulah ketaatan para sahabat, begitu mendengar firman Allah mereka langsung mengamalkannya, meskipun itu memberatkan bagi dirinya. Meskipun ia tidak memiliki apa-apa, karena demi memperoleh pahala yang djanjikan Allah, serta demi membersihkan harta itu.
    Karena Allah berfirman, “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. At-taubah : 103)
    Maksud dari ayat tersebut zakat itu membersihkan kita dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda sehingga zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati kita dan memperkembangkan harta benda kita. Sehingga dengan kita berzakat, rasa cinta dunia kita akan berkurang, dan justru menambah akhlakul karimah pada diri kita.
    Bahkan dalam motif ekonomi saja disebutkan, “mengeluarkan modal yang sedikit demi memperoleh keuntungan yang banyak”. Sehingga, meskipun kita hanya menyedekahkan uang Rp. 1.000 asalkan kita ikhlas kita akan mendapatkan pahala yang tak terkira banyaknya. Maka tak heran, banyak pengusaha barat yang berlatarbelakang Yahudi, dan Kristen. Mereka membuat suatu pundi amal seperti yang kita kenal Bill gates foundation, Ford Foundation. Mereka selalu menyisihkan sisa labanya untuk diserahkan kepada yang membutuhkan. Lalu bagaimana dengan kita, yang berlatar belakang islam, tapi sama sekali tidak pernah mengeluarkan zakat. Orang kafir saja tahu, manfaat dan nikmatnya bersedekah, masa kita ummat islam tidak mau bersedekah.
    Selain itu, dalam harta kita terdapat hak-hak yang wajib diberikan kepada orang miskin, seperti dalam firman Allah, “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian” (QS. Adz-Dzariyat : 19)
    “Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar tidak berterima kasih kepada Tuhannya, dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya, dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta. Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur” (QS. Al-‘Adiyat : 6-9) kebanyakan manusia selalu ingkar kepada Allah, kadang kita selalu diberikan kenikmatan yang tiada tara, harta yang melimpah, mobil yang mewah. Tetapi kita sama sekali tidak pernah berterima kasih kepada Allah. Hal itu karena rasa cinta kita kepada harta dunia yang semu. Maka dari itu, untuk mengikis sifat Hubbun Duniya kita harus berzakat demi ketentraman kita di dunia dan akhirat.

    Rasulullah bersabda, “jika dikeluarkan uang darimu, uang itu akan berkata :
    Dahulu Aku Kecil, sedikit, dan tidak ada. Sekarang Aku Besar, banyak, dan ada
    Dahulu uang yang kita punya sejumlah Rp. 100.000, namun setelah kita sedekahkan uang itu dipergunakan modal oleh orang yang kita beri, sehingga lama-kelamaan, uang yang hanya Rp. 100.000 akan terus berkembang dan menjadi Rp. 200.000, sehingga terus akan berkembang. Itulah manfaat sedekah, jika kita menyedekahkan uang kita uang yang mulanya kecil, akan bertambah menjadi besar. Begitu pula uang yang hanya sedikit, akan bertambah menjadi banyak. Dan tak lupa , uang yang semulanya tidak ada menjadi ada. Itulah hikmah dari bersedekah.
    Dahulu Kau Menjagaku, Sekarang Ku Akan Menjagamu
    Uang yang selalu kita jaga, yang selalu kita simpan di dalam saku, bahkan disimpan lagi didalam dompet, bahkan karena demi menjaga uang tersebut uang itu kita masukkan ke dalam tas, dalam tas itu kita digembok lalu kita masukkan ke lemari dan dikunci rapat-rapat. Begitulah usaha kita dalam menjaga uang tersebut. Tapi apabila uang itu kita sedekahkan, uang itu akan berbalik menjaga kita dari bahaya baik di dunia maupun di akhirat.
    Ketahuilah, jika kita memberi uang kepada orang yang membutuhkan, Orang itu akan menjadi kawan kita. Sebaliknya, jika kita pelit enggan untuk mengeluarkan uang kita, maka akan banyak orang yang akan memusuhi kita. Seperti kita lihat, banyak terjadi perampokan, Karena pemilik rumah pelit, sehingga banyak yang memusuhinya. Bahkan yang lebih terbaru, ada pembantu yang tega merampok uang majikannya. Maka sedekahkan uang kita, agar kita dijaga oleh uang tersebut.
    Dahulu Aku Memusuhimu, Sekarang Aku Mencintaimu
    uang selalu menyusahkan kita, Karena kadang kita sudah berusah sekuat tenaga membanting tulang demi mengais rezeki. Sehingga seakan-akan uang itu menjauhi kita, memusuhi kita, tak mau menyentuh kita. Hal itu karena apabila kita mempunyai uang, kita tidak pernah menyedekahkannya. Uang itu akan memusuhi kita. Namun, apabila kita sering bersedekah uang itu akan mencintai kita. Bahkan akan lengket seperti perangko. Sehingga maka dari itu bersedekahlah, agar uang mencintai kita.
    Ada sebuah kisah dari Al-Fudhail bin Iyadh, ia berkata, seorang laki-laki menceritakan kepadaku: "Ada laki-laki yang keluar membawa benang tenun, lalu ia menjualnya satu dirham untuk membeli tepung. Ketika pulang, ia melewati dua orang laki-laki yang masing-masing menjambak kepal kawannya. Ia lalu bertanya, 'Ada apa?' Orang pun memberitahunya bahwa keduanya bertengkar karena uang satu dirham. Maka, ia berikan uang satu dirham kepada keduanya, dan iapun tak memiliki sesuatu.
    Ia lalu mendatangi isterinya seraya mengabarkan apa yang telah terjadi. Sang isteri lalu mengumpulkan perkakas rumah tangga. Laki-laki itu pun berangkat kembali untuk menggadaikannya, tetapi barang-barang itu tidak laku. Tiba-tiba kemudian ia berpapasan dengan laki-laki yang membawa ikan yang menebar bau busuk. Orang itu lalu berkata kepadanya, “Engkau membawa sesuatu yang tidak laku, demikian pula dengan yang saya bawa. Apakah Anda mau menukarnya dengan barang (daganganku)?” Ia pun mengiakan. Ikan itu pun dibawanya pulang. Kepada isterinya ia berkata, “Dindaku, segeralah urus (masak) ikan ini, kita hampir tak berdaya karena lapar !” Maka sang isteri segera mengurus ikan tersebut. Lalu dibelahnya perut ikan tersebut. Tiba-tiba sebuah mutiara keluar dari perut ikan tersebut
    Wanita itu pun berkata gembira, “Suamiku, dari perut ikan ini keluar sesuatu yang lebih kecil daripada telur ayam, ia hampir sebesar telur burung dara.”
    Suaminya berkata, “Perlihatkanlah kepadaku !” Maka ia melihat sesuatu yang tak pernah dilihatnya sepanjang hidupnya. Pikirannya melayang, hatinya berdebar. Ia lalu berkata kepada isterinya, “Tahukah engkau berapa nilai meutiara ini?”, “Tidak, tetapi aku mengetahui siapa orang yang pintar dalam hal ini”, jawab suaminya. Ia lalu mengambil mutiara itu. Ia segera pergi ke tempat para penjual mutiara. Ia menghampiri kawannya yang ahli di bidang mutiara. Ia mengucapkan salam kepadanya, sang kawan pun menjawab salamnya. Selanjutnya ia berbicara kepadanya seraya mengeluarkan sesuatu sebesar telur burung dara. 'Tahukah Anda, berapa nilai ini?, ia bertanya. Kawannya memperhatikan barang itu begitu lama, baru kemudian ia berkata, 'Aku menghargainya 40 ribu. Jika Anda mau, uang itu akan kubayar kontan sekarang juga kepadamu. Tapi jika Anda menginginkan harga lebih tinggi, pergilah kepada si fulan, dia akan memberimu harga lebih tinggi dariku'.
    Maka ia pun pergi kepadanya. Orang itu memperhatikan barang tersebut dan mengakui keelokannya. Ia kemudian berkata, 'Aku hargai barang itu 80 ribu. Jika Anda menginginkan harga lebih tinggi, pergilah kepada si fulan, saya kira dia akan memberi harga lebih tinggi dariku'.
    Segera ia bergegas menuju kepadanya. Orang itu berkata, 'Aku hargai barang itu 120 ribu. Dan saya kira, tidak ada orang yang berani menambah sedikit pun dari harga itu!' 'Ya', ia pun setuju. Lalu harta itu ditimbangnya. Maka pada hari itu, ia membawa dua belas kantung uang. Pada masing-masingnya terdapat 10.000 dirham. Uang itu pun ia bawa ke rumahnya untuk disimpan. Tiba-tiba di pintu rumahnya ada seorang fakir yang meminta-minta. Maka ia berkata, 'Saya punya kisah, karena itu masuklah'. Orang itu pun masuk. Ia berkata, 'Ambillah separuh dari hartaku ini. Maka, orang fakir itu mengambil enam kantung uang dan dibawanya. Setelah agak menjauh, ia kembali lagi seraya berkata, 'Sebenarnya aku bukanlah orang miskin atau fakir, tetapi Allah Ta'ala telah mengutusku kepadamu, yakni Dzat yang telah mengganti satu dirhammu dengan 20 qirath. Dan ini yang diberikanNya kepadamu adalah baru satu qirath daripada-nya, dan Dia menyimpan untukmu 19 qirath yang lain.”

    Itulah hikmah dari bersedekah, orang di atas hanya gara-gara merelakan uang satu dirham, di kala kondisinya yang memprihatinkan. Akhirnya ia mendapat ratusan, bahkan ribuan kali lipat dari itu. Maka dari itu, bersedekahlah karena lebih baik tangan di atas, daripada tangan dibawah. Namun, bagi kita yang tidak memiliki uang, berusahalah karena nabi tidak menyukai orang yang tak mau berusaha, Rasulullah bersabda “Mencari kayu bakar seberkas lalu dipikul di atas punggungnya terus dijual itu lebih baik bagi seseorang dari pada mengemis kepada orang lain yang kadang-kadang diberinya atau tidak”. Berusahalah untuk menjadi pemberi, naikkan tangan kita untuk berada di atas. Bersedekahlah, karena uang itu akan mendo’akan kita. Mulai dari sekarang, sisihkan uang kita untuk disedekahkan kepada orang yang membutuhkan. (imq)

    BalasHapus