Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, Laa ilaaha illallahu wallahu akbar, Allahu akbar walillahilham, gema takbir berseru di seluruh penjuru dunia, di masjid-masjid, musholla-musholla, semua ummat islam menyerukan gema takbir menandakan berakhirnya bulan ramadhan, dan untuk menyambut datangnya hari kemenangan, hari nan fitri, dimana semua orang saling bersillaturrahmi, dan saling memaafkan.
Alhamdulillah, kita baru saja memenangkan pertempuran yang dahsyat, hingga satu bulan lamanya, yakni perang dengan hawa nafsu. Dan kini kita telah menyambut bulan syawal, bulan kemenangan. Tapi, seperti tradisi-tradisi sebelumnya, dimana kita sudah melaksanakan ibadah pada bulan ramadhan, seiring dengan masuknya bulan syawal, atau bahkan pada akhir ramadhan kita justru tidak melaksanakan ibadah itu lagi. Padahal Allah sudah mengingatkan kita dalam AL-Qur’an :
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain” (Alam Nasyrah : 7)
Jadi, apabila kita sudah menyelesaikan suatu amalan, sesudahnya kita jangan ditinggalkan begitu saja. Karena, apa gunanya kita beribadah pada saat bulan ramadhan jika sesudahnya kita tidak melakukannya, bahkan meninggalkannya.
Dalam hidup ini kita harus berpikir dinamis, jangan statis. Di zaman yang serba canggih, dan terus berkembang, dan terus maju. Ideologi dinamis harus kita tanamkan dalam diri kita. Karena jika ideologi statis, tak ada rasa ingin maju, maka kita akan tergeser oleh zaman itu. Nabi pernah bersabda, “Waktu itu ibarat pedang, jika pedang itu tidak kita gunakan dengan baik, maka pedang itu akan membunuh kita”. Oleh karena itu, pada saat syawal kebiasaan-kebiasaan baik di kala ramadhan harus kita bawa, kita kelola, dengan ke-istiqomahan, lambat laun ibadah itu akan terus meningkat.
Seperti pada saat kegiatan santunan dhuafa, pada tahun pertama jumlah dhuafa yang disantuni hanya 90 dhuafa, dengan nominal santunan Rp. 50.000. tahun kedua, kegiatan ini terus melebarkan sayap kegiatannya hingga menambah dhuafa yang disantuni mencapai 196 dhuafa, dengan nominal yang sama. Dan Alhamdulillah pada tahun ini jumlah dhuafa yang disantuni mencapai 250 dhuafa, dengan nominal santunan Rp. 100.000,-. Tahun depan, kita harus lebih menambah dhuafa hingga 300 dhuafa, dan juga merubah dhuafa menjadi muzakki, dengan memberikan modal kerja + Rp. 500.000. dan menambah isi bungkusan santunan, yang tahun ini berisi beras 10 kg, gula 1 kg, minyak goreng 1 liter, mie instan 10 bungkus, dan 1 sarung. Sehingga tahun depan kita harus berusaha untuk menambah 1 baju muslim. Kita harus selalu berpikiran dinamis, yang selalu maju seiring dengan perkembangan zaman.
Tapi permasalahan masyarakat dunia pada saat ini adalah kekeras kepalaan ummat ketika diperintahkan untuk beribadah. Dan mengatakan nenek moyangnya telah menyuruhnya untuk berbuat keji, sehingga tidak mau untuk melaksanakan perintah-perintah Allah. Peristiwa ini dicerminkan dalam AL-Qur’an :
“Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: "Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya. Katakanlah : "Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji." Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui ?.” (Al-A’raf : 28)
Itulah sifat manusia, selalu keras kepala saat diberitahu akan sesuatu, dan selalu menyalahkan orang tuanya karena telah mengajari perbuatan yang keji. Sehingga di hari nan fitri ini, kita harus terus maju baik dalam beribadah, menjalani civitas kehidupan. Ramadhan adalah permulaan (pemanasan), pada idul fitri ini adalah saat untuk mengerjakan ibadah inti, melanjutkan ibadah – ibadah pada saat pemanasan
dengan mencari idola-idola dalam beribadah, seperti dalam bidang AL-Qur’an, kita tiru Muammar dalam suaranya, Quraish Shihab dalam penafsirannya, dan idola-idola lain agar kita semua mau untuk beribadah, meng-istiqomahkannya, dan menjadikan ibadah sebagai suatu kebiasaan.
Semoga di bulan syawal, bulan bermaaf-maafan yang penuh kerahmatan dan keberkahan, ini kita semakin meningkatkan kwalitas ibadah kita, menjadi hambanya yang sejati. Dengan saling bersillaturrahmi ke tetangga, saudara, dan kerabat, saling memuliakan tamu (Ikramul Muslimin), puasa syawal selama 6 hari, dan menjadikan bulan selain ramadhan selayaknya bulan Ramadhan. Agar kita memperoleh rahmat dan berkah-Nya, Amiin. Taqabbalallhu minna wa minkum. Minal Aidin, wal Faizin. (IMQ).
Kamis, 05 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar