Kamis, 05 Maret 2009

Manajemen ilmu

ita sebagai umat muslim selayaknya mencari ilmu. Baik itu di sekolah formal, maupun di sekolah informal. Baik itu laki-laki, perempuan, tua, muda semuanya diwajibkan untuk menuntut ilmu. Bahkan nabi menganjurkan kita untuk menuntut ilmu itu sampai di negeri china. Allah pun juga memberikan janji bagi orang yang menuntut ilmu untuk ditingkatkan derajatnya.
Tetapi terkadang kita sudah belajar berjam jam, berhari-hari, bahkan bertahun-tahun. Nyatanya tak jarang banyak ilmu yang tidak masuk ke otak kita, atau tak jarang pula masuk ke telinga kanan keluar ke telinga kiri. Kenapa hal itu bisa terjadi ? karena kita tidak mengetahui sirkulasi ilmu. Sebenarnya jika teliti lebih lanjut, ilmu itu laksana sebuah barang, yang disebarkan dan diperjual belikan ke seluruh manusia. Sehingga untuk mendapatkannya, harus melakukan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh produsen, distributor, dan konsumen. Lalu siapa yang menjadi produsen, distributor, dan konsumen ?
Sebelum kita bahas lebih jauh, sebenarnya ilmu itu berasal dan di buat oleh Allah, karena yang maha pintar itu Allah. Lalu keseluruhan ilmu itu diajarkan ke Nabi Adam as. Dan oleh nabi Adam diajarkan ke istrinya dan ke seluruh anak cucunya. Hingga sekarang yang menjadi distributor ilmu adalah para bapak, ibu, guru, kyai, ustadz, orang tua, paman, kakek, teman, dan semua orang yang telah mengajarkan ilmu-ilmu kepada kita. Kita sebagai konsumen tentunya tidak serta merta dapat mengambil ilmu tersebut. Karena seperti kata pepatah “ada barang, ada uang” jadi ilmu tersebut harus kita beli dengan mata uang yang dalam sistem jual beli ilmu itu adalah Waktu, Tenaga, Pikiran, dan Biaya. Jadi, untuk mendapatkan ilmu tersebut, keempat elemen itu harus kita korbankan.
Kenapa harus waktu, tenaga, pikiran, dan biaya ? karena dengan waktu kita dapat meninggalkan segala kepentingan kita untuk mendapatkan ilmu, sedangkan dengan tenaga kita dapat memaksimalkan fisik kita dalam menerima ilmu itu, dan dengan pikiran kita dapat mempersiapkan mental kita saat ilmu itu akan masuk ke dalam otak kita, dan demi memfasilitasi kita dalam menuntut ilmu, yang perlu kita korbankan adalah biaya. Biaya dalam artian adalah uang untuk membayar gaji guru, membeli buku-buku penunjang, dan juga demi memberikan tubuh kita dengan memberi asupan gizi yang seimbang.
Ketika bapak ibu guru menerangkan di kelas, bapak ibu guru itu bagaikan sales yang menawarkan suatu produk kepada kita. Kita sebagai konsumen harus berani berkorban dengan nilai beli yang sangat tinggi agar memperoleh ilmu yang berkwalitas, dan apabila kita hanya berkorban dengan biaya yang Cuma-Cuma dan pas-pasan tentunya kita hanya mendapatkan ilmu yang kurang berbobot. Kita lihat para ilmuwan-ilmuwan indonesia yang menuntut ilmu di luar negeri, mereka korbankan segalanya demi mendapatkan ilmu yang ada di luar negeri. Sehingga, mereka memperoleh kwalitas ilmu yang sangat bagus.
YANG MEMPENGARUHI MASUKNYA ILMU
Ada faktor yang sangat mempengaruhi masuk tidaknya ilmu. Yang pertama adalah Faktor Genetika, gen sangat mempengaruhi kita, bentuk, sifat, kebiasaan, kemampuan merupakan salah satu sifat yang dapat diturunkan dari ayah, ibu dan para leluhur kita. Jika orang tua kita cerdas, kita pun bisa menjadi cerdas. Sehingga jika kita mempunyai sifat atau gen pintar yang menurun dari orang tua kita, saat menerima pelajaran ilmu itu akan mudah sekali masuk.
Yang kedua adalah Faktor psikologis, masalah-masalah yang menimpa kita, ditambah mental kita yang kurang siap dapat mempengaruhi kita dalam menerima ilmu. Sehingga dengan pikiran yang segar dan santai ilmu-ilmu itu akan mudah sekali masuk.
Faktor ketiga adalah Faktor Lingkungan, Lingkungan yang tidak bernuansa pendidikan juga dapat menghambat kita dalam menuntut ilmu, karena jika lingkungan di sekeliling kita tidak mempunyai nuansa pendidikan. Maka tak ada dorongan yang membuat kita untuk menuntut ilmu, selain itu kita juga kesulitan dalam menemui bapak ibu guru yang dapat mengajari kita, atau juga kita juga akan kesulitan dalam mencari buku penunjang. Sehingga untuk memaksimalkan belajar kita buatlah suasana pendidikan di rumah kita, di desa kita, di sekolah kita, dan dimanapun kita berada.
Faktor yang terakhir adalah Faktor Kapasitas, memang kapasitas otak manusia tidak bisa diperkirakan. Tapi semua ilmu dan keahlian asalkan kita mau dan mampu, semuanya bisa masuk ke dalam otak kita. Tapi, yang sering kita lupakan adalah seringnya kita memforsir otak kita terus menerus, tanpa memberi sedikit waktu untuk beristirahat. Dan juga yang sering kita lakukan adalah tidak menjadwal ilmu-ilmu yang akan kita pelajari, satu waktu kita pelajari berbagai ilmu, sehingga membuat otak kita Hang. Akhirnya ilmu-ilmu yang seharusnya masuk, justru keluar lagi. Karena otak kita tidak mampu untuk menyimpan dan memasukkan ke dalam ruang-ruang dalam otak kita.
Tapi semua itu tergantung kepada Allah swt. Karena semua hal di dunia ini yang mengatur hanyalah Allah. Banyak kita lihat orang-orang yang sukses karena mau berkorban demi ilmu. Mereka mau berkorban demi ilmu meluangkan waktu yang seharusnya untuk bermain, menguras tenaga yang seharusnya digunakan untuk istirahat, memberatkan pikiran yang seharusnya kita gunakan untuk memikirkan yang santai, dan juga mengucurkan pundi-pundi rupiah untuk membeli buku, untuk membayar biaya les di sana-sini yang seharusnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang lain. Tapi jika kita tidak mau berkorban, mana ada ilmu yang kita dapatkan.
Sedari sekarang marilah kita korbankan waktu, tenaga, pikiran, dan uang kita demi menuntut ilmu. Dan jangan lupa tingkatkan tawadhu’ kita terhadap guru kita, karena tanpa distributor (guru), konsumen tidak akan mendapatkan barang yang diinginkannya. Perbanyak belajar, dan jadilah muslim yang cerdas yang cendekia (imq)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar