Jumat, 28 Agustus 2009

Andai Ini Ramadhan Terakhir - In'amul Muttaqien




Bulan Ramadhan ibarat sebuah olimpiade / kejuaraan yang mempertandingkan beberapa cabang olahraga. Namun, bukan cabang olahraga layaknya Sepak bola, Basket yang akan diperlombakan dalam Olimpiade Bulan Ramadhan ini, melainkan Semua Amalan Ibadah & Akhlak yang terpuji yang akan dipertaruhkan dalam gebyar Ramadhan ini. Barangsiapa yang memiliki point tertinggi itulah yang akan memperoleh Kampiun Ramadhan, dan juga akan mendapat ridho Allah Swt.

Ramadhan juga Layaknya Pertarungan Antara Kata Hati dengan Nafsu. Pertarungan yang tidak akan pernah terselesaikan, tergantung dari dengan siapa kita akan berkoalisi pada perang ini. Jika anda berkoalisi dengan Malaikat, tentunya Kata Hatilah yang akan memenangkan Duel ini. Tentunya dengan diiringi bertambahnya pasukan Pahala dalam Hati kita. sebaliknya jika kita berkoalisi dengan Syaitan & iblis, dengan mengikuti hawa nafsu, melakukan maksiat. Tak ayal, Nafsulah yang akan menang.

Pertanyaan yang sering terlintas di pikiran kita : “target kita pada ramadhan tahun ini apa?”

Ya ! itulah yang mesti kita tanamkan dalam hati, target yang harus kita capai pada ramadhan tahun ini apa ? apakah kita mau menyia-nyiakan suatu momen 1 tahunan yang sangat mulia ini ?. Apakah kita hanya mau melalui bulan nan mulia ini dengan suatu yang hampa ?. Apakah kita mau sebagai Atlet tidak membawa sebuah medali pun dalam Olimpiade Ramadhan ini ? apakah kita mau menjadi seorang Gladiator yang Gugur di Medan perang ?

Namun, Siapa yang mengira bahwa ini merupakan ramadhan kita yang terakhir kali ! Dimana kita tidak bisa bertemu Dengan bulan yang penuh dengan keberkahan ini kelak. Begitu menyesalnya kita apabila kita melalui ramadhan Terakhir kita dengan sesuatu yang tidak bermanfaat. Kita lalui dengan sesuatu yang keluar dari Syariat Islam. Menyia-nyiakan Kesempatan Besar yang sudah ada di depan Mata kita ! Menolak Rejeki Nomplok yang akan diberikan kepada kita !


Wahai insan, renunglah engkau akan nasib diri
Wahai qalbu, sedarkah engkau akan gerak hati
Wahai aqal, terfikirkah engkau akan apa yang bakal terjadi

Andai ini merupakan Ramadhan kami yang terakhir kali
Buat kami sekujur jasad yang bakal berlalu pergi Tatkala usia bernoktah di penghujung kehidupan duniawi Apabila tiba saat tepat seperti yang dijanji Ilahi Kematian... adalah sesuatu yang pasti.....

Andai kami tahu ini Ramadhan terakhir
Tentu siangnya kami sibuk berzikir "a'la bizikrallahi tat mainnal qulub" (Bukankah dgn berzikir itu hati akan menjadi tenang..) Biarpun anak tekakkami kering kehausan air Tentu kami tak akan jemu melagukan syair Rindu mendayu.. Merayu... Kepada-NYA Tuhankami yang satu...

Andai kami tahu ini Ramadhan terakhir
Tentu solat kami dikerjakan di awal waktu Solat yang dikerjai... Sungguh khusyuk lagi tawadhu 'Tubuh, minda, dan qalbu...
bersatu memperhamba diri Mengadap Rabbul Jalil... Menangisi kecurangan janji "innasolati wanusuki wamahyaya wamamati lillahirabbil 'alamin" (sesungguhnya solatku, ibadahku, hidupku, dan matiku...kuserahkan hanya kepada Allah Tuhan seru sekelian alam)

Andai kami tahu ini Ramadhan terakhir
Tidak akan kami persiakan walau sesaat yang berlalu Setiap masa tak akan dipersia begitu saja Di setiap kesempatan juga masa yang terluang
Alunan Al-Quran bakal kami dendang... bakal kami syairkan

Andai kami tahu ini Ramadhan terakhir
Tentu malammu kami sibukkan dengan Berterawih... Berqiamullail... Bertahajjud... Mengadu... Merintih... Meminta belas kasih....
"sesungguhnya aku tidak layak untuk ke syurga-MUtapi... aku juga tidak sanggup untuk ke neraka-MU"

Oleh itu duhai Ilahi... Kasihanilah kami hamba-MU yang... Hina.. Dhaif.. Jahil.. Lagi Banyak Dosa ini..
Menikmati bulan yg dirindui oleh nabi dan sahabatNya.. Moga setiap langkah kami zuhud kepada MU.. Moga kami istiqamah di ramadhan ini..
ANDAI KAMI TAHU INI RAMADHAN TERAKHIR………

andai kami tahu ini Ramadhan terakhir………
tentu diri kami tak akan melupakan mereka yang tersayang mari kami meriahkan Ramadhan kami buru...kami cari...suatu malam idaman yang lebih baik dari seribu bulan

andai kami tahu ini Ramadhan terakhir………
tentu kami bakal menyediakan batin dan zahir mempersiap diri...rohani dan jasmani menanti-nanti jemputan Izrail di kiri dan kanan ...lorong-lorong ridha Ar-Rahman

Duhai Ilahi....
andai ini Ramadhan terakhir buat kami……… jadikanlah ia Ramadhan paling berarti...paling berseri...
menerangi kegelapan hati kami menyeru ke jalan menuju ridho serta kasih sayangMu Ya Ilahi semoga bakal mewarnai kehidupan kami di sana nanti

andai mungkin ini Ramadhan terakhir buat kami Maafkan semua kesalahan yang pernah kami lakukan ………..


Hasan Al-Bana mengatakan, “kewajiban yang harus kita penuhi jauh lebih banyak dibandingkan Waktu yang kita miliki. Maka segera selesaikan urusan-urusanmu, dan bantulah saudaramu untuk menyelesaikan kewajibannya.”
Rasulullah pun bersabda, “Bersegeralah untuk beramal, jangan menundanya hingga datang tujuh perkara. Apakah akan terus kamu tunda untuk beramal kecuali jika sudah datang: kemiskinan yang membuatmu lupa, kekayaan yang membuatmu berbuat melebihi batas, sakit yang merusakmu, usia lanjut yang membuatmu pikun, kematian yang tiba-tiba menjemputmu, dajjal, suatu perkara gaib terburuk yang ditunggu, saat kiamat, saat bencana yang lebih dahsyat dan siksanya yang amat pedih.” (HR. Tirmidzi)

Namun tak akan ada manusia yang bakal mengetahui apakah Ramadhan ini merupakan yang terakhir kali bagi dirinya yang mampu bagi seorang hamba itu hanyalah berusaha...bersedia...meminta belas-NYA

Usaha kita itulah yang menentukan tercapainya target kita .. Barangkali kita yang sering terlupa akan kesibukan pekerjaan.. Ketahuilah pekerjaan anda itu pun bisa menjadi ibadah bagi ALlah.. Begitu juga para siswa & mahasiswa yang sibuk menuntut ilmu. Ketahui pula.. Itupun juga ibadah.. para Penjual Makanan saat Ramadhan, mungkin kita mengiranya hanya untuk memperoleh Laba. Namun di Mata Allah pekerjaan itu bisa berupa Ibadah, karena Para penjual makanan itulah yang memotivasi kita untuk berbuka. Maka jangan pesimis masih banyak puluhan hngga ratusan cabang ibadah yang diperlombakan pada bulan ini..oleh karena itu marilah kita melakukan sesuatu yang baik, yang dperintahkan allah… karena target utama dalam puasa adalah “la’allakum tattaqun”…

Ketahuilah sesungguhnya kehidupan itu ibarat jalan yang berduri.. jika kita tidak selalu berhati-hati…(bertaqwa) justru kita sendirilah yang akan sengsara… marilah kita tngkatkan ibadah.. semua badah yang kita bisa… semua amalan yang kita mampu… demi mendapatkan piala EMAS Ramadhan… Demi memperoleh Penghargaan “Lailatul Qodar”. (imq)

Rabu, 26 Agustus 2009

Selamat Datang, Ramadhan Kareem


"Ya Allah, sesungguhnya bulan Ramadhan telah tiba. Wahai Tuhan Pemilik bulan Ramadhan. Engkau telah menurunkan al-Quran di dalamnya, dan telah menjadikannya sebagai penjelas atas petunjuk dan pembeda antara yang haq dan yang batil. Wahai Tuhan kami, berkatilah kami di dalamnya dan bantulah kami dalam menunaikan puasa serta shalat di dalamnya. Terimalah amal-amal kami di dalamnya."
Itulah cuplikan doa yang selalu dilantunkan oleh lisan suci Rosulullah saww ketika tiba malam pertama di bulan Ramadhan. Bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat diagungkan oleh Allah SWT. Bulan yang selalu dinanti-nantikan oleh para pecinta Allah. Sebab, malam-malamnya pada bulan ini lebih utama dari bulan lainnya, hari-harinya lebih utama dari bulan lainnya. Pada bulan inilah semua amalan diterima. Bahkan, nafas-nafas manusia pada bulan ini adalah tasbih kepada Allah, tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah kepada Allah.
Untuk mengetahui lebih dalam lagi apa yang ada dalam bulan Ramadhan, kita lihat cuplikan khotbah Rosulullah saww di hadapan para sahabatnya, ketika menjelang Ramadhan tiba, yang diriwayatkan oleh Syekh Shoduq dari Imam Ridho as dari ayah-ayahnya dari Amiril mukminin Ali bin Abi Thalib as.
"Wahai manusia, sesungguhnya telah tiba kepada kalian bulannya Allah dengan keberkahan, rahmat dan pengampunan. Bulan yang lebih utama dari bulan-bulan lainnya di sisi Allah, hari-harinya lebih utama, malam-malamnya lebih utama, dan waktu-waktunya paling utama dengan bulan lainnya. Bulan, dimana kalian semua di seru di dalamnya menjadi tamunya Allah, dan di dalamnya kalian dijadikan sebagai kemuliannya Allah, nafas-nafas kalian di dalamnya menjadi tasbih, tidur kalian di dalamnya adalah ibadah, amal kalian di dalamnya diterima, doa kalian di dalamnya dijawab. Oleh karena itu, mohonlah kepada Allah Tuhan kalian dengan niat yang ikhlas dan dengan hati yang suci…
Dengan lapar dan haus kalian pada bulan ini, ingatlah lapar dan hausnya kalian nanti pada hari kiamat, bersedekahlah kalian kepada kaum faqir miskin, muliakanlah orang yang lebih tua dari kalian dan kasihanilah orang yang lebih muda dari kalian. Sambungkanlah tali silaturahim kalian dan jagalah lisan-lisan kalian, tutuplah mata dan telinga kalian dari semua yang tidak dihalalkan untuk di lihat dan di dengar. Sayangilah anak-anak yatimnya manusia seperti kalian menyayangi anak yatim kalian. Tobatlah kepada Allah dari semua dosa kalian, angkatlah tangan-tangan kalian untuk berdoa pada setiap solat kalian, sebab itu paling utamanya waktu dan Allah akan melihat pada waktu itu dengan kasih sayang pada seluruh hamba-Nya, Dia akan menjawab jika mereka memohon dan Dia akan mengabulkan jika mereka berdoa.
Wahai manusia, sesungguhnya diri-diri kalian bergantung pada seluruh amal kalian, maka tebuslah dengan memohon ampunan (istighfar).
Wahai manusia, siapa diantara kalian yang memberi makanan pada waktu berbuka pada seorang mukmin di bulan ini, maka di sisi Allah sama halnya dengan dia telah membebaskan budak dan mendapat pengampunan dari dosa-dosanya yang telah lewat. Lalu ditanyakan kepada Rosulullah ; "Ya Rosulullah, tidak semuanya dari kami mampu melaksanakannya?" Rosul menjawab ; "Takutlah kalian pada api neraka, walaupun dengan separuh kurma, walaupun dengan seteguk air. Sesungguhnya Allah Ta'ala akan memberikan balasan-Nya tersebut pada orang yang memberikan sedikit jika dia tidak mampu lebih dari itu."
Wahai manusia, sesungguhnya seluruh pintu Sorga di buka di dalam bulan ini, oleh sebab itu, mohonlah pada Tuhan kalian supaya Dia tidak menutupnya untuk kalian. Pintu-pintu Neraka ditutup dalam bulan ini, oleh karena itu, mohonlah pada Tuhan kalian supaya Dia tidak membukanya untuk kalian, serta seluruh Setan diikat, maka mintalah pada Tuhan kalian supaya tidak membelenggu kalian…"
Betapa agung keutamaan bulan Ramadhan, seperti yang dikatakan Rosulullah saww. Pada bulan ini pula terdapat satu malam yang keutamaannya lebih baik dari seribu bulan. Kita harus gapai satu malam itu dengan ruh dan jasad kita. Oleh sebab itu, mari kita berhati-hati dan berusaha untuk lebih melihat kembali kepada apa yang akan kita kerjakan pada bulan yang mulia ini. Bagaimana kita harus menjaga setiap anggota tubuh kita dari mulai mata, telinga, kaki dan lain sebagainya. Sebab makna dari puasa bukan hanya menahan lapar dan haus semata, tetapi makna puasa adalah seperti yang dikatakan dalam hadits ; " Jangan sampai hari puasamu seperti hari tidak puasamu", juga dalam hadits lain dikatakan ;
"Sesungguhnya puasa bukanlah menahan makan dan minum semata, jika kalian puasa maka jagalah lisan-lisan kalian dari berbohong, tutuplah mata-mata kalian dari segala yang di haramkan oleh Allah, janganlah kalian saling berselisih, jangan saling iri, jangan saling mengumpat, jangan saling bermusuhan dan janganlah kalian melupakan zikir kepada Allah dan shalat. Kewajiban kalian adalah diam dan bersabar, menjauhi para pelaku keburukan. Jauhilah ucapannya pendusta, permusuhan, buruk sangka, pengumpat, dan pengadu domba. Dekatkan diri kalian pada Akhirat dengan menanti hari-hari kalian (kedatangan Imam Mahdi af dari keluarga Muhammad saww) penantian yang sudah di janjikan Allah SWT yang menjadi bekal kalian untuk bertemu dengan Allah SWT. Oleh karenanya, kalian harus tenang, khusyu', merendahkan diri serta merasa hina dihadapan Tuhan kalian dengan rasa takut dan harap kepada-Nya…
Sesungguhnya puasa bukanlah menahan makan dan minum semata, akan tetapi Allah telah menjadikannya tabir dari selain keduanya yaitu penghalang dari perbuatan dan ucapan, betapa sedikit yang berpuasa dan betapa banyak yang lapar.
Banyak sekali amalan yang harus di kerjakan oleh setiap mukmin pada bulan Ramadhan, baik amalan umum ataupun khusus. Salah satu amalan umum yang sangat di tekankan sekali untuk di kerjakan pada bulan ini adalah memperbanyak bacaan Al-Quran. Sebab, pada bulan inilah Allah telah memperlihatkan keagungan-Nya melalui jiwa suci Rosul saww dengan menurunkan Al-Quran. Dalam hadist disebutkan bahwa dianjurkan untuk mengkhatamkan Al-Quran sekali dalam setiap bulannya, dan untuk bulan Ramadhan ini dianjurkan untuk mengkhatamkan Al-Quran sekali dalam setiap tiga hari. 'Alamah Majlisi ra menyebutkan bahwa seluruh Imam suci as selalu mengkhatamkan Al-Quran dalam bulan Ramadhan sebanyak empat puluh kali bahkan lebih dari itu. Dan siapa yang mengkhatamkan Al-Quran sebanyak itu, maka dia akan dikumpulkan pada hari Akhirat bersama mereka orang-orang suci.
Amalan umum yang lainnya yang juga ditekankan oleh Rosul saww adalah memperbanyak doa, shalat, istigfar dan ucapan laa ilaaha illAllah. Diriwayatkan bahwa Imam Ali Zainal Abidin as jika telah memasuki bulan Ramadhan tidak keluar ucapan dari mulut sucinya kecuali doa, tasbih, istigfar dan takbir.
Selesai kita melaksanakan puasa di bulan Ramadhan, ada satu amalan lagi yang jangan sampai kita melupakannya yaitu mengeluarakn zakat fitrah, yaitu setiap muslim wajib mengeluarkan sebagian hartanya dimulai dari saat ghurub (terbenamnya matahari) malam Idul Fitri hingga menjelang waktu dzuhur hari tanggal satu syawal (untuk tata cara dan sebagainya disebutkan di dalam buku-buku fiqih). Sebab, zakat fitrah adalah satu kewajiban yang sangat ditekankan bagi setiap muslim. Zakat Fitrah ini adalah sebagai salah satu syarat diterimanya puasa bulan Ramadhan dan menjadi penyebab bagi yang melaksanakannya untuk bertemu dengan puasa tahun berikutnya.
Ya Allah, masukkanlah kami dengan kemurahan-Mu ke dalam orang-orang yang saleh, dan masukkanlah kami ke dalam sorga Illiyyin. Berilah kami minum dengan air yang mengalir dari mata air Salsabil. Nikahkanlah kami dengan rahmat-Mu kepada bidadari-bidadari Sorga yang bermata jelita…
Anugerahkanlah kepada kami keberhasilan memperoleh (keutamaan) malam al-Qadr, kesempatan menunaikan ibadah haji ke Baitullah al-Haram dan meraih kesyahidan di jalan-Mu. Kabulkanlah semua permohonan dan tuntutan kami ini.[]
Akan datang suatu zaman atas umatku, mereka tidak mengenal ulama kecuali dengan pakaian yang bagus. Dan mereka tidak mengenal Al-Quran kecuali dengan suara yang merdu. Serta tidak menyembah Allah kecuali hanya di bulan puasa. Jika itu telah terjadi maka Allah akan menguasakan atas mereka pemimpin yang bodoh, yang tidak mengenal belas kasih serta tidak memiliki rasa rahmat.
[Dikutip dari 560 Hadis dari 14 Manusia Suci, Hadis dari Rasulullah Saww]

Menyambut Puasa, ALa Rasulullah

Segala puji bagi Allah tuhan sekalian alam.Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada baginda Nabi Muhammad s.a.w.. Mari kita mohon kepada Allah, Dzhat Yang Maha Agung, semoga menjadikan kita termasuk orang-orang yang apabila mendapatkan rizqi bersyukur, apabila mendapatkan cobaan bersabar dan apabila melakukan dosa atau kesalahan mau meminta ampunan. Umat Islam saat ini sedang berada dalam masa yang sangat mencemaskan dan dalam perjalanan sejarahnya yang penuh onak dan duri. Tidak sedikit negara-negara Islam saat ini mengalami penderitaan yang sangat berat berupa kemiskinan, ditindas, dibantai, dijajah dlsb.
Ramadhan sebentar lagi akan tiba, dan ini merupakan suatu momentum yang sangat tepat bagi kita kaum muslimin untuk menyamakan persepsi bahwa kita ini sebenarnya adalah satu tubuh, apabila salah satu organ tubuh terserang sakit maka seluruh tubuh akan merasakan sakit yang sama. Bulan Ramadhan juga merupakan ajang kita untuk "bertadharru', meratap kepada Allah agar segala kesusahan, kedlaliman dan diskriminasi dijauhkan dari kita. Dan semoga umat ini juga ditunjukkan jalan yang benar, yaitu jalan dimana para pejuang kebenaran diberikan kejayaan atas orang-orang pembuat kerusakan. Semoga Allah menggandeng tangan umat ini kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Tinggal beberapa hari lagi, kita kedatangan bulan Romadhan. Sudah sewajarnya kita menyambutnya dengan suka cita. Dulu para sahabat dan tabi'in senantiasa memanjatkan do'a agar di pertemukan kembali dengan bulan Ramadhan. "Ya Allah sampaikan kami kepada bulan Ramadhan berikutnya".
KEUTAMAAN RAMADHAN.
Keutamaan ini bisa dilihat dari turunnya Al-Qur'an pada bulan Ramadhan. Ini merupakan tanda yang cukup jelas betapa mulianya bulan ini, karena Al-Qur'an adalah Kalamullah yang diturunkan untuk menjadi petunjuk dan pedoman hidup bagi umat manusia. Allah berfirman "Bulan Ramadhan merupakan bulan dimana diturunkan al-Qur'an di dalamnya untuk menjadi petunjuk bagi manusia, dan tanda-tanda dari petunjuk dan pembeda (dari yang benar dan batil)". Untuk itulah Allah mewajibkan kaum muslimin untuk memanfaatkan bulan ini dengan sebaik-baiknya dengan melaksanakan puasa sebagai realisasi rasa syukur kita kepada Allah atas ni'mat bulan Ramadhan, "Barangsiapa menemukan bulan (Ramadhan) maka berpuasalah”. Ramadhan merupakan bulan puasa, bulan mendirikan sholat, bulan memperbanyak membaca al-Qur'an, bulan yang penuh rahmat, maghfiroh dan pembebasan dari api neraka, bulan dimana segala amal kebajikan dilipatgandakan dan amal keburukan dan maksiat dimaafkan, bulan segala do'a dikabulkan, dan derajatnya ditinggikan. Allah mewajibkan puasa ini agar kita bisa bertaqwa dengan sesungguhnya, sebagaimana firman Allah :
"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atasmu melaksanakan puasa sebagaimana yang diwajibkan atas kaum sebelummu, agar kamu bertaqwa". (QS. Al-Baqoroh : 183)
Taqwa adalah buah yang diharapkan mampu di hasilkan oleh puasa. Buah tersebut akan menjadi bekal orang beriman dan periasai baginya agar tidak terjatuh dalam jurang kemaksyiatan. Seorang ulama sufi pernah berkata tentang pengaruh taqwa bagi kehidupan seorang muslim; “Dengan bertaqwa, para kekasih Allah bisa terlindungi dari perbuatan yang tercela, dalam hatinya diliputi rasa takut kepada Allah sehingga menyebabkannya senantiasa terjaga di malam hari untuk beribadah, lebih suka menahan kesusahan dari pada mencari hiburan, rela merasakan lapar dan haus, merasa dekat dengan ajal sehingga mendorongnya untuk memperbanyak amal kebajikan. Taqwa merupakan kombinasi kebijakan dan pengetahuan, serta gabungan antara perkataan dan perbuatan.
Di antara keutamaan bulan Ramadhan adalah seperti yang dijelaskan Rasulullah s.a.w. : "Ketika datang malam pertama dari bulan Ramadhan seluruh syaithan dibelenggu, dan seluruh jin diikat. Semua pintu-pintu neraka ditutup , tidak ada satu pintu pun yang terbuka. Semua pintu sorga ibuka hingga tidak ada satupun pintu yang tertutup. Lalu tiap malam datang seorang yang menyeru; "Wahai orang yang mencari kebaikan kemarilah; wahai orang yang mencari keburukan menyingkilah. Hanya Allah lah yang bisa menyelamatkan dari api neraka". (H.R.Tirmidzi.)
Dalam riwayat Bukhari dari Abu Hurairoh RA berkata: berkata Rasulullah SAW: "Ketika telah masuk bulan Ramadhan maka dibuka pintu-pintu langit, dan ditutup pintu-pintu neraka jahannam, dan dibeleggu semua syaithan". Dalam Riwayat Bukhari yang lain; "ketika telah tiba bulan Ramadhan maka di bukakan pinti-pintu sorga".
Jadi di dalam bulan yang suci ini Allah menjauhkan semua penyebab kehancuran dan kemaksiatan, syaitan diikat dan dibelenggu, hingga tidak kuasa untuk membujuk manusia melakukan kemaksiatan yang keji dan terlarang, karena manusia sibuk melakukan ibadah, mengekang hawa nafsu mereka dengan beribadah, berdzikir dan membaca al-Qur'an. Ini sekaligus penggugah hamba beriman bahwa tidak ada alasan lagi untuk meninggalkan ibadah dan taat kepada Allah ataupun melakukan maksiat karena sumber utama penyebab kemaksiatan, yaitu syetan telah dibelenggu.
Ditutupnya pintu neraka mempunyai arti bahwa setiap hamba hendaknya tidak lagi melakukan perkara yang munkar dan mengekang diri dari menuruti hawa nafsunya, karena neraka sebagai tempat pembalasannya sedang ditutup. Pintu neraka ditutup semata untuk menghukum syaithan dan saat itulah selayaknya kemaksiatan berkurang dan sirna lalu digantikan dengan perbuatan mulia dan kebajikan.
Sementara dibukanya pintu-pintu sorga mengisyaratkan terhamparnya kesempatan seluas-luasnya untuk meraih sorga dalam bulan Ramadhan. Iyadl berkata: ini merupakan tanda bagi para malaikat bahwa bulan yang istimewa telah tiba agar mereka menghormatinya dan menghadang syetan dari pekerjaannya mengganggu orang mu'min. Bisa juga itu mengisyaratkan banyaknya pahala dan ampunan yang diturunkan Allah agar mereka yang mengharapkannya berlomba-lomba meningkatkan amal ibadahnya dan agar mereka yang memimpikannya semakin berusaha mendapatkannya. Bisa juga maksud dibukanya pintu sorga adalah terbukanya kesempatan bagi hamba Allah untuk lebih meningkatkan ketaatan, dengan terbukanya semua jalan kataatan dan tertutupnya jalan-jalan syetan. Adapun maksud terbukanya pintu-pintu langit adalah kata kiasan bagi turunnya rahmat Allah dan terbukanya tirai penutup bagi amal-amal hamba, di satu pihak karena taufiq Allah dan di lain pihak karena semua amal akan diterima Allah pada bulan tersebut. Taibi berkata : Malaikat diperintahkan memintakan rahmat kepada Allah untuk hambanya yang berpuasa dan agar mereka mendapatkan derajat yang mulia.
Maka sangat beruntunglah bagi mereka yang mau memanfaatkan kesempatan tersebut, dan mudah-mudahan menjadi salah satu dari mereka yang dimuliakan dan diselamatkan dari api neraka di bulan suci tersebut. Sesungguhnya Allah membebaskan hamba-Nya dari siksa neraka karena beberapa amal : ada yang karena mentauhidkan Allah, ada yang karena sholat dan zakat, dan pembebasan pada bulan Ramadhan adalah karena puasa dan barakah yang terkandung di dalamnya, dengan banyaknya dzikir dan taubat yang di lakukan dalam bulan suci itu. Nabi Muhammad s.a.w. telah menceritakan dari tuhannya (Allah).; "Barang siapa berpuasa di bulan suci itu dengan beriman dan mengharap pahala dari sisi Allah maka diampuni segala dosa yang telah ia lakukan" dan barang siapa menghidupkan malam lailatul qadar dengan beriman dan bertulus hati maka diampunilah dosa yang telah ia lakukan.
Berpuasa disertai dengan ketulusan niyat dan ikhlas akan mengantarkan hamba mendapatkan ampunan dan mendatangkan rahmat dan keridloan dari Allah. Inilah kesempatan yang terbuka bagi orang beriman agar berlomba-lomba dalam beramal kebajikan dan meninggalkan kemungkaran. Saudaraku!! jangan lewatkan kesempatan ini, apalagi sampai merugi dalam perkara ini, tidak saja kehilangan modal yang telah ada ditanganmu namun juga tidak sepeser pun keuntungan yang kau dapat, padahal di sana banyak orang-orang yang mendapatkannya. “Dan pada itu berlomba-lombalah orang-orang yang berlomba” (Q.S. 84:26). (imq) Dikutip Dari International Islamic Islamabad University

Keterbukaan Dalam Islam




DALAM pengantar bukunya “Islam Alternatif” Jalaluddin Rakhmat menekankan pentingnya keterbukaan untuk membangkitkan kembali semangat pemikiran Islam yang mau belajar dari mana pun, tidak fanatik mazhab, non-sektarian, dan cintai dialog. Dengan kekuatan logika yang terasah, umat akan sensitif dan apresiatif terhadap segala perubahan yang terjadi di dunia modern dan mengaktualkan nilai-nilai Islam dari sekadar ruang-ruang konseptual (1991:16-18).
Ungkapan di atas sesungguhnya lahir dari keprihatinan yang mendalam atas segala efek kebodohan. “Tiada kepapaan lebih menyedihkan daripada kebodohan,” kata ‘Ali bin Abi Thalib. Keterbatasan informasi tidak saja melahirkan sikap tertutup, inferior, fanatik, taqlid, apriori, romantis historis, teologisasi namun juga korban kemanusiaan seperti Socrates, Suhrawardi, Galileo, al-Hallaj, Siti Jenar, Jeanne d’Arc, dan lain-lain. Untuk mereka yang puas dengan status quo, “gagasan baru” bak halilintar di siang bolong. Daya kejutnya seperti mencabik-cabik jaring sistem kekuasaan, meludahi aroma ortodoksi, dan melecehkan hirarki otoritas. Banyak yang merasa tersinggung. Pengikutnya, yang kadang tak tahu menahu, pun tersinggung. Dan rantai ini akan memuntahkan sumpah serapah, sikap emosional yang lazimnya tidak keluar kecuali dari ketakbiasaan menyusun kekuatan logika, selain logika kekuatan.
Keterbukaan adalah semacam hak individu untuk mengakses dan menggunakan informasi yang memang sedianya diketahui awam agar dia dapat mengakselerasi kemampuan diri. Tentu saja tidak dengan otomatis kita menyamakan keterbukaan sebagai kebebasan ala Sartre yang tidak jelas artinya karena sifatnya yang elusif dan membunuh dirinya sendiri. Namun, keterbukaan adalah barang mewah yang tidak serta merta dinikmati oleh setiap manusia dari kelas mana suka. Informasi adalah senjata utama penguasa untuk menentukan dan menggiring opini publik dan, sebaliknya, adalah mesiu opisisi untuk membenarkan setiap perlawanan kepada penguasa. Penyumbatan informasi membuat rakyat apolitis dan tidak punya bekal dalam menilai dan membandingkan kebijakan negara. Informasi juga dapat dijadikan alat intimidasi dan represi bagi setiap gerakan oposisi. Setiap lembaga negara yang menangani informasi publik langsung dilikuidasi dan dijadikan barang haram. Mereka dianggap sekadar alat kontrol publik dan penentu hidup matinya sebuah media. Pada perkembangannya, informasi tidak dimaknai pada wilayah politik antara pejabat negara sebagai pemberi informasi dan rakyat sebagai penerima.
Pasca reformasi, banjir informasi mengelembung seiring dengan perkembangan teknologi dan perbanyakan media massa. Informasi adalah komoditi, sebab setiap orang butuh informasi. Dalam masyarakat global, informasi beralih menjadi barang primer, kebutuhan yang tidak bisa ditunda atau disubstitusi dengan kebutuhan lain. Rakyat dipaksa menerima berita bermutu dan sampah sekaligus. Ironis. Fenomena inilah yang membuat Hegel berupaya memperlihatkan bagaimana kekuatan negara modern, dipahami secara rasional, merekonsiliasikan kontradiksi-kontradiksi dari “masyarakat sipil”, yang mana adalah masyarakat borjuis. Masyarakat sipil adalah medan perang kepentingan-kepentingan pribadi, sedangkan negara mengekspresikan kesatuan daripada sebuah kehidupan bangsa. Negara adalah aktualitas dari kebebasan yang konkrit. Tapi konsep filsafat negara Hegel ini dikritik Marx yang melihat bahwa keduanya, masyarakat sipil dan negara, adalah asing dari kehidupan manusia yang sejati (demokrasi sejati).
Lepas dari perspektif kekuasaan negara dan atau masyarakat di atas, ada tiga hal lain yang perlu dicermati bagaimana ketertutupan betah menggelayut pada alam bawah sadar kita, yaitu feodalisme, budaya-pop, dan teologi.Pertama, feodalisme sebagai internal colonialism. Budaya feodal tumbuh dalam masyarakat agraris, yang memandang tanah demikian penting. Menurut Arif Budiman, karena masyarakat ini pada dasarnya belum terbuka dengan perdagangan internasional dan ilmu pengetahuan belum maju pada saat itu, maka orang yang menguasai tanah menjadi sangat dominan. Akibatnya hirarki itu kuat sekali. Karena feodalisme sebagai suatu kultur ditentukan oleh organisasi sosial tertentu, maka secara alamiah, penilaian atas tanah beralih ke korporasi di mana penguasa negara menjadi Bapak-nya. Perdagangan yang terbuka dan kemajuan sains akan membongkar budaya ini menjadi lebih rasional. Pola kepatuhan ala Asal Bapak Senang di masyarakat kota sudah mulai berkurang dibanding desa, namun masih mengakar di aparat pemerintahan.
Kedua, budaya-pop yang dipahami secara idealis sebagai bentuk perlawanan terhadap sistem, bisa pula dimaknai sebagai keinginan untuk keluar dari formalisme atau standardisasi bahasa yang dibangun oleh sebuah rezim kekuasaan. Dan itu sekadar keinginan untuk “tampil beda”, sebagai identitas komunal kata Habermas, tanpa pretensi struktur kekuasaan. Tidak ada pengetahuan yang diadopsi melainkan melulu tren yang cenderung berubah mengikut zaman dalam spektrum bisnis. Individu adalah subordinat dalam ruang simulacra, sesuatu yang “tidak bernalar” atau “tidak masuk akal”. Inilah yang menurut Fichte harus ditumbangkan karena tidak sesuai dengan aku yang menempatkan-diri-sendiri, yang otonom, dan menguasainya secara bebas, menurut hukum-hukumnya sendiri.
Ketiga, teologi yang simbolis yang tidak pernah membicarakan problem keagamaan secara mendasar. Pendirian organisasi keagamaan yang notabene adalah organisasi fiqih atau kesukuan, seperti Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama, Persatuan Islam, al-Irsyad adalah contoh bagus membuktikan bahwa tiada satu pun organisasi pemikiran yang berdiri, kecuali pada era 80-an. Penjajahan Belanda dan, kata Pramoedya, feodalisme raja-bangsawan Jawa, membuat sumber daya manusia Indonesia yang minim membuat paradigma yang fiqh-oriented jadi primadona setiap wacana keagamaan. Kalaulah ada sedikit pencerahan filosofis, itu perlu mengail dari sumur intelektual Kristen melalui penerbit Gramedia dan Kanisius. Pemahaman keagamaan yang intoleran, sektarian, fiqhyah, provokatif, yang sebenarnya kalau dilihat dari sisi sosio-politik adalah buah dari warisan sistem kolonial, di mana miskinnya gagasan dan krisis ketokohan adalah buahnya. Sulit menyebutkan tokoh umat yang punya penguasaan baik keilmuan sosial, kecuali segelintir ulama kakap macam A Hassan, TM Hasby ash-Shiddiqy, Hamka, dan Quraish Shihab.Klop sudah. Bila feodalisme menjadi pondasi sistem birokrat, budaya-pop sebagai aura pemikiran generasi muda, maka teologi simbolis adalah paradigma utama umat Islam Indonesia yang menjadi alat legitimasi setiap praktik sosial-politik. Yang membuat umat, kata ‘Ali Syari’ati tidak bisa membedakan, atau lebih memilih sejarah Islam (das sein) daripada jalur Islam (das sollen).
Dalam sistem seperti ini, agama rentan dipolitisir dan karet gelang Negara. Fatwa adalah bagian dari posisi tawar partai dan publikasi ritual pejabat negara, seperti haji-qurban-sedekah anu merupakan kampanye efektif menjaring kesan baik konstituen.Di tengah pondasi pemikiran yang masih rapuh dan dependen, iklim politik yang hegemonik, jurang sosial-ekonomi yang lebar, dan pengetahuan umat yang masih rendah dan terkotak-kotak, membuat rumit mencari prioritas yang maslahat sekaligus mencerahkan anak bangsa, yang mayoritas Muslim.Bagaimana pun, wacana keterbukaan adalah prasyarat awal kehidupan demokratis. Pikiran-pikiran yang berbeda dengan garis utama pandangan awam tidak mesti diberangus untuk sebuah harmoni. Setiap pemikiran baru tidak akan secara mentah-mentah dimamah umat, yang mempunyai cara tersendiri untuk menyeleksi. Berdasar tipologi pemikiran keagamaan di Indonesia, kehebohan dan kegusaran wacana hanya ramai di tingkat elit dan media massa, tidak akan menyentuh pada akar rumput selama sang pemikir tidak mempunyai bahasa yang membumi, renyah, dan bersifat juklak.Keran-keran pemikiran keagamaan perlu dibuka lebar-lebar. Berilah kesempatan bagi setiap orang untuk mereguknya agar air pencerahan mendinginkan sedikit kepala-kepala anak bangsa agar sel sektarianisme mendapatkan sel pengganti dari toleransi terhadap pandangan-pandangan yang berbeda serta memiliki kemandirian intelektual, menuju, seperti kata Walter Lippmann, suatu “kebebasan yang bertanggung jawab” (freedom demand responsibility). Sebaga imana ungkapan indah Ali bin Abi Thalib kw, “Ambillah hikmah di mana pun ia berada. Adakalanya hikmah bersemayam di hati seorang munafik, namun ia akan ‘gelisah’ dan takkan berdiam diri sampai berhasil keluar dan bergabung dengan kawan-kawannya di dalam dada orang beriman.” [imq]

Menanggalkan Busana Kafiri, Demi Busana Islami



Hidayatullah.com--Sebagai perempuan Amerika yang lahir di ‘Jantung’-nya Amerika, aku tumbuh dewasa seperti gadis-gadis lainnya dan terbiasa dengan kehidupan glamour kota besar. Kemudian aku pindah ke Florida, di Pantai Selatan Miami, di sebuah tempat populer bagi pencari kehidupan glamour. Tentu saja, saat itu aku juga melakukan apa yang dilakukan oleh umumnya gadis-gadis Barat. Aku hanya memperhatikan penampilan fisik dan daya tarikku, mengukur nilai reputasiku dari banyaknya perhatian orang lain padaku. Aku berolahraga teratur hingga menjadi pelatih pribadi di sebuah perumahan mewah pinggir laut dan menjadi pengunjung setia pantai yang ‘suka pamer tubuh’ serta sukses mencapai taraf kehidupan yang ‘penuh gaya dan berkelas’.
Tahun-tahun berlalu, kupahami bahwa ukuran nilai kepuasan diri dan kebahagiaanku bergeser pada semakin tingginya aku menggunakan daya tarik kewanitaanku. Saat itu, aku sungguh menjadi budak mode. Aku sungguh menjadi sandera dari penampilanku sendiri.
Oleh karena celah kosong antara kepuasan diri dan gaya hidup makin melebar, maka aku mencari perlindungan diri dari tindakan pelarian ke alkohol dan pesta-pesta, dengan cara mengikuti meditasi, menjadi aktivis, dan belajar kepercayaan-kepercayaan alternatif, dengan tujuan agar celah kosong itu terkoreksi dan terlihat lebih landai. Namun, akhirnya aku sadar bahwa semua itu hanya seperti obat pemati-rasa saja, yang sakitnya bisa terasa kembali, daripada sebuah pengobatan yang benar-benar efektif.
Kemudian terjadi peristiwa 11 September 2001. Sebagai saksi atas terjadinya serangan berkelanjutan pada Islam, pada nilai-nilai dan budaya Islam, dan adanya deklarasi yang berkonotasi negatif mengenai “Aktivis Salib Baru”, aku tergugah untuk mulai memperhatikan Islam. Hingga saat itu aku mengasosiasikan semua yang berbau Islam dengan perempuan-perempuan yang berbaju seperti ‘kemah’, tukang pukul isteri, harem, dan dunia teroris.
Sebagai aktivis pembebasan perempuan dan sebagai orang yang mengupayakan dunia yang lebih baik untuk semua, jalanku bersilangan dengan jalan aktivis lainnya yang telah memimpin tindakan reformasi dan keadilan untuk semua tanpa pandang bulu. Aku bergabung dalam kampanye pembimbing baruku yang saat itu masih berlangsung, salah satunya adalah reformasi pemilihan umum dan hak-hak sipil. Sekarang ini, kegiatan aktivisku sudah sangat berbeda. Daripada mendukung keadilan untuk sebagian orang secara ‘selektif’, aku belajar bahwa yang ideal seperti keadilan, kebebasan dan penghargaan benar-benar berarti dan intinya bersifat universal, lalu antara masing-masing kebaikannya dan dasar kebaikan ketiganya harus sejalan dan tidak konflik. Untuk pertama kalinya, aku mengetahui sesungguhnya arti “semua orang diciptakan sederajat”. Tetapi yang sangat penting, aku belajar bahwa hanya perlu keyakinan untuk melihat dunia yang satu dan untuk melihat penyatuan dalam penciptaan.
Suatu hari aku melewati sebuah buku yang dikonotasikan negatif di Barat – Al-Quran Yang Suci. Tadinya aku tertarik pada gaya dan pendekatan Al-Quran dan kemudian minatku terbangkitkan lebih dalam pada pandangannya tentang keberadaan makhluk, kehidupan, penciptaan dan hubungan antara Pencipta dan penciptaan itu sendiri. Aku rasa Qur’an dapat menjadi sumber pembuka wawasan dan pengetahuan untuk hati dan jiwa tanpa perlu penerjemah atau pastor.
Akhirnya aku sampai pada momen penting yang mengubah kehidupanku selanjutnya: Pemahaman aktivis yang baru kurasakan untuk kepuasan diri baru-baru ini, ternyata tidak berarti apapun dibandingkan dengan memeluk sebuah keyakinan yang disebut Islam, yang memungkinkan aku hidup damai sebagai Muslim yang bisa bermanfaat.
Aku membeli sebuah gaun panjang yang cantik dan penutup kepala, mirip gaya busana Muslimah dan dengannya aku berjalan di jalan dan lingkungan tetangga yang sama, yang beberapa hari sebelumnya aku masih mengenakan celana pendek, bikini atau gaya busana Barat yang berkelas. Walaupun masyarakat, wajah dan toko semuanya tetap sama, ada satu hal yang sangat berbeda, karena untuk pertama kalinya -aku bukan lagi-, rasa damai itu juga bukan yang sama sepanjang hidupku sebagai perempuan. Aku merasa seolah-olah semua rantai telah putus dan akhirnya aku bebas sebenar-benarnya. Sangat menyenangkan melihat wajah heran dari orang-orang lain dibandingkan dengan melihat wajah pemangsa yang siap menerkam korbannya, yang sering kutemui dulu. Tiba-tiba saja beban itu terangkat dari bahuku. Aku tidak lagi menghabiskan waktuku untuk berbelanja, membeli kosmetik, ke salon dan melatih fisik untuk penampilanku. Akhirnya aku bebas.
Dari semua tempat itu, aku menemukan Islamku tepat di pusat dari tempat yang sering disebut sebagian orang sebagai ‘tempat tersering terjadinya skandal di bumi’, bagaimanapun membuat semua itu menjadikannya penuh cinta dan spesial.
Walaupun bahagia dengan Hijab, aku menjadi ingin tahu mengenai Niqab (cadar), karena melihat peningkatan angka Muslimah yang mengenakannya. Aku bertanya kepada suamiku yang juga Muslim, yang menikah denganku setelah aku menjadi Muslimah, apakah aku diperbolehkan mengenakan Niqab atau cukup dengan hijab-ku yang sekarang telah kukenakan. Dengan santainya suamiku menanggapi bahwa ia percaya bahwa Hijab adalah sebuah kewajiban namun tidak demikian dengan Niqab. Saat itu, Hijabku terdiri dari penutup kepala yang menutupi semua rambutku kecuali wajah dan gaun hitam panjang yang longgar, biasa disebut dengan Abaya yang menutupi tubuh dari leher hingga kaki.
Satu setengah tahun berlalu, aku mengatakan kepada suamiku bahwa aku ingin mengenakan Niqab. Alasanku kali ini, bahwa aku merasa akan lebih menyenangkan Allah, Yang Maha Pencipta, dan akan meningkatkan rasa damai dalam diri bila berpakaian lebih tertutup. Ia mendukung keputusanku dan mengantarku membeli ‘Isdaal’, sebuah gaun hitam longgar yang menutup dari kepala hingga kaki dan ‘Niqab’ yang menutup seluruh kepalaku termasuk wajah kecuali mata.
Tak lama, media mulai memberitakan tentang para politikus, pemuka Vatikan, pendukung kebebasan, aktivis HAM palsu yang berkali-kali mengkritik pedas tentang Hijab, apalagi Niqab, yang bagi orang lain tampak sebagai bentuk yang sangat kejam terhadap kaum perempuan, juga dianggap gangguan dalam bersosialisasi dan baru-baru ini seorang pegawai Mesir mengatakan bahwa hal itu ‘sebagai tanda-tanda kemunduran’
Lalu aku menilai sebuah kemunafikan parah saat beberapa pemerintahan Barat dan juga kelompok pembela HAM palsu yang tergesa-gesa mencoba membela hak-hak perempuan ketika pemerintahan beberapa Negara lainnya memaksakan penggunaan kode berbusana tertentu untuk perempuan. Sekalipun begitu ‘Pejuang Kebebasan’ melihat sisi lainnya ketika kaum perempuan kehilangan hak-haknya, tidak dapat bekerja, belajar, hanya karena memilih untuk menggunakan haknya untuk mengenakan Niqab atau Hijab. Sekarang ini, terjadi peningkatan pembatasan kaum perempuan yang mengenakan Hijab atau Niqab dari kesempatan bekerja dan pendidikan, bukan hanya di bawah rejim yang totaliter seperti di Tunisia, Maroko dan Mesir, melainkan juga di Negara-negara demokrasi seperti Perancis, Belanda dan Inggris.
Saat ini, aku masih tetap menjadi aktivis perempuan, tepatnya aktivis perempuan Muslim, yang memanggil para Muslimah untuk mengambil tanggung jawab mereka memberi dukungan semampunya kepada suami agar menjadi Muslim yang baik. Untuk membesarkan anak-anak mereka agar menjadi Muslim yang jujur dan bertanggungjawab, sehingga mungkin nanti bisa menjadi cahaya untuk kemanusiaan. Untuk memerintahkan kebaikan –kebaikan apapun- dan untuk mengharamkan kejahatan –kejahatan apapun-. Untuk berbicara tentang kebenaran dan kebajikan serta melawan semua keburukan-keburukan. Untuk memperjuangkan hak-hak kita mengenakan Niqab atau Hijab untuk menyenangkan Yang Maha Pencipta, apapun yang kita pilih. Dan juga penting, untuk membagi pengalaman mengenakan Niqab atau Hijab kepada teman perempuan yang mungkin belum pernah berkesempatan untuk mengerti apa arti sesungguhnya mengenakan Niqab atau Hijab bagi kita dan alasan-alasan kita sehingga, dengan penuh cinta, kita memeluknya.
Sebagian besar perempuan yang kuketahui mengenaikan Niqab adalah Muallaf Barat, sebagian dari mereka bahkan belum menikah. Yang lain mengenakan Niqab tanpa dukungan penuh dari keluarga maupun lingkungan dekatnya. Apa yang umumnya kita miliki adalah, bahwa semua itu adalah pilihan pribadi setiap orang atau masing-masing dari kita, yang tidak satupun dari kita menginginkan untuk menyerah.
Mau atau tidak mau, kaum perempuan dibombardir dengan gaya “berbusana minim hingga tanpa busana” secara virtual dalam setiap bentuk komunikasi dimanapun di dunia ini. Sebagai seorang bekas Non-Muslim, aku tetap menuntut hak-hak perempuan untuk sama-sama mengetahui mengenai Hijab, kebaikan-kebaikannya, dan kedamaian serta kebahagiaan yang dibawanya ke dalam kehidupan perempuan, seperti yang telah terjadi padaku.
Kemarin, bikini merupakan lambang kebebasanku, yang sesungguhnya membebaskanku dari kepercayaan-kepercayaanku dan sebagai manusia biasa.
Aku tidak dapat lebih gembira lagi karena telah menanggalkan bikiniku di Pantai Selatan dan gaya hidup Barat yang gemerlapan itu, untuk hidup damai dengan Penciptaku dan menikmati hidup di antara teman-teman sesama manusia sebagai pribadi yang layak menerimanya. Hal itu adalah alasanku untuk memilih mengenakan Niqab dan bersedia mati membela hakku yang tak mungkin bisa dicabut untuk mengenakannya.
Hari ini, Niqab adalah simbol baru pembebasan perempuan untuk menemukan siapa dirinya, apa tujuannya dan bagaimana bentuk hubungan yang dipilihnya agar bisa bersama Penciptanya.
Kepada perempuan yang menyerah terhadap anggapan buruk mengenai ketertutupan Hijab yang islami, aku bisa berkata: Engkau tidak mengetahui apa yang terlewatkan olehmu.
Kepadamu, penguasa peradaban yang korup dan tidak beruntung, juga para aktivis palsu, aku bisa berkata: Bawalah terus…

[Ditulis oleh Sara Bokker, dahulu seorang aktris/model/pelatih fitness dan seorang aktivis. Saat ini Sara Bokker adalah Direktur Komunikasi di “The March for Justice”, salah seorang pendiri ‘Global Sisters Network” dan Produser “Shock and Awe Gallery). Dikutip dair Suara Hidayatullah

Melejitkan Prestasi, Dengan Merubah Pikiran




Pernah suatu waktu para dokter olahraga mengatakan bahwa kecepatan lari manusia adalah empat menit dalam 1 mil. Manusia tidak mungkin mampu menempuk jarak satu mil kurang dari 4 menit. Seorang dokter bahkan mengatakan bahwa jika manusia lari lebih dari batas kecepatan itu, jantungnya akan pecah karena kelebihan tenaga.
Roger Bannister berlatih untuk menolak anggapan para dokter itu. Ia akhirnya berhasil memecahkan rekor menemuk jarak satu mil dengan waktu 3 menit, 59,4 detik. Segera setelah peristiwa itu, bannister bukan manusia biasa ia super human, tidak ada seorang pun yang mampu mengungguli dia. Tetapi satu bulan kemudian. John Landy, pelari australia, menempuh jarak itu dengan waktu yang lebih pendek. Setelah itu, banyak orang berhasil menempuh jarak satu mil kurang dari empat menit.
Dua paragraf diatas adalah kutipan langsung dari tulisan Rakhmat dalam bukunya catatan Kang Jalal. Menarik untuk diungkapkan disini bahwa prestasi yang tadinya dianggap tidak mungkin dicapai oleh manusia, ternyata mudah sekali dicapai setelah ada satu orang yang mencapainya.
Penjelasan tentang keberhasilan ini adalah teori Modelling ketika ada manusia yang sanggup melakukan sesuatu, manusia lain pun berpikir sama. Mereka berpikir bila orang lain mampu, mengapa mereka tidak. Pikirannya mempengaruhi kekuatan fisiknya. You don’t think what you are, you are what you think.
Teori Modelling dalam ranah psikologi masuk dalam mazhab behaviorisme. Agaknya dengan teori ini kita bisa memaklumi bagaimana Allah memberi contoh manusia bukan dari bangsa malaikat atau dari bangsa Jin. Namun, Allah swt. Terlah menjadikan Rasulullah SAW. Sebagai model, justru dari bangsa manusia itu sendiri.
Sudah menjadi sunnatullah, dalam menurunkan syariat Allah menurunkan kitabullah sebagai teorinya dan menutus seorang Rasul sebagai contoh atau modelnya. Agar manusia mudah melaksanakan syari’at tersebut. Allah swt. Menurunkan kitab Taurat, untuk membumikan syari’atnya tersebut Allah menurunkan sebuah model, seorang manusia, yaitu Nabi Musa as. Ketika zabur diturunkan Allah mengutus nabi dawud, Allah menurunkan kitab injil disertai diutusnya nabi Isa as. Sampai akhirnya Allah menurunkan AL-Qur’an dan mengutus Rasulullah saw. Sebagai model atau contoh bagi manusia. Sebagaimana telah disebutkan dalam AL-Qur’an :
                 
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. AL-Ahzab : 21).
Dr. Muhammad Syafi’ie Antonio, M.Ec mengatakan bahwa banyak diantara kita yan memposisikan Rasulullah saw. Terlalu melangit, tinggi dan jauh diatas sehingga mendekati posisi dewa atau anak dewa. Akibatnya, beliau menjadi “asing” bagi kita dan tidak bisa ditiru dan dijadikan suri tauladan lagi. Karena dimensinya menjadi berbeda antara dimensi kita manusia biasa dan beliau sebagai “manusia langit”.
Selanjutnya saya tidak sanggup melukiskan sisi-sisi atau dimensi manusia biasa Rasulullah saw. Lebih baik dari apa yang diungkap antonio dalam bukunya “Muhammad saw., The Super Leader Super Manager”. Oleh karena itu, berikut ini adalah kutipan langsung dari buku terkait bahwa :
“Telaah yang seksama atas sunnah nabawiah d\akan menghantar kita bahwa muhammad saw adalah manusia dengan seluruh sifat kemanusiaannya sebagai manusia biasa, ia dilahirkan dengan ayah dan ibu yang jelas, bermain, belajar, bekerja, menikah, dan memiliki keturunan, beliau berjalan di pasar, membawa barang dagangannya, menyapu rumah, menjahit pakaiannya yang robek, memotong dagingserta menyiapkan sayuran di dapur, beliau juga merasakan apa yang pernah dirasakan oleh manusia pada umumnya seperti rasa harap dan cemas, miskin dan kaya, lapang dan susah, menyendiri dan bermasyarakat.
Sebagai seorang pemimpin beliau berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah di hadapan hukum, memperoleh kemenangan dan kekuasaan, serta merasakan kekalahan dan kesedihan tubuhnya tidak terdiri dari besi tetapi daging dan tulang biasa. Kulitnya pernah robekm pelipisnya pernah terluka parah dan 2 giginya tanggal terkena pukulan di perang Uhud. Perbedaan satu-satunya adalah bahwa beliau diamanati wahyu (Plus Mukjizat sebagai alat pembuktiannya) dan senantiasa dibimbing Allah jika melakukan satu tindakan atau pilihan yang tidak tepat. Selebihnya muhammad saw. Adalah manusia biasa di samping sebgai seorang Rasul Pilihan dan kekasih Allah.
Sudah waktunya kita merubah pikiran kita bahwa perilaku yang mengagumkan dari Rasulullah adalah perilaku yang mudah kita tiru. Jika beliau kuat sholat malam semalam suntuk. Kita harus berfikir bahwa kaki Rasulullah saw. Sama dengan kita, Insya Allah kita akan mampu menirunya.
Para Sahabat ra. Adalah manusia biasa seperti kita mereka telah mampu meniru perilaku Rasullah saw. Banyak kisah yang spektakuler yang lahir dari proses pencitraan mereka terhadap Rasulullah saw.
Pernah Siti Aisyah r.ha. berpuasa dalam suatu hari, saat itu beliau diberi hadiah 1.000 dirham oleh seseorang. Uang tersebut dihabiskan dalam 1 hari tanpa tersisa 1 dirham pun. Ketika pembantunya bertanya apakah beliau tidak menyisakan sedikit uang untuk membeli daging buat buka puasa. Beliau tidak menyimpan sedikitpun.
Usamah bin zaid ra. Adalah manusia biasa. Beliau telah memimpin pasukan perang. Umar bin Khattab adalah salah satu anggota dalam pasukannya. Serta banyak lagi sahabat-sahabat terkenal dalam pasukan itu. Perlu kita ingat bahwa umur Usamah waktu itu masih 18 tahun. Dalam usia yang sebelia itu beliau telah menjadi panglima perang yang dipilih oleh Rasulullah saw.
Kita mungkin pernah mengenal Thariq bin ziyad ra. Beliau adalah penakluk sapanyol, ingat umur beliau waktu itu adalah 17 tahun. Thariq lah yang berani membakar seluruh kapal-kapal perang pasukan muslim. Ketika pasukan msulim dilanda kecemasan dan ketakuran. Kata-katanya, setelah membakar kapal-kapal itu, tertulis dalam sejarah dengan tinta emas, “wahai pasukanku, di hadapan kita adalah musuh yang siap menyerang di belakang kita adalah samudera nan luas kalau kita maju kita akan mati syahid. Sedangkan kalau kita mundur kita juga akan mati, tapi kita mati dalam keadaan terhina.” Kata-katanya mengobarkan semangat tempur pasukan muslim waktu itu. Tidak lama kemudian Spanyol ditaklukkan. Sekali lagi, perlu kita ingat umurnya baru 17 tahun.
Muhammad bin Qosim, seorang pemuda yang masih berumur 20 tahun, telah memimpin pasukan, dan berhasil menislamkan negeri hindustan, sungguh prestasi yang luar biasa untuk ukuran seorang anak muda.
Konon, Sunan Ampel darang ke tanah Jawa ini pada umur yang juga masih sangat belia. Waktu itu beliau berumur 19 tahun. Prestasi yang sangat luar biasa untuk ukuran seorang pemuda. hampir seluruh jawa telah diislamkan, sebab pengorbanan beliau.
Marilah kita memposisikan Rasulullah sebagai “manusia bumi” yang tidak asing bagi kita sehingga mudah kita contoh. Dan para sahabat, serta para penerusnya juga sebagai manusia biasa. Aisyah r.ha adalah manusia biasa, seperti wanita pada umumnya. Usamah bin zaid adalah manusia biasa seperti kita, thariq bin Ziyad ra. Juga manusia biasa seperti kita. Muhammad bin Qosim juga manusia biasa seperti kita. sunan ampel juga manusia biasa seperti kita. jika mereka mampu berprestasi kenapa kita tidak ?.
Janganlah kita berfikir bahwa mereka adalah “Super Human”. Sehingga mempersulit kita untuk meniru mereka. Mereka berprestasi dengan kesempatan hidup yang sama, waktu dan nafas yang sama seperti kita.
Saudaraku anggaplah kita seperti John Landy, dan pelari-pelari berikutnya. Setelah melihat keberhasilan Roger Bannister, pikiran kita akan berubah. Bahwa kita akan mampu berlari secepat mereka. Setelah kita melihat Rasulullah saw., Sahabat, Tabi’ien, Tabi’ut Tabi’ien, dan para Ulama setelah mereka. Kita pun akan mampu berprestasi seperti mereka. Mari kita lanjutkan tongkat estafet mereka, dengan berprestasi (imq)

Hutang Bangsa Pada Pesantren



Pada periode awal pembangunan negara ini telah terjadi perdebatan sengit antara Dr.Sutomo dengan S.T.Alisyahbana tentang arah pembangunan negara Republik Indonesia. Bagi yang pertama negara ini hanya dapat dibangun berdasarkan khazanah budaya bangsa ini, sedang bagi yang kedua negara ini dapat maju hanya dengan meniru sepenuhnya budaya Barat. Yang pertama membanggakan pendidikan pesantren yang kedua mengagungkan pendidikan sekuler ala Barat, dengan argumentasi masing-masing. Meskipun argumentasi Dr.Sutomo cukup kuat dan rasional, namun pemikiran S.T.Alisyahbana sejatinya mewakili arus pemikiran para pengambil kebijakan kependidikan saat itu. Yang menarik di sini bukan argumentasi mereka masing-masing, tapi implikasi bahwa usaha meletakkan pendidikan pesantren sebagai rival pendidikan sekuler Barat memang telah lama wujud.
Memang pondok atau pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang selalu berhadapan secara vis a vis dengan pendidikan sekuler yang dibawa oleh penjajah. Bukan hanya itu, keberadaannya sejak awal telah menunjukkan anti-penjajah dan mendukung kemerdekaan negara Republik Indonesia. Tak pelak lagi ia kemudian sangat dicurigai penjajah. Anehnya setelah negara Indonesia merdeka, pesantren juga dicurigai anti pemerintah dan menjadi sarang “komando jihad”. Kini pesantren kembali dicurigai sebagai sarang teroris. Apa sebenarnya substansi pendidikan Pesantren? dan bagaimanakah ia memainkan peranannya dalam lintasan sejarah bangsa ini ?
Substansi Pesantren
Hakikatnya pendidikan pesantren tidak lepas dari Islam, dan pendidikan pesantren bermula tidak lama setelah Islam masuk ke Indonesia. Alasannya sangat sederhana. Islam, sebagai agama dakwah, disebarkan secara efektif melalui proses transmisi ilmu dari ulama ke masyarakat (tarbiyah wa ta’lim, atau ta’dib). Proses ini di Indonesia berlangsung melalui pesantren. Hal ini dapat dibuktikan di antaranya dari metode pembelajaran di pesantren. Metode sam’ (audit, menyimak), metode syarh (penjelasan ulama) dengan secara halaqah, metode tahfiz (hafalan) dll, yang terdapat terdapat di pesantren berasal dari tradisi intelektual Islam.
Hanya saja istilah yang digunakan untuk sistim ini tidak sepenuhnya merujuk kepada kata bahasa Arab. Sebutan untuk pelajar yang mencari ilmu bukan murid seperti dalam tradisi sufi, atau thalib atau tilmidh seperti dalam bahasa Arab, tapi santri yang berasal dari bahasa sanskrit (san= orang baik; tra= suka menolong). Lembaga tempat belajar itupun kemudian mengikuti akar kata santri dan menjadi pe-santri-an atau “pesantren”.
Di Sumatera pesantren di sebut rangkang atau meunasah atau surau. Ini menunjukkan pendekatan dakwah para ulama yang permisif terhadap tradisi lokal. Di Malaysia dan Thailand lembaga ini dikenal dengan nama pondok, merujuk kepada bahasa Arab funduk yang berarti hotel atau penginapan yang maksudnya asrama. Jadi meskipun istilah “pesantren” tidak memiliki akar kata dari tradisi Islam, tapi substansi pendidikannya tetap Islam.
Keberadaan kiai atau ulama sebagai tokoh otoritatif, peserta didik, asrama dan sarana pendidikan, pendidikan agama Islam dan masjid sebagai pusat kegiatan kependidikan adalah unsur-unsur penting pendidikan pesantren yang sejatinya adalah juga unsur pendidikan Islam. Keempat unsur yang melingkupi santri ini dapat dianggap sebagai catur-pusat pendidikan. Ini lebih lengkap dibanding tri-pusat pendidikan (sekolah, masyarakat, keluarga), yang terdapat pada sistem sekolah umum.
Karakter pendidikan pesantren adalah menyeluruh. Artinya seluruh potensi pikir dan zikir, rasa dan karsa, jiwa dan raga dikembangkan melalui berbagai media pendidikan yang terbentuk dalam suatu komunitas yang sengaja didesain secara integral untuk tujuan pendidikan. Di dalam sistem sekolah pusat-pusat pendidikannya terpisah-pisah dan hampir tidak saling berhubungan. Di dalam kelas atau di masjid para santri diajar ilmu pengetahuan kognitif, dan di luar itu ia memperoleh bimbingan serta menyaksikan suri tauladan dari kiai atau gurunya serta kawan-kawannya. Jadi kehidupan di dalam pondok sudah merupakan pelajaran penting bagi santri seperti yang diajarkan oleh Islam itu sendiri. Doktrin tentang keimanan dalam teks, dilengkapi dengan pelajaran etika, ilmu, kemasyarakatan, pendidikan, dan lain-lain diluar kelas. Pengertian kurikulum bagi pendidikan pesantren tidak terbatas pada pelajaran atau kitab-kitab yang dipakai, tapi keseluruhan kegiatan di dalam asrama atau pondok.
Dengan demikian tujuan pendidikan pesantren seperti halnya tujuan kehidupan manusia didunia ini adalah ibadah, yang spektrumnya seluas pengertian ibadah itu sendiri. Dengan catur-pusat pendidikan pesantren berfungsi sebagai “melting pot”, yaitu tempat untuk mengolah potensi-potensi dalam diri santri agar dapat berproses menjadi manusia seutuhnya (insan kamil). Santri tidak hanya disipakan untuk mengejar kehidupan dunia tapi juga mempersiapkan kehidupan akhirat. Tidak hanya untuk menjadi manusia berguna bagi masyarakatnya, tapi untuk menjadi manusia seutuhnya yang taat kepada Tuhannya. Pengolahan potensi diri ini didukung oleh bangunan spiritual, sistem nilai dan jiwa kedisiplinan yang kuat yang dapat klasifikasikan sedikitnya menjadi lima, yaitu Keikhlasan, kesederhanaan, ukhuwwah Islamiyah, kemandirian dan kebebasan.

P E R A N P E S A NT R E N
Seperti disinggung di atas wujud pesantren hampir bersamaan dengan datangnya umat Islam dinegeri ini. Karenanya peran pesantren dalam membangun negeri ini sebernarnya sama dengan peran Islam itu sendiri. Peran Islam dalam membangunkan dunia Melayu sudah terbukti secara historis. Dalam teori Prof. Naquib al-Attas tentang Islamisasi masyarakat Melayu, Islam datang dengan membawa pandangan hidup baru yang ditandai oleh munculnya semangat rasionalisme dan intelektualisme. Pandangan hidup baru ini kemudian merubah pandangan hidup bangsa Melayu-Indonesia yang sebelumnya dikuasai oleh dunia mitologi yang rapuh. (lihat al-Attas, Preliminary Statement on A general theory of the Malay-indonesian archipelago, Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, 1969).
Menurut Snouck Hurgronje, agama Hindu tidak mempunyai peran dalam pembinaan spiritual masyarakat awam yang kebanyakan dari kasta rendah. Di Sumatera, yang pernah dikenal sebagai pusat berkumpulnya para pemikir Hindu, misalnya, pandangan hidup Hindu hampir tidak berpengaruh terhadap masyarakat waktu itu. Oleh karena itu pada masa kekuasaan kerajaan Hindu banyak anggota masyarakat yang tertarik pada pandangan hidup Islam.
Namun, pandangan hidup Islam tidak serta merta dipahami masyarakat dengan hanya membaca syahadat. Ia memerlukan proses transformasi konsep-konsep ke dalam pikiran masyarakat; dan pemahaman suatu konsep hanya effektif dilakukan melalui proses belajar mengajar. Pesantren dalam hal ini berperan aktif dalam transformasi konsep-konsep penting dalam Islam ke tengah-tengah masyarakat waktu itu. Peran Islam dalam merubah pandangan hidup yang statis kepada yang dinamis, rasional dan teratur inilah yang disebut dengan proses Islamisasi, kebalikan dari “akulturalisasi” (penyesuaian agama dengan kultur setempat).
Jadi Islam masuk ke Indonesia dan disebarkan melalui pendidikan pesantren dalam bentuk pandangan hidup, dan bukan sebagai gerakan politik seperti yang diasumsikan Prof. Sartono Kartodirdjo. Terbukti raja-raja di Jawa dan luar Jawa masuk Islam tanpa proses peperangan. Sebagai pandangan hidup Islam membawa konsep baru tentang Tuhan Yang Maha Esa, tentang manusia, tentang hidup, waktu, dunia dan akherat, bermasyarakat, keadilan, harta dan lain-lain.
Dengan pandangan hidup Islam masyarakat lalu mengembangkan semangat pembebasan dan perlawanan terhadap penjajah. Pemberontakan petani di Banten tahun 1888, atau perang masyarakat Aceh melawan Belanda tahun 1873, misalnya, tidak lepas dari peran kaum santri dan pesantren. Jadi Islam tidak dapat dipahami hanya sebagai gerakan politik, tapi sebagai suatu pandangan hidup yang memberi warna baru terhadap gerakan politik.
Peran pandangan hidup Islam terhadap bangkitnya bangsa Melayu dapat dilihat dari fenomena tersebarnya kultur Islam dan tersebarnya penggunaan bahasa Melayu sebagai alat untuk mengekspresikan karya sastra dan berbagai diskursus pemikiran kegamaan dan filsafat. Dengan merasuknya pandangan hidup Islam kedalam kultur Melayu, maka bahasa Melayu menjadi sangat kaya dengan kosa kata dan terminologi Islam. Ini juga sekaligus merupakan jembatan menuju lahirnya bahasa Melayu sebagai lingua franca.
Selain itu dengan gerakan hijrah ke pelosok-pelosok pedesaan, pesantren mengembangkan masyarakat Muslim yang solid, yang pada gilirannya berperan sebagai kubu pertahanan rakyat dalam melawan penjajah. Peran para kiai dalam melawan penjajah tidak perlu dipertanyakan lagi. Raffles sendiri dalam bukunya The History of Java mengakui bahaya para kiai terhadap kepentingan Belanda. Sebab, menurutnya, banyak sekali kiai yang aktif dalam berbagai pemberontakan.
Bahkan besarnya pengaruh kiai tidak hanya terbatas pada masyarakat awam, tapi juga menjangkau istana-istana. Kiai Hasan Besari, dari pesantren Tegalsari Ponorogo, misalnya berperan besar dalam meleraikan pemberontakan di Keraton Kartasura. Bukan hanya itu, pesantren dulu juga mampu melahirkan pujangga. Raden Ngabehi Ronggowarsito adalah santri Kiai Hasan Besari yang berhasil menjadi Pujangga Jawa terkenal.
Di zaman pergerakan pra-kemerdekaan, peran pesantren juga sangat menonjol, lagi-lagi melalui alumninya. HOS Cokroaminoto pendiri gerakan Syarikat Islam dan GURU PERTAMA SOEKARNO di Surabaya, adalah juga alumni pesantren. KH. Mas Mansur, KH.Hasyim Ash’ari, KH. Ahmad Dahlan, Ki Bagus Hadikusumo, KH.Kahar Muzakkir, adalah alumni pesantren yang menjadi tokoh masyarakat yang sangat berpengaruh. Di tengah masyarakat mereka adalah guru bangsa, tempat merujuk segala persoalan di masyarakat. Di tengah percaturan politik menjelang kemerdekaan Republik Indonesia peran mereka tidak diragukan lagi.
Ketika Jepang memobilisir tentara PETA (Pembela Tanah Air) guna melawan Belanda, para kiai dan santri mendirikan tentara Hizbullah. Di balik itu dalam pikiran mereka adalah kosep jihad melawan kezaliman, konsep ukhuwwah untuk membela sesama saudara seagama dan konsep kebebasan yang menolak segala bentuk penindasan. Itu semua tidak lepas dari pengaruh pandangan hidup Islam.
Sesudah kemerdekaan, alumni-alumni pesantren terus memainkan perannya dalam mengisi kemerdekaan. Moh. Rasyidi, alumni pondok Jamsaren adalah Menteri Agama RI pertama, Mohammad Natsir alumni pesantren Persis, menjadi Perdana Menteri, KH.Wahid Hasyim, alumni pondok Tebuireng, KH.Kahar Muzakkir dan lain-lain menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan; KH.Muslih Purwokerto dan KH. Imam Zarkasyi alumni Jamsaren menjadi anggota Dewan Perancang Nasional; KH. Idham Khalid menjadi wakil Perdana Menteri dan ketua MPRS. Singkatnya, di awal-awal kemerdekaan RI para kiai dan alumni pesantren berpatisipasi hampir di setiap lini perjuangan bangsa. Perlu dicatat bahwa jabatan-jabatan itu bukan diraih untuk tujuan politik sesaat, tapi untuk sarana membela dan memperjuangkan agama, negara dan bangsa.
Di era Orde Baru di tengah maraknya pembangunan fisik yang disertai dengan proses marginalisasi peran politik ummat Islam, kiai dan pesantren tetap memiliki perannya dalam membangun bangsa. Dampak pembangunan fisik yang tidak berangkat konsep character building adalah dekadensi moral, korupsi, tindak kekerasan dan lain-lain. Akibatnya pendidikan, khususnya sistem sekolah di kota-kota besar tidak lagi menjanjikan kesalehan moral dan sosial anak didik. Dalam kondisi seperti inilah pesantren muncul menjadi sebagai alternatif. Dengan jiwa ukhuwwah Islamiyah di pesantren tidak pernah terjadi “tawuran”; dan karena jiwa kemandirian di pesantren tidak sedikit dari santri lulus justru sukses sebagai pengusaha.
Ketika terjadi upaya convergensi ilmu pengetahuan agama dan umum di pesantren, medan distribusi alumni pesantren menjadi semakin luas. Penyeberangan santri ke perguruan tinggi umum menjadi sesuatu yang tak terhindarkan. Para santri ini kemudian mengembangkan kajian-kajian agama secara informal dan intensif yang melibatkan mahasiswa-mahasiswa yang tidak memilik background agama. Kini peran pesantren tidak lagi langsung dimainkan oleh alumninya, tapi oleh murid-murid alumninya. Pergerakan mahasiswa seperti HMI, PMII, yang marak pada dekade 70-an dan 80-an, dan juga gerakan LDK, usrah dan intensifikasi aktifitas masjid kampus. tidak dapat dipisahkan dari peran dan kontribusi alumni pesantren.
Kini di zaman reformasi telah muncul sejumlah nama tokoh yang tidak lepas dari peran pendidikan pesantren, baik langsung maupun tidak langsung. Amien Rais, Hidayat Nur Wahid, Hasyim Muzadi, Nurcholis Madjid, adalah beberapa nama tokoh yang tidak lepas dari dunia pesantren. Hal ini tidak saja menunjukkan kualitas pendidikan pesantren dalam mencetak pemimpin dan tokoh bangsa tapi membuktikan besarnya kepedulian santri terhadap problematika bangsa ini.
Jika kini beberapa gelintir alumni pesantren dituduh terlibat dalam berbagai aksi yang dianggap ‘terror’, maka sangat absurd jika kemudian peran dan potensi pesantren dalam membangun bangsa ini, baik di masa lalu maupu di masa depan, dinafikan. Semestinya kini tidak perlu lagi mempertanyakan apa peran dan fungsi pesantren dalam membangun negara ini, yang justru perlu dipertanyakan adalah apa yang telah dilakukan pemerintah dalam membangun pesantren dan apa yang belum. Hasil kalkulasi inilah hutang bangsa ini pada pesantren. Wallahu a’lam. (IMQ)
Dikutip Dari Swara Muslim, Hutang Bangsa Kepada Pesantren,
OLEH : Hamid Fahmy Zarkasyi Peneliti di Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization (INSIST)

Positive Thinking, Resep SEhat Jalani Hidup




Dalam hidup ini, problematika dan kekurangan tidak bisa kita elakkan dalam setiap detik waktu yang kita jalani, tidak bisa kita hindari dalam setiap langkah yang kita langkahkan. Semua problem baik itu masalah-masalah psikis, maupun fisik. Sebenarnya semua masalah baik masalah psikis maupun masalah fisik insya Allah bisa diselesaikan asalkan ada niat yang tulus untuk menyelesaikannya. Namun, yang sering menjadi permasalahan bagi kita tatkala munculnya keputus asaan menghampiri kita. kadangkala kita justru bingung dan seperti menyesal di kala ada masalah menghampiri kita. ada yang menyelesaikannya dengan bunuh diri, minum-minuman keras, pasrah, sehingga bukannya menyelesaikan masalah yang satu tapi kita justru menumpuk masalah satu dengan masalah yang lainnya.
Yang sering adalah tatkala kita tidak diberikan sesuatu yang kurang sempurna, seperti wajah yang tidak rupawan. Seharusnya kita harus bersyukur kepada Allah yang telah memberikan wajah kepada kita, kita lihat Tumini seorang wanita renta di jawa timur yang mengidap kanker ganas di wajahnya. Sehingga mata dan hidungnya habis digerogoti oleh kanker ganas tersebut. Bukan malah kita justru pergi ke salon menghabiskan uang ratusan juta untuk operasi plastik, membiarkan pisau-pisau bedah menyayat wajah kita. bersyukurlah karena masih banyak saudara kita yang mengalami nasib serupa, bahkan lebih buruk daripada kita seperti Tumini.
Kadangkala kita juga merasa sedih, tidak puas tatkala diberikan kulit yang agak kecokelatan. Padahal semestinya kita bersyukur karena ada orang yang tidak diberikan warna kulit seperti orang-orang Albino. Dan juga masih banyak saudara kita di Afrika yang lebih hitam kulitnya daripada kita. kita juga sering bersedih saat diberikan tubuh gemuk, kita sering mengatakan, “Allah tak adil”. Padahal masih banyak saudara kita yang kekurangan makan sehingga tulang kelihatan. Bersyukurlah, be Positive thinking. Keputus asaan sewaktu-waktu juga muncul saat kita diberikan tubuh yang tidak tinggi, pendek, semestinya kita melihat pada Ucok Baba, meski hanya memiliki tubuh setinggi + 70 cm, tapi dia tetap pede, dan justru dengan kecebolannya ia justru menjadi sumber peruntungannya.
Akhir-akhir ini mengenai Ujian Nasional, saat kita mendapat nilai Nem yang rendah, sering kita menyalahkan guru kita, mengatakan bahwa guru kita tidak profesional, padahal sebenarnya kita mesti bersyukur karena banyak teman-teman kita yang gagal dalam ujian tersebut. Masih untung kita diberi kelulusan, dan mestinya kita introspeksi pada diri kita, apa yang kita lakukan selama ini, sudah maksimalkah belajar kita ? rajinkah kita masuk sekolah dan mengikuti bimbingan ? sudahkah kita berlaku baik kepada guru-guru kita ? sudahkah kita sungkem pada orang tua dan guru di saat ujian ? bagaimana perilaku kita di sekolah, dengan teman-teman kita ? sudahkah kita beribadah dan berdo’a kepada Allah swt. ? jika kita sudah mengerti kesalahan-kesalahan kita, berarti nilai yang kita dapatkan adalah kemampuan kita ! dan kita juga harus bangga karena itu hasil murni kita, yang kita kerjakan sendiri, bukan bantuan orang lain. Daripada mendapat nilai sempurna tapi bukan hasil dari jawaban kita. be positive thinking. Dan untuk motivasi, berdasarkan data dari Universitas Harvard, 10 lulusan terburuk dengan 10 lulusan terbaik, pada 10 tahun setelah lulusan kebanyakan 10 lulusan terburuk itu justru meraih sukses. Kita lihat juga Direktur pabrik motor Honda yang hanya lulusan SD. Seharusnya kita harus yakin dalam hati kita, bahwa kita harus lebih baik dari Direktur Honda. Be Positive thinking.
Tapi yang mengherankan ada saja orang yang sudah tidak memiliki kelebihan sudah Wajah tidak rupawan, ilmu tidak mumpuni, harta tidak cukup untuk makan, tapi tetap saja tidak mau beribadah kepada Allah. Maka orang seperti itu adalah orang yang paling merugi, karena sudah hina di dunia juga hina di akhirat. Oleh karena itu, dengan kekurangan itu kita seharusnya lebih taat beribadah, sehingga kita termasuk orang yang paling beruntung, meski hina di dunia, tapi di akhirat kita mampu mencium harumnya surga, Ditemani bidadari-bidadari, terhindar dari siksa neraka.
Membaca cuplikan di atas, seharusnya kita selalu berpikiran positif atau kalau kata gaulnya “POSITIVE THINKING” terhadap segala kekurangan-kekurangan kita. dan seharusnya kita berfikir Bagaimana merubah ulat menjadi kupu-kupu, bagaimana cara kita merubah kekurangan kita menjadi sesuatu yang dapat kita banggakan, jangan sebaliknya kita justru malu terhadap kekurangan yang kita miliki. Tanamkan dalam diri kita, kekurangan adalah obat kesombongan, coba bayangkan andaikata semua manusia ini tidak diberi kekurangan, yang terjadi adalah kesombongan merajalela, semua manusia mengaku tuhan karena merasa dirinya paling sempurna. Sehingga kita seharunya bersyukur karena apabila kita diberi kekurangan karena dengan kekurangan itu kita justru lebih taat beribadah kepada Allah. Maka hargailah kekurangan yang kita miliki toh itu semua dari Allah, dan Dan Allah maha mengetahui lagi sempurna. (imq)

Naikkan harga Diri, Tingkatkan prestasi




Dalam penelitian ahli psikologi ditemukan hubungan yang signifikan antara tingginya self esteem (harga diri) dengan prestasi. Semakin tinggi harga diri seseorang, semakin tinggi prestasi yang akan diraihnya. Semakin rendah dan biasa-biasa saja harga diri seseorang, semakin rendah prestasi yang akan dicapai.
Ketika berusia dua tahun, kita mulai berkomunikasi dengan menggunakan bahasa, sebuah keterampilan yang dipelajari tanpa buku tata bahasa, kelas atau ujian. Jika kita seperti kebanyakan orang, sebelum ulang tahun yang kelima, kita telah menguasai 90 % kata-kata yang akan kita gunakan secara teratur selama hidup kita.
Kemudian satu hari, mungkin di kelas satu atau dua, kita duduk di kelas dan guru berkata, “Siapa yag tahu jawabannya ?” Kita mengangkat tangan terlonjak dari tempat duduk kegirangan sampai guru menyebut nama kita. Dengan yakin kita menyebut jawaban itu. Tiba-tiba kita mendengar anak-anak lain tertawa dan berkata,” Bukan, itu salah! Kamu bodoh!”
Kita malu di depan kawan-kawan dan guru kita, salah seorang diantara tokoh yang memiliki dalam kehidupan kita. kepercayaan diri kita mulai goyah, benih keraguan mulai tertanam dalam psyche kita. Kita mencitrakan diri kita sebagai orang yang gagal, keraguan tumbuh di dalam diri, dan mulai sedikit mengambil resiko.
Pada tahun 1982, Jack Confield, seorang ahli tentang self esteem (harga diri), melaporkan hasil penelitian dimana 100 anak diserahkan kepada peneliti untuk 1 hari. Peneliti bertugas untuk mencatat berapa banyak komentar negatif dan positif yang diterima anak selama 1 hari.
Confield menemukan bahwa rata-rata sehari anak menerima 460 komentar negatif atau kritikan dan hanya 75 komentar positif atau suportif. Itu berarti enam kali lebih banyak komentar negatif daripada positif.
Umpan balik negatif yang terus menerus ini sangat mematikan setelah beberapa tahun di sekolah, terjadilah learning shutdown(kebuntuan belajar). Pada akhir sekolah dasar, kata belajar dapat membuat seorang siswa takut dan tegang.
Saudara-saudaraku agaknya apa yang diilustrasikan oleh bobbie deporter dalam bukunya Quantum Learning diatas terjadi bukan hanya pada anak kita saja. Bangsa inipun mengalami degadrasi harga diri yang kronis. Bangsa ini mengalami Complex Inferiority (rendah diri).
Coba bayangkan berapa kali ungkapan negative diterima oleh bangsa ini setiap hari. Mulai dari “bangsa budak”, “ bangsa kere”. Sepertinya bangsa ini membutuhkan orang yang mampu memberi ungkapan –ungkapan positif. Sehinga hal itu akan mampu menaikkan harga diri bangsa.
Dalam sejarah, bangsa besar adalah bangsa yang memiliki harga diri tinggi. Contohnya , Jerman ketika dipimpin Hitler dia menanamkan kepada bangsanya bahwa bangsanya, ras aria, adalah ras yang terbaik di dunia. Kalimat-kalimat ini di ulang-ulang oleh Hitler dalam setiap pidato-pidatonya. Wajar jika kemudian dalam waktu yang sangat singkat Jerman menjadi bangsa yang ditakuti pada masanya.
Jepang adalah salah satu bangsa yang memiliki harga diri tinggi. Jepang atau Nippon merasa sebagai bangsa yang superior. Dengan Tiga A-nya, yaitu Nippon Pemimpin Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Cahaya Asia. Terlebih lagi menurut keyakinan mereka, raja Jepang adalah keturunan Dewa Matahari. Jepang hampir menguasai Asia dengan ekspansinya . Bom atom di dua kota besar, Nagasaki dan Hiroshima, tidak mampu membendung semangat bangsa ini. Jepang hanya sempat oleng sebentar, namun kemudian menggeliat dan mengaum kembali menjadi bangsa yang membuat gentar Amerika. Kini Jepang menjadi satu diantara lima negara termaju di dunia.
Bangsa arab , khususnya disekitar Mekkah dan Madinah, adalah bangsa pinggiran. Rum dan Persi enggan mengekspansi daerah itu. Disamping kondisi gografisnya yang kurang subur , bangsa itu adalah bangsa yang senang berperang. Setelah mengislamkan mereka, Rosululloh menyuntikkan harga diri yang tinggi. Seakan beliau menyulut api dalam dada-dada mereka, kemudian api itu mereka kobarkan dalam hidup mereka. Harga diri mereka tersulut dan terlecut dengan firman Allah QS 3:110 yang artinya : “Kalian adalah umat yang terbaik yang di keluarkan untuk seluruh umat manusia, kalian mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari kemungkaran dan kalian beriman kepada Allah SWT”.
Perasaan sebagai umat yang terbaik dan perasaan sebagai penyelamat seluruh manusia telah menaikkan harga diri para sahabat di waktu itu. Kerendah dirian mereka seakan terkikis habis tergantikan dengan harga diri yang melambung tinggi. Jika Jepang yang merasa sebagai pelindung Asia saja memiliki prestasi yang luar biasa, apalagi sahabat yang merasa sebagai penyelamat seluruh manusia (rahmatan lil ‘alalamin). Dua pertiga dunia telah mereka selamatkan dalam naungan Islam.
Bilal bin Robbah dahulunya adalah seorang budak. Namun di dadanya tertanam perasaan sebagai umat yang terbaik. Prestasinya melejit luar bisa. Dari seorang budak menjadi seorang Gubenur. Dia tidak lagi merasa minder dengan kulitnya yang hitam, rambutnya yang kriting, bibirnya yang tebal . Jiwanya tidak terkerdilkan dengan statusnya yang mantan budak. Perasaan sebagai umat yang terbaik telah menghapuskan keminderannya. Rosululloh telah mengabarkan bahwa suara terompahnya sudah terdengar di surga.
Umar bin Khottob, seorang preman Mekkah yang ditakuti, telah berubah menjadi orang kedua yang terbaik setelah Abu Bakar. Bahkan Rosulullah SAW pernah bersabda bahwa seandainya ada lagi nabi setelah baliau, Umarlah orangnya. (imq)

Jangan Remehkan Perkara Kecil



Habiburrahman El-Shirazy, pengarang novel ayat – ayat cinta, menuliskan kisah yang menggelitik perasaan dalam bukunya “Ketika Cinta Berbuah Surga“ bahwa hanya gara – gara seekor lalat, seseorang bisa masuk surga dan masuk neraka. kisah yang diceritakan oleh Imam Thariq Bin Shihab ini berisi 2 orang yang melakukan pengembaraan. Suatu hari, mereka memasuki daerah yang didiami oleh sebuah kaum yang menyembah berhala. Kaum itu memiliki berhala yang disembah dan dikeramatkan. Orang yang melewati daerah mereka, harus memberikan korban sebagai sesembahan untuk berhala itu. Jika tidak mau memberikan korban, maka mereka tidak akan dibiarkan keluar dari daerah itu dalam keadaan hidup.
dua orang itu pun mengalami hal yang sama, mereka harus memberikan sesembahan pada berhala. Lelaki pertama sangat takut pada kematian karena dia tidak memiliki apa – apa, akhirnya dia menangkap seekor lalat dan memberikannya kepada berhala itu sebagai sesembahan.
Sedangkan lelaki yang kedua, tetap teguh memegang aqidahnya. Dia tidak mau berkorban untuk berhala itu,meskipun dengan seekor lalat. Dia memilih untuk taat pada ajaran agamanya, berkorban hanya boleh dilakukan jika sesuai dengan syariat, yaitu korban idul adha yang dilakukan ikhlas karena Alloh. Sedangkan memberikan sesembahan pada berhala, meskipun hanya dengan seekor lalat, adalah perbuatan menyekutukan Alloh. Itu adalah dosa paling besar. Akhirnya dia dibunuh, dia mati syahid mempertahankan aqidahnya dan masuk syurga.
Adapun lelaki yang satunya, akhirnya meneruskan perjalanan, namun naas, baru berjalan beberapa puluh langkah, ditengah padang pasir dia digigit ular dan akhirnya mati. Namun, dia mati dalam keadaan musyrik (menyekutukan Allah). Dia masuk neraka karena menyekutukan Alloh, dengan mempersembahkan seekor lalat pada berhala.
Tragis memang, yang satu masuk surga karena seekor lalat dan yang satu masuk neraka karena seekor lalat.
Kita tidak boleh menyepelekan sebuah kebaikan walaupun kecil karena kita tidak mengetahui dimana letak kemurahan rahmat Alloh. Jangan – jangan perbuatan yang nampak remeh bernilai besar di mata Allah. Seorang pelacur kehausan ditengah padang pasir. Keinginannya adalah menegukk air untuk menghilangkan dahaganya, menyelamatkan hidupnya. Nampak didepan matanya sebuah sumur yang agak dalam. Karena tidak ada timba untuk mengambil air , terpaksa dia harus turun kedalam sumur. Dengan susah payah dia kembali naik, digigitnya terompahnya yang telah berisi air itu menggunakan giginya dan sisa-sisa tenaga yang dia miliki. Setelah sampai diatas nampak seekor anjing ,menjulurkan lidahnya, kehausan. Pelacur itu merasa iba. Air dalam terompahnya itu dia minumkan kepada anjing tersebut. Subhanallah ! Langit mendung seketika seakan ikut merasa terharu pengorbanan pelacur itu. Amal yang sederhana dan nampak remeh ini menyebabkan turunnya ampunan Allah. Singkat cerita pelacur di zaman bani Israil ini masuk surga. Kalau memberi minum anjing saja seperti itu hasilnya, bagaimana jika yang kita beri minum itu adalah tetangga kita, anak yatim disekitar kita, apalagi Ulama’-Ulama’ kita. Jika pelacur saja dirahmati oleh Allah SWT, bagaima jika yang memberi itu adalah kita wahai saudaraku.
Di samping menyepelekan sebuah kebaikan, kita juga tidak boleh meremehkan perbuatan jahat walaupun kecil dan nampak sepele karena kita tidak tahu kapan datangnya kemurkaan Allah.
Kita tidak menyepelekan sesama hamba Allah karena kita tidak mengetahui siapa wali-wali Allah yang sebenarnya. Jangan-jangan orang yang terlihat tidak mempunyai kedudukan dan diacuhkan masyarakat justru memiliki derajat mulia di sisi Allah swt.
Dalam sebuah hadist Bukhari disebutkan, “Sseeorang mengucapkan dari lisannya kata-kata yang diridhai Allah swt., ia menganggap ucapannya itu tidak penting. Tetapi ucapan itu menyebabkan derajatnya sangat tinggi. Dan ada seorang yang mengucapkan kata-kata yang dibenci Allah swt. Ia tidak menghiraukan ucapannya itu, tetapi karena ucapannya itu ia akan dicampakkan ke dalam neraka”. (Fadhilah Sedekah)
Saudaraku, seseorang tidak akan tersandung dengan batu yang besar. Justru batu kecillah yang membuat langkah kita terganggu. Dalam bukunya “Slilit Sang Kyai”, Emha Ainun Najib mengisahkan cerita seorang kyai yang memiliki segudang prestasi kesholehan di masyarakat. Sehingga ketika beliau meninggal dunia, masyarakat menganggap pasti masuk surga. Namun, seorang santrinya bermimpi bertemu sang kyai di kuburnya bhwa dia celaka dan dimasukkan neraka hanya gara-gara “slilit”. Sang kyai bercerita bahwa dia pernah diundang dalam suatu acara walimah/ seperti biasanya disuguhkan berbagai menu masakan yang lezat-lezat. Setelahj makan sang kyai kebingungan mencari tusuk gigi (slilit). Ketika keluar dari rumah shohibul bait dan melewati pagar bambu, dia mengambil serpihan bambu sebagai tusuk gigi untuk slilit tanpa seizin tuan rumah. Hal inilah yang menyebabkan dia diberi berbagai macam pertanyaan dan nyaris mencelakakan sang kyai di kubur. Emha dengan nakalnya mengomentari cerita itu : “kalau slilit kecil saja sudah seperti itu akibatnya, bagaimana dengan pengusaha –pengusaha liar yang slilitnya pakai kayu glondongan kalimantan ?”
Mari kita mengkhawatirkan setiap dosa yang kita lakukan. Walaupun nampaknya sepele. Dan mari kita menghargai setiap kebaikan kita. walaupun kecil di mata kita dan orang di sekitar kita. Walupun hanya sekedar menggeser tepi bibir kita kesamping kanan dan kiri sejauh satu cm (tersenyum). Mungkin justru senyum kita itulah yang membuat orang-orang disekitar kita merasa ada dan berharga.” Ya Alloh … ternyata masih ada hambamu yang memperhatikan aku “. Terlebih lagi kalau senyum itu adalah senyum terindah yang kita miliki. Alangkah indahnya hidup ini. Jika orang-orang Eropa sering memberi hadiah dengan bunga. Kalau kita , jadilah bunga yang terus bergerak menebarkan aroma wewangian dan keindahan Jangan remehkan sesuatu yang kecil. (imq

Amalan Para Penghuni Surga

Beberapa amalan penduduk surga di dunia secara terperinci :
1. Bertobat dan memohon ampunan kepada Allah kdari seluruh dosa dan kesalahan. Senang bersedekah, mampu menahan amarah serta memiliki sifat pemaaf.
Allah berfirman : ''Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah - Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengatahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Rabb mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.'' (QS. Al-Imran : 133-136).
2. Berhijrah dari keburukan (jahiliyah) kepada kebaikan (islam), serta berjihad dengan harta dan jiwa demi meninggikan kalimatullah.
''Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapatkan kemenangan. Rabb mereka mengembirakan mereka dengan memberikan rahmat daripada-Nya, keridhoan dan surga, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.'' (QS. At-Taubah : 20-22).

3. Istiqomah dalam keta`atan dan bersungguh-sungguh dalam menjalankannya. Firman Allah :
''Sesunguhnya orang-orang yang mengatakan : ''Rabb kami ialah Allah'', kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.'' (QS. Al-Ahqaf : 13-14)
4. Khusyu` dalam shalat, meninggalkan perbuatan yang tidak berguna dan membayar zakat, menjaga kemaluan serta memelihara amanah.
Firman Allah : ''Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara shalatnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (ya'ni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.'' (QS. Al-Mukminun : 1-11)
Diriwayatkan dari Imam Ahmad dan yang lainnya bahwa Nabi n bersabda : (Sungguh telah diturunkan kepadaku 10 (sepuluh) ayat, maka barangsiapa yang melaksanakannya niscaya ia masuk surga kemudian Beliau n membaca ''Qod aflahal mu`minun'' Al Ayat.
5. Menuntut ilmu syar`i yang sesuai dengan Al-Qur`an dan As-Sunnah disertai implementasinya dalam kehidupan.
Dari Abu Umamah berkata : saya telah mendengar Rasulullah berkhutbah pada haji wada` maka beliau n bersabda : ''Barangsiapa meniti suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah memudahkan jalan baginya ke surga.'' H.R. Muslim.
6. Berwudhu` secara sempurna dan dilanjuti dengan membaca syahadatain setelah selesai berwudhu`.
Dari Umar bin Khaththab bahwa Nabi bersabda : ''Tidaklah salah satu diantara kalian yang berwudhu`, lalu disempurnakan wudhu`nya itu, sesudah itu dia berucap : ''Asyhadu an la ilaha illallah, wa anna Muhammadan `abdullah wa rasuluhu (Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang haq untuk disembah kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah seorang hamba dan rasul-Nya) melainkan dibukakan baginya 8 pintu surga yang dapat dimasukinya dari mana saja menurut kehendaknya.'' H.R. Muslim.
7. Kontinue dalam melaksanakan shalat nafilah (sunnat) sebelum maupun sesudah shalat fardhu (sunnah rawatib ba`diyah dan qabliyah).
Dari Ummu Habibah x berkata : Saya mendengar Rasulullah bersabda : ''Siapa yang mengerjakan shalat 12 raka`at sehari semalam, akan dibuatkan oleh Allah untuknya rumah di surga.'' H.R. Muslim.
12 raka`at itu terdiri dari 4 raka`at sebelum shalat Zhuhur, 3 raka`at setelahnya, dan 2 raka`at setelah shalat Magrib dan 2 raka`at setelah shalat Isya, serta 2 raka`at sebelum shalat Shubuh sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi.
8. Membangun masjid semata-mata karena Allah.
''Barangsiapa membangun masjid dalam rangka mencari keridhaan Allah semata, maka Allah akan membuatkan pula baginya rumah di surga.'' H.R. Bukhari dan Muslim.
9. Menyantuni dan memelihara anak yatim serta peduli terhadap kebutuhan-kebutuhan hidup mereka.
Dari Abu Hurairah z berkata : Rasulullah n bersabda : ''Pengasuh anak yatim, baik yatimnya sendiri atau anak yatin orang lain dengan saya di surga seperti ini, sambil menunjukkan (perawi hadits ini yaitu) Malik kedua jarinya, telunjuk dan jari tengah.'' H.R. Muslim.
10. Beriman kepada Allah dan hari Akhir, berinteraksi sosial dengan sikap yang seperti kita inginkan bagaiman mereka harus bersikap kepada kita.
Dari Abdullah bin Umar r,ahuma berkata: Rasulullah n bersabda : ''Siapa yang ingin bebas dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka hendaklah dia berjasa kepada umat manusia sesuai dengan yang diinginkan oleh masyarakat itu dan dia beriman kepada Allah dan hari Akhir.'' H.R. Muslim.
11. Menyebarkan salam, memberikan makan fakir miskin dan menjalin tali silaturahmi serta shalat malam (tahajjud).
Dari Abdullah bin Salam z bahwa Nabi n bersabda : ''Wahai umat manusia, sebarkan salam, berilah makan, jalinlah tali silaturahmi, shalat tahajudlah di saat manusia tertidur lelap, maka kalian akan masuk surga.'' H.R. At-Tirmidzi dan berkata hadits hasan shahih.
12. Berperangai baik, bersikap lembut dan tawadhu` (rendah hati) kepada Allah k maupun antar sesama hamba.
Dari Abu Hurairah bahwa Nabi pernah ditanya mengenai hal apa yang paling banyak memasukkan manusi ke dalam surga, beliau menjawab : ''Taqwa kepada Allah dan berakhlaq baik.'' H.R. At-Tirmidza dan Ibnu Hibban dalam shahihnya.
Dari Abdurrahman bin `Auf berkata : Rasulullah n bersabda : (''Jika seorang wanita melakukan 5 shalat fardhu, berpuasa Ramadhan satu bulan penuh dan menjaga kemaluannya serta menta`ati suaminya maka kelak ia akan masuk surga dari segala pintu yang ia kehendaki.''
Itulah beberapa amalan para penghuni surga, semoga kita bisa mengamalkannya, selain dari itu masih banyak amalan-amalan yang mampu mengantarkan kita ke surga. Tapi, laksanakan dahulu hal-hal di atas mulai dari pertama sampai terakhir, terus mengistiqomahkannya agar kita dimasukkan ke surganya allah swt. (imq

Calon ORang Besar Berubah

Kita ini terlalu banyak menggunakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk sesuatu di luar diri kita. Juga terlalu banyak energi dan potensi kita untuk memikirkan selain diri kita, baik itu merupakan kesalahan,keburukan,mau pun kelalaian. Namun, ternyata sikap kita yang kita anggap kebaikan itu tidak efektif untuk memperbaiki yang kita anggap salah.
Banyak orang yang menginginkan orang lain berubah,tapi ternyata yang diinginkannya itu tak kunjung terwujud. Kita sering melihat orang yang menginginkan Indonesia berubah. Tapi, pada saat yang bersamaan, ternyata keluarganya 'babak belur', di kantor sendiri tak disukai, di lingkungan masyarakat tak bermanfaat. Itu namanya terlampau muluk.
Jangankan mengubah Indonesia, mengubah anaknya saja tidak mampu. Banyak yang menginginkan situasi negara berubah, tapi kenapa merubah sikap istri saja tidak sanggup. Jawabnya adalah: kita tidak pernah punya waktu yang memadahi untuk bersungguh-sungguh mengubah diri sendiri. Tentu saja, jawaban ini tidak mutlak benar. Tapi jawaban ini perlu diingat baik-baik.
Siapa pun yang bercita-cita besar, rahasianya adalah perubahan diri sendiri. Ingin mengubah Indonesia, caranya ubah saja diri sendiri. Betapapun kuatnya keinginan kita untuk mengubah orang lain, tapi kalau tidak dimulai dari diri sendiri, semua itu menjadi hampa. Setiap keinginan mengubah hanya akan menjadi bahan tertawaan kalau tidak dimulai dari diri sendiri. Orang di sekitar kita akan menyaksikan kesesuaian ucapan dengan tindakan kita.
Boleh jadi orang yang banyak memikirkan diri sendiri itu dinilai egois.Pandangan itu ada benarnya jika kita memikirkan diri sendiri lalu hasilnyajuga hanya untuk diri sendiri. Tapi yang dimaksud di sini adalah memi kirkan diri sendiri, justru sebagai upaya sadar dan sungguh-sungguh untuk memperbaiki yang lebih luas.
Perumpamaan yang lebih jelas untuk pandangan ini adalah seperti kita membangun pondasi untuk membuat rumah. Apalah artinya kita memikirkan dinding, memikir kan genteng, memikirkan tiang sehebat apa pun, kalau pondasinya tidak pernah kita bangun. Jadi yang merupa kan titik kelemahan manusia adalah lemahnya kesunggu han untuk mengubah dirinya, yang diawali dengan keberanian melihat kekurangan diri.
Pemimpin mana pun bakal jatuh terhina manakala tidak punya keberanian mengubah dirinya. Orang sukses mana pun bakal rubuh kalau dia tidak punya keberanian untuk mengubah dirinya. Kata kuncinya adalah keberanian. Berani mengejek itu gampang, berani menghujat itu gampang, tapi, tidak sembarang orang yang berani meli hat kekurangan diri sendiri. Ini hanya milik orang- orang yang sukses sejati.
Orang yang berani membuka kekurangan orang lain, itu biasa. Orang yang berani membincangkan orang lain, itu tidak istimewa. Sebab itu bisa dilakukan orang yang tidak punya apa-apa sekali pun. Tapi, kalau ada orang yang berani melihat kekurangan diri sendiri, bertanya tentang kekurangan itu secara sistematis, lalu dia buat sistem untuk melihat kekurangan dirinya, inilah calon orang besar.
Mengubah diri dengan sadar, itu juga mengubah orang lain. Walaupun dia tidak mengucap sepatah kata pun untuk perubahan itu, perbuatannya sudah menjadi ucapan yang sangat berarti bagi orang lain. Percayalah, kegigi han kita memperbaiki diri, akan membuat orang lain melihat dan merasakannya.
Memang pengaruh dari kegigihan mengubah diri sendiri tidak akan spontan dirasakan. Tapi percayalah, itu akan membekas dalam benak orang. Makin lama, bekas itu akan membuat orang simpati dan terdorong untuk juga melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Ini akan terus berimbas, dan akhirnya seperti bola salju. Perubahan bergulir semakin besar.
Jadi kalau ada orang yang bertanya tentang sulitnya mengubah anak, sulitnya mengubah istri, jawabannya dalam diri orang itu sendiri. Jangan dulu menyalahkan orang lain, ketika mereka tidak mau berubah. Kalau kita sebagai ustadz, kyai, jangan banyak menyalahkan santrinya. Tanya dulu diri sendiri.Kalau kita sebagai pemimpin, jangan banyak menyalahkan karyawan, lihat dulu diri sendiri seperti apa.
Kalau kita sebagai pemimpin negara, jangan banyak menyalahkan rakyatnya.Lebih baik para penyelenggara negara gigih memperbaiki diri sehingga bisa menjadi teladan. Insya Allah, walaupun tanpa banyak berkata, dia akan membuat perubahan cepat terasa, jika berani memperbaiki diri. Itu lebih baik dibanding banyak berkata, tapi tanpa keberanian menjadi suri teladan.
Jangan terlalu banyak bicara. Lebih baik bersungguh-sungguh memperbaiki diri sendiri. Jadikan perkataan makin halus, sikap makin mulia, etos kerja makinsung guh-sungguh, ibadah kian tangguh. Ini akan disaksikan orang.
Membicarakan dalil itu suatu kebaikan. Tapipembicaraan itu akan menjadi bumerang ketika perilaku kita tidak sesuai dengan dalil yang dibicarakan.Jauh lebih utama orang yang tidak berbicara dalil, tapi berbuat sesuai dalil. Walaupun tidak dikatakan, dirinya sudah menjadi bukti dalil tersebut.
Mudah-mudahan, kita bisa menjadi orang yang sadar bahwa kesuksesan diawalidari keberanian melihat kekurangan diri sendiri. Amien.

(Dikutip Dari Tulisan KH. Abdullah Gymnastiar