Kamis, 05 Maret 2009

Menomorsatukan Allah

Allah menciptakan semua makhluknya di dunia ini ditujukan untuk semata-mata mengesakan Allah. Kita diperintahkan untuk mempelajari berbagai bidang ilmu pengetahuan, seperti kimia, Fisika, Astronomi dan segala ilmu lainnya agar mengetahui keagungan Allah, di dalamnya terdapat tanda-tanda kekuasaanNya. Bahkan berkat mempelajari ilmu-ilmu itu banyak dari kalangan ilmuwan yang bertaubat karena penelitiannya sejalan dengan apa yang disebutkan di dalam Al-Qur’an.
Betapa hebatnya Allah dapat mengatur elektron atom yang sedemikian kecilnya mengitari proton dan neutron yang sangat kecil juga, berlawanan dengan arah jarum jam. Begitu juga dengan Bumi mengitari matahari yang juga berlawanan dengan arah jarum jam, Betapa hebat pula Allah yang merubah warna cabai dari hijau menjadi merah, Segala hal di dunia ini dikendallikan oleh Allah, oleh karena itu kita harus berserah diri kepada Allah.
Dan Allah sangat membenci orang yang menyombongkan diri mereka. Allah adalah pencemburu yang tidak suka ada mahluk yang membangga-banggakan makhluk. Maka yang akan dihancurkan oleh Allah adalah orang-orang yang menjadikan makhluk sebagai penyelesai masalah.
Suatu ketika Nabi Ya’qub as. Beribadah kepada Allah, ketika sholat tiba-tiba anaknya Nabi Yusuf as. Menangis. Mendengar tangisan itu Nabi Ya’qub melirik ke arah Nabi Yusuf. Maka sejak saat itu Allah memutuskan untuk memisahkan Nabi Ya’qub dan Yusuf selama 40 tahun dengan perantara saudara-saudara Nabi Yusuf as. Padahal Ya’qub adalah seorang Nabi Allah, karena mengalihkan perhatiannya kepada Allah sekejap saja, Allah langsung memisahkannya dengan anaknya. Lalu bagaimana dengan kita seorang hamba yang imannya naik turun tak tentu, mungkin kecintaan kita kepada dunia yang menyebabkan adzab menimpa kita, dan juga menyebabkan do’a kita tidak dikabulkan..
Ada seorang kaya raya yang akan dirampok, maka orang itu segera mengambil ganggang telepon, tetapi kabel teleponnya sudah di putus oleh perampok di luar rumah. Si empunya rumah pun lari mencari Handphonenya, ternyata pulsanya habis. Lalu si kaya raya itu mengambil pistolnya tetapi pelurunya habis juga. Lalu ia berteriak minta tolong ke tetangga, ternyata tetangganya sedang pergi semua. Akhirnya orang kaya itu itu putus asa terhadap makhluq dan segera mengambil wudhu dan sholat dan minta tolong kepada Allah.
Dari cuplikan diatas kita dapat simpulkan bahwa sering kali kita me-nomor limakan, yang pertama kali selalu kita andalkan dalam menghadapi masalah adalah makhluk, mulai yang besar kemudian agak kecil terus sampai yang terkecil. Baru setelah semua makhluk yang diandalkan tadi sudah tidak dapat memberi perubahan terhadap masalah itu kita lari kepada Allah. Untung masih meminta kepada Allah walaupun dianggap sebagai jalan terakhir, daripada tidak sama sekali.
Padahal ulama’ telah menyatakan bahwa jika terdapat suatu masalah dan yang pertamakali diingat adalah Allah, maka itu cirinya masalah itu akan segera selesai. Sebaliknya apabila terjadi suatu masalah yang pertama kali diingat adalah makhluk maka cirinya masalah itu tak akan selesai-selesai.
Seringkali kita mengatakan bersama kita bisa. Walaupun bersama tetapi tanpa Allah itu sama saja, maka kita harus menanamkan dalam diri kita bahwa bersama Allah kita bisa, walaupun sendiri kalau bersama Allah pasti bisa, jadikanlah Allah penolong pertama saat ada musibah, untuk memiliki keyakinan seperti itu kita harus mengeluarkan keyakinan kepada makhluk dan memasukkan keyakinan kepada Allah kedalam hati kita. Kita harus yakin bahwa tidak ada yang dapat memberi manfaat dan mudhorot kecuali Allah. Makhluk tak memiliki daya dan upaya untuk memberi manfaat atau mudhorot tanpa kehendak Allah.
Nabi yunus karena pernah berputus asa dalam berdakwah, oleh Allah diberi musibah 3 kegelapan, yang pertama kegelapan ikan paus, kegelapan laut, kegelapan malam. Untuk keluar dari semua kegelapan itu maka Nabi Yunus mebaca 3 butir do’a, yaitu do’a yang harus kita kerjakan saat ini. Beliau membaca kalimat Laailaha illa anta subhaanaka inni kuntu mina dzolimin. Pertama beliau memperbaiki keyakinannya bahwa yang bisa memberi hidayah hanya Allah. Yang menciptakan hanya Allah. Yang mengatur kehidupan hanya Allah. Yang memberi rezeki hanya Allah. Selain Allah tidak bisa apa-apa. Selain Allah lemah. Siapa yang mengandalkan makhluk akan dikecewakan oleh makhluk. Kedua, Nabi Yunus AS memuji-muji Allah. Maha Suci Allah. Apa yang terjadi adalah kehendaknya. Tidak ada yang salah dalam setiap keputusan-Nya. Lalu yang Ketiga beliau membaca innii kuntu minadz dzolimin. Salahkan diri kita sendiri ketika Ada masalah, kita tidak perlu sibuk menyalahkan orang lain. Menyalahkan si A, atau Si B. Karena semua masalah itu karena kedzoliman kita sendiri.
Lalu apa hasilnya, ketika beliau melakukan tiga langkah ini. Sesuai dengan Sabda Rasulullah saw. Bahwa Nabi Yunus AS di dasar lautan mengalami perasaan yang sama dengan apa yang dirasakan Rasulullah ketika di Sidrotil Muntaha, Merasa dekat dengan Allah. Tidak lama kemudian masalah beliau diselesaikan oleh Allah. Beliau dikeluarkan dari perut ikan. Diberi tempat yang subur. Dan juga diberi umat yang mau mentaati ajakan beliau untuk beribadah kepada Allah. Jadi masalah Infirodi (pribadi) selesai, masalah ijtima’i (umat) juga selesai.
Maka kita pun harus meniru tindakan beliau agar do’a kita diterima, dan ketika berdo’a kita harus sabar, kita harus yakin bahwa Allah mampu mengabulkan semua permintaan kita, karena Allah mengabulkan do’a tergantung prasangka hambanya.
Pernah seorang Waliyuullah yang tidak memiliki apa-apa untuk di makan atau di jual maka ba’da isya’ beliau pun berdo’a ”Ya Allah, jadikanlah kayu ini emas” ia mengulangi perkataan itu. Hingga lama sekali ia pun berpikir, ”Mungkin Allah belum mampu karena permintaan saya”, seketika itu ia merubah Do’anya agar kayu itu dijadikan besi saja, bersamaan dengan do’anya itu Allah merasa kasihan dan akan mengabulkan semua permintaan wali tersebut, karena do’anya sudah berubah maka seketika itupun kayu itu berubah menjadi besi.
Maka sedari sekarang, marilah kita meneguhkan keyakinan kita kepada Allah kepada Allah, dengan menomor satukan-Nya dalam segala hal, memujinya, dan janganlah sombong, karena Allah adalah sebaik-baiknya pencemburu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar