ulan ramadhan adalah bulan yang awalnya adalah rahmat, pertengahannya adalah maghfirah, dan akhirnya adalah pembebasan dari api neraka. Ramadhan juga merupakan bulan dimana kita mampu menuai pahala. Setiap amalan sunah akan diberi sebagaimana amalan wajib. Dan setiap amalan wajib diberi 70 x pahala fardlu jika dikerjakan dibulan lainnya.
Namun seringkali kita tidak menjadikan bulan ini sebagai sebuah ladang pahala. Hendaknya kita berfikir sejauh mana perhatian kita dalam menyempurnakan kewajiban dan menambah amalan sunah di dalam bulan ini. Kebanyakan kita meneruskan tidur setelah sahur, sehingga mengqodlo’ sholat subuh, atau setidak-setidaknya tertinggal sholat berjama’ah. Demikian juga dengan sholat maghrib. Ketika itu biasanya kita sedang sibuk berbuka puasa, sehingga tertinggal rakaat pertama. Begitu juga pada waktu sholat isya’, karena beranggapan untuk menggali kebaikan- kebaikan pada sholat taraweh, banyak yang sholat isya’ sebelum waktunya.
Demikianlah amalan kita pada bulan ramadhan. Karena ingin menunaikan satu amalan wajib (puasa), tiga amalan wajib lainnya dilalaikan. Sedangkan sholat dzuhur, karena tidur sebelum dhuhur, kita tertinggal sholat berjama’ah dhuhur. Begitu juga sholat ashar. Karena sibuk mempersiapkan makanan ifthor, sehingga tertinggal sholat berjama’ah ashar.
Itulah yang semestinya kita fikirkan. Sejauh mana kita menunaikan kewajiban- kewajiban kita pada bulan ramadhan yang penuh berkah ini. Jika yang wajib saja sulit untuk kita amalkan, bagaimana dapat menjalankan amalan-amalan sunah ? Waktu sholat tahajjud seringkali habis karena digunakan untuk sahur. Sholat isyraq dan dhuha pada bulan ramadahan sering kita tinggalkan karena tidur. Kita beranggapan bahwa tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah lalu kita tidur seharian. Seharusnya semangat kita terlecut. Kalau tidurnya saja dianggap sebagai ibadah, apalagi ibadahnya membaca al-qur’an, qiyamullail tentu akan mendapatkan pahala yang besar.
Imam Al-Ghazali ra. Berkata : “tujuan puasa adalah untuk menundukkan hawa nafsu dan melawan iblis yang mengalir dalam aliran darah kita”. Lalu bagaimana hal itu dapat tercapai jika berbuka puasa dengan berlebihan dengan niat mengganti makanan yang telah hilang ? Jika demikian berarti kita hanya merubah waktu makan, bukan berpuasa bahkan makan lebih banyak daripada bulan lainnya. Alih-alih menundukkan nafsu, kita malah memanjakan nafsu pada bulan ramadhan.
Kita ingin ramadhan ini lebih baik dari ramadhan tahun lalu. Kita tidak menginginkan puasa Kita seperti yang disinyalir oleh rasulullah. Dalam hadist riwayat Ibnu Majah dan Masa’i dan Ibnu Khuzaimah bahwa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapatkan apapun dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga.
Kita tidak ingin pahala puasa kita berkurang disebabkan :
Mata kita yang masih memandang perkara- perkara maksiat,
Lidah kita yang keluar darinya perkataan dusta, bicara sia-sia, fitnah, pertengkaran, umpatan,gf
Telinga kita yang masih mendengar ucapan yang haram, sebagaimana ghibah (membicarakan aib orang lain) dll. jh
Anggota badan kita yang masih tergoda dalam perkara yang diharamkan oleh allah.
Di dalam kitab al-targhib ibnu mas’ud r.a meriwayatkan bahwa setiap malam pada bulan ramadhan, seorang penyeru dari langit berseru, “Wahai pencari kebaikan, mendekatlah dan tingkatkanlah amal shalehmu. Wahai pencari kemaksiatan, berpalinglah dari kemaksiatan dan bukalah matamu”. Lalu malaikat itu berseru, “adakah pencari maghfiroh, agar dosa-dosanya diampuni ? adakah orang yang bertaubat agar taubatnya diterima ? adakah yang berdo’a, agar do’anya diterima ? adakah pula yang meminta agar keinginannya dipenuhi ?”.
Apakah kita tidak menghiraukan seruan itu, kemudian larut dengan kemaksiatan yang muncul dari layar kaca. Walaupun sebenarnya derajat kemaksiatan di TV, selama ramadhan, sudah diturunkan sedemikian rupa namun kalau tidak hati-hati akan merusak pahala puasa kita.
Apalagi malam-malam ramadhan ini seperti malam di bulan lainnya. Sepi dari amal sholeh. Katakan tidak wahai saudaraku ! hidupkan malam ramadhan sebagaimana malam ramadhan rasulullah. ‘Aisyah r.ha. meriwayatkan bahwa “Apabila bulan ramadhan tiba, raut wajah rasulullah saw. Berubah, beliau lebih memperbanyak jumlah rakaat sholatnya (sunnah), dan berdo’a dengan lebih tawadhu’ dengan rasa takut yang lebih besar kepada Allah. Menurut riwayat lain, beliau tidak pernah berbaring di tempat tidurnya hingga habis bulan ramadhan”.
Mari meraih janji Rasulullah. “Barang siapa berpuasa di bulan ramadhan dengan iman dan mengharap pahal, akan diampuni dosa-dosa yang telah lalu.
Semoga selepas ramadhan kita menjadi insan yang bertaqwa pada Allah. Mewarnai bulan yang lainnya dengan suasana ketaatan dan ketaqwaan sebagaimana di bulan ramadhan, amiin. (yns)
Kamis, 05 Maret 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar