Kamis, 05 Maret 2009

Hidup secara Islami

Sebagai seorang muslim, layaknya, kita hidup secara islam. Aneh namanya jika sebagai muslim kita enggan untuk hidup secara islam. Kita mengaku muslim tapi cara mengatur kehidupan, belum islami. Agar bisa hidup ala islami kita harus memiliki beberapa hal yaitu :
1. Tujuan hidup kita harus sesuai dengan misi Al-Qur’an, وَ مَا خَلَقْتُ الجِنَّ وَالاِنْسَ اِلاَّ لِيَعْ


Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembahku” (QS. Adz-Dzariyat : 56)
Secara kodrati manusia tergolong sebagai makhuk individu, sosial, dan ciptaan tuhan. Sebagai ciptaan tuhan, kita hidup di dunia semata-mata hanya ditugaskan untuk beribadah atau menghambakan diri kepada Allah. Maka kita harus tunduk, patuh, dan tidak menolak untuk melaksanakan perintah Allah.
Kita hidup di dunia, tentunya memiliki tujuan hidup. Namun tujuan itu harus sesuai dengan apa yang telah Allah gariskan. Sebelum itu, Manusia harus sanggup membedakan mana maksud dan mana keperluan ? Sehingga manusia akan menggunakan potensi yang dimilikinya, waktu, tenaga dan hartanya, untuk menjalani maksud hidupnya.
Maksud hidup manusia ada empat : 1. Hidup untuk dakwah, mengajak manusia yang lain untuk menghamba kepada Allah. 2. Mencari dan menyebarkan ilmu 3. Beribadah dan berdzikir kepada Allah 4. Melayani dan memuliakan hamba Allah. Sebagai hamba Allah kita harus menggunakan harta dan segenap potensi yang kita miliki untuk empat perkara diatas.
Sedangkan keperluan manusia ada lima : Makanan dan minuman (Pangan), Pakaian (Sandang), Tempat tinggal , Transportasi, dan Perkawinan. Hamba Allah yang paham, akan menyederhanakan keperluan hidupnya untuk menyempurnakan maksud hidup. Bahkan jika dibutuhkan dia akan mengorbankan keperluan hidup untuk menopang maksud hidupnya.
Seseorang memelihara seekor kambing untuk berbagai keperluan. Jika anak sakit, kambing akan dijual untuk biaya pengobatan anak. Karena anak adalah maksud dan kambing adalah keperluan. Adalah tidak wajar jika kambing sakit, anak yang di jual untuk mengobati kambing. Sungguh sangat wajar jika seseorang mengorbankan dunianya untuk memperjuangkan agama yang sedang merosot ini. Namun akan nampak menggelikan jika karena dunianya seseorang mengorbankan dan menggadaikan agamanya.
2. Merasakan perbedaan kenikmatan akhirat dan dunia, Bahwa perbandingan antara dunia dan akherat amatlah jauh. Andaikan dunia ini terbuat dari emas. Dan akhirat terbuat dari lumpur. Masih jauh lebih baik akhirat. Karena, dunia sementara dan akhirat selama-lamanya. Bagaimana jika yang terbuat dari emas itu akhirat ? Tentunya akan jauh lebih baik pula.
Seorang sahabat yang memiliki julukan Dzul Bujadain ra. Rela meninggalkan kenikmatan hidupnya sebagai seorang yang kaya raya, menanggalkan baju yang indah, meninggalkan rumah yang megah, diusir oleh keluarganya dalam keadaan telanjang, digantikan dua lembar kain saja, karena memeluk agama islam. Dia rela meninggalkan dunia yang nampaknya indah dan mewah. Karena mengetahui bahwa duni itu hina dan fana, dan akhirat itu kekal.
3. Menyadari semua yang ada dunia tidak kekal, ”Setiap jiwa pasti akan merasakan mati” (QS. Al-Imron : 185). Tak hanya mobil dan rumah, manusia pun juga akan mengalaminya. Untuk menghadapi fase itu, kita harus mempersiapkan diri dengan cara meningkatkan ibadah kita kehadirat Allah. Karena pada fase itu segala amal dan perbuatan kita akan dipertanggung jawabkan. Jika amal baik kita lebih banyak, surga yang penuh nikmat akan kita tinggali, bidadari-bidadari yang cantik jelita akan selalu siap melayani kita. Sedangkan jika amal buruk kita lebih banyak, neraka yang panas, dan siksaan yang pedih siap menanti kita.
4. Menemukan intisari islam, untuk menemukannya dengan proses pembelajaran. Dalam hadist dikatakan ’’Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham melainkan ilmu pengetahuan’’. Hadist diatas sudah menjelaskan betapa pentingnya ilmu. Ada orang yang berpendapat ”Belajar itu Mahal”, Dalam hal ini kita tidak perlu mempersoalkan masalah biaya. Nyatanya, kita lebih memilih menghamburkan uang kita untuk hal-hal yang tidak berguna. Padahal, sebenarnya kita semua mampu untuk menyisihkan sedikit rizqi kita untuk ilmu. Oleh karena, itu marilah kita mengeruk warisan nabi dengan menuntut ilmu setinggi-tingginya. Baik secara formal maupun informal. Baik dari SD, SMA, Sarjana, atau yang lain asalkan ilmu. Yang manfaatnya dapat kita nikmati bersama.
5. Mengetahui kebudayaan jahiliyah, hal ini agar kita semua dapat menjauhi budaya tersebut. Namun, tanpa sepengetahuan kita kebudayaan itu tampaknya masih melekat di sekitar kita. Hal itu dapat kita lihat dengan tradisi-tradisi syirik yang masih dipertahankan. Dalam Al-Qur’an sudah dijelaskan bahwa budaya jahiliyah merupakan budaya yang sangat bodoh, dan berbau syirik.
Buah yang dapat kita petik dari cara hidup islami adalah konsisten (istiqomah) dalam melaksanakan semua ibadah, dan tumbuhnya rasa peduli ”orang yang tidak memiliki kepedulian terhadap umat yang lain bukan termasuk golongan nabi’’. Semoga kita semua diberi kesempatan agar bisa menjalani hidup islami, agar kita termasuk golongannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar