Jumat, 20 Maret 2009
Mari Bersyukur
Begitu kita bangun pada dini hari, terasa badan jadi bugar, semangat dan tenaga kerja rasanya pulih dan kembali segar, dan ini salah satu karunia nikmat yang kadang tidak banyak direnungkan dan diperhatikan. Bukankah kita telah merasakan nikmatnya tidur sepanjang malam. Sekujur badan terbujur lemas, lena menerawang di alam mimpi, istirahat pulas menikmati tidur karunia Allah yang terakar, dan andaikata rasa kantuk itu tak kunjung tiba, berarti nikmatnya tidur tidak akan kita rasakan, apa yang terjadi ? Betapa gelisahnya perasaan ini, badan terasa gerah, ini baru sisi kecil dari kehidupan ummat manusia. Oleh karena itu, betapa hinanya kita jika tidak bersyukur, setiap hari kita merasakan nikmat-Nya tapi kita tidak pernah berterima kasih kepada Allah.
Marilah kita layangkan pandangan kita ke sekeliling lingkungan, bahwasanya setiap makhluk yang hidup di atas permukaan bumi Allah ini sangat tergantung kepada komponen udara yang telah disediakan oleh Maha Pencipta. Di dalam udara atau hawa, padanya dijumpai berbagai unsur gas, gas oksigen, nitrogen, hidrogeen, helium, zat lemas, argon, kripton dan gas-gas mulia lainnya yang kecil jumlahnya. Jadi sesungguhnya sama sekali tidak ada pabrik gas, karena manusia tak mampu membuat gas. Yang ada hanyalah pabrik memisah-misahkan gas dengan perbedaan titik didih masing-masing gas.
Untuk lebih meyakinkan diri kita, apa yang dikemukakan di atas, patutlah diketahui atau kalau ada yang telah mendalami anggaplah kita mengulang kajian lama, bahwa seorang manusia sehat dewasa dalam keadaan normal, dalam satu menit kurang lebih 20 (Dua Puluh) kali bernapas. Satu kali bernafas udara kurang lebih 2 liter udara ke dalam rongga-rongga pernapasan, ini berarti semenit akan menghirup kurang lebih 40 liter udara. Kalau sehari semalam (24 jam) kita akan mengkonsumsi 57.600 liter udara, atau dengan kata lain kita telah menggunakan gas oxygen murni (100%) sebanyak 20% dari 57.600 liter udara adalah 11.520 liter oxygen murni seharinya. Berapa besarkah nilai ekonominya ?
Saat ini umum dipasarkan satu tabung oxygen harganya Rp. 40.000 yang isinya 6000 liter yang kadar oxygen antara 97-99% berarti nilai tiap liternya adalah 40.000 : 6000 adalah kurang lebih Rp. 6.600 per liter. Ini berarti seseorang manusia sehat cuma-cuma alias gratis telah menghabiskan gas oxygen setiap harinya dengan nilai 11.520 kali Rp. 6.600 sama dengan Rp. 760.000,- kalau sebulan nilainya menjadi Rp. 22.800.000,-
Nah kalau kita ingin lebih mendalaminya lagi seberapa besar nikmat oxygen yang telah kita hirup selama hidup atau pada usia kita saat ini misalnya 40 tahun, 50 tahun atau 60 tahun rata-rata kita semua yang masih hidup, tertuang kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala dalam nilai rupiah saat ini di atas 1 milyar, rasanya memang mustahilkah? Tapi kalau tidak percaya boleh hitung sendiri setelah sampai kerumah, begitu besarnya nikmat Allah kepada hambaNya dan masih sebagian kecil nikmat yang baru kita perhatikan. Karena jika kita menghitungnya, kita tidak akan bisa menghitungnya karena nikmat Allah sangat tak terhingga, Allah berfirman, “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah tidaklah dapat kamu menghinggakannya.” (QS. Ibrahim : 34)
Marilah kita mensyukuri akan apa yang telah diberikan oleh Allah kepada kita, bukankah dalam Surat Ar-Rahman, Allah mewanti-wanti kepada kita dengan mengulang-ulang 31 kali peringatan bagi umat manusia dengan firmanNya: “NikmatKu manakah lagi yang kamu dustakan.”
Marilah kita bersama-sama meluangkan waktu merenung sejenak di tengah kesibukan mencari nafkah betapa besar karunia Allah kepada diri kita, keluarga kerabat kita, bangsa kita dan hamba Allah pada umumnya. Sebagaimana yang telah kita ketahui dengan nyata sisi-sisi kecil atas nikmat yang telah kita rasakan bernilai sekian besarnya apalagi dalam mengarungi hidup ini, masih akan mengenyam nikmat-nikmat lainnya berupa nikmat kelapangan rizki, nikmat berkeluarga, nikmat kebahagiaan, nikmat kepuasan hidup dan masih setumpuk nikmat lainnya yang sukar menyebutkannya satu persatu.
Sebagai hasil renungan kita atas nikmat ini tentunya menimbulkan kesadaran dari lubuk hati yang dalam, kemudian dituangkan dalam bentuk kesyukuran, dan kesyukuran ini tidaklah punya arti sama sekali jika hanya dalam bentuk lisan semata. Mensyukuri karunia Allah harus berupa pengakuan hati kepada kebesaran dan keagungan Allah dalam sikap dan tindakan nyata, berupa membantu hajat hidup orang-orang yang dalam kesempitan, menghibur orang-orang yang dalam kesedihan, orang yang terkena musibah, membantu mereka yang membutuhkan pertolongan, meyantuni anak-anak yatim dan badan-badan amal lainnya. Seperti dalam firman Allah : “Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” (QS. Al-Israa’ : 29)
Janganlah berdalih tidak mampu sementara rizki terus mengalir masuk, penuhilah telapak tangan fakir miskin yang sedang mengulas dada tipisnya karena ketiadaan makanan hingga kelaparan berkepanjangan, ceritakanlah, kabarkanlah dan sebarkanlah kepada orang lain betapa nikmat Allah yang telah kita rasakan, ulangilah berkali-kali syukur ini kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala. Karena jika kita bersyukur, nikmat kita akan terus bertambah, ibarat orang meminta sesuatu, lalu berterima kasih kepada yang memberinya. Beberapa hari kemudian, si pemberi itu akan memberi lagi. Seperti yang difirmankan Allah, Artinya: “Jika kalian bersyukur niscaya Aku tambahkan bagimu beberapa kenikmatan, dan jika kamu sekalian mengingkarinya ingatlah siksaKu sangat pedih.” (QS. Ibrahim : 7)
Kadang kita tidak mau sekolah, padahal banyak saudara-saudara kita yang tidak bisa merasakan sekolah, sehingga kadang mereka berebut antri saat ada penyuluhan dating ke desanya. Kadang saat makan, kita selalu protes tatkala ibu kita masak sayuran hijau, padahal banyak saudara-saudara kita yang tidak bisa makan, kelaparan. Kadang kita mengalami kegemukan (obesitas) sampai melakukan program diet, padahal banyak saudara-saudara kita yang mengalami gizi buruk, terlalu kurus, sehingga ia akan mati jika diet. Kadangpula kita protes terhadap mainan kita yang tidak pernah baru, kadangpua kita iri saat ada game terbaru, padahal banyak saudara-saudara kita yang tidak memilik mainan, sehingga mereka hanya bermain dengan pasir dan air. Betapa malangnya nasib mereka, maka oleh karena itu, kita yang saat ini masih berada di atas, sepatutnya kita untuk BERSYUKUR
Ingatlah bahwa kehidupan kita seperti roda yang berputar, kadang kita berada di atas, kadangpula berada di bawah, bisa juga di tengah. Oleh karena itu, jika kita berdiam diri dan tidak mau bersyukur kepada Allah kita pun akan turun ke bawah. Begitupula saat kita berada di bawah, kita jangan menyesal dan putus asa, karena jika kita tidak mau bersyukur, kita justru akan dijatuhkan dari roda kehidupan ini. Oleh karena itu, jika kita yang berada di atas marilah kita bersyukur, karena ibarat roda jika kita mengaitkan kepada yang sesuatu di atas, roda itu tidak akan berputar. Kita pun yang berada di bawah, juga diwajibkan untuk bersyukur. Karena syukur itu ibarat sebuah tangga yang akan membawa kita ke puncak kesuksesan. Keutamaan yang lainnya Jika kita sudah bersyukur kita akan terhindar dari siksa Allah, seperti yang difirmankan Allah “Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman ? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui” (QS. An-Nisa : 147)
Marilah kita memohon kehadirat Allah Subhannahu wa Ta'ala semoga Allah menjauhkan kita dari perbuatan kufur nikmat dan memberikan limpahan karunia agar kita tetap termasuk dalam golongan yang sedikit yakni golongan orang-orang yang tahu mensyukuri nikmatNya, Amin Ya Robbal Alamien. (IMQ)
ad-dhuha edisi 51 th. II/2009
MUHAMMAD, SOSOK PANUTAN UMAT
Nabi Muhammad saw. adalah pemimpin dunia yang terbesar sepanjang sejarah. Karena hanya dalam waktu 23 tahun (kurang dari seperempat abad), dengan biaya kurang dari satu persen biaya yang dipergunakan untuk revolusi Perancis dan dengan korban kurang dari seribu orang. Beliau merupakan sosok yang diimpikan oleh para nabi dan rasul lainnya, seorang pribadi yang mampu memperbaiki umat ini. Dalam Al-Qur’an dijelaskan : “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al-Baqarah : 129)
SOSOK YANG MANDIRI DAN SEDERHANA
Nabi merupakan pribadi yang mandiri, karena sejak dilahirkan ia sudah ditinggalkan ayahnya (Abdullah). Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an, “Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu ?” (QS. Ad-dhuha : 6). Dan sejak umur 1 minggu sudah disusukan di kampung pedalaman di bani sa’ad, dan disusui hingga umur 2 tahun oleh Halimah. Bayangkan beliau merupakan bayi yang tidak merasakan kasih sayang secara sempurna. Lebih-lebih lagi, pada usia 6 tahun ia sudah ditinggalkan ibunya (siti Aminah), dan lebih parahnya 2 tahun kemudian, tepatnya pada usia delapan tahun. Kakeknya tercinta, Abdul Muthollib meninggal dunia. Betapa malangnya nasib beliau, baru usia delapan tahun ia sudah ditinggalkan orang-orang yang dicintainya.
Namun, meskipun begitu ia tetap mandiri dan terus berjuang, serta berusaha. Tepatnya saat diasuh oleh pamannya, Abu Thalib. Ia sudah mulai menunjukkan kiprahnya dalam berbisnis, pada usia dua belas tahun, ia sudah mengikuti pamannya, berdagang ke luar kota, kadang kala ia menggembala kambing pamannya serta kambing penduduk makkah. Dari situ ia terus bekerja, berusaha, hingga pada usia 25 tahun, ia juga mulai menarik investor, menarik jaringan bisnis, hingga akhirnya ia menikah dengan klien kerjanya sendiri. Setelah menikah usahanya semakin maju, dan beliau mulai berani bekerja sama dengan para pengusaha lainnya, sehingga ia pun mencapai kesuksesannya. Namun, meski beliau bergelimang harta ia tetap sederhana, karena pengalamannya saat kecil dimana ia terbiasa hidup sederhana.
BERJIWA SOSIAL DAN PIAWAI DALAM BERDAKWAH
Salah satu faktor Majunya usaha Nabi Muhammad, adalah nabi senantiasa bershodaqoh, memberikan sebagian hartanya kepada para fakir miskin. Nabi adalah seseorang yang berjiwa sosial tinggi, ia tidak tega melihat orang disakiti, ia tidak tega menyaksikan kebobrokan masyarakat sekitarnya. Hingga mendekati usia 40 tahun, ia selalu pergi ke Gua Hira, di sana ia memikirkan keadaan ummatnya, memikirkan bagaimana supaya dirinya, istrinya, anaknya, serta sanak saudara dan kerabatnya tidak mengikuti kebiasaan para pemuka quraisy yang sangat jauh dari nilai norma.
Hingga tepatnya pada usia 40 tahun, beliau diberi wahyu oleh Allah, yang berbunyi, “bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-Alaq : 1-5)
Dari situ nabi mulai menyebarkan syiar islam, meski awalnya banyak yang menertawakannya, tidak setuju dengan nabi, sehingga nabi tidak jarang diludahi, dihina, dan dicemooh. Agar nabi tidak berputus asa, Allah berfirman : “wahai orang yang berselimut! Bangunlah dan sampaikan peringatan. Dan agungkan Tuhanmu. Pakaianmupun bersihkan. Dan hindarkan perbuatan dosa. Jangan kau memberi, karena ingin menerima lebih banyak. Dan demi Tuhanmu, tabahkan hatimu." (QS. Al-Muzammil : 1 - 7) Mendengar ayat itu, nabi pun mulai bersemangat dan lebih semangat dari sebelumnya. Hingga beliau pun terus berdakwah, menyebarkan syiar islam, dilalui dengan penuh perjuangan, hingga islam sudah menyebar ke seluruh alam.
PEMIMPIN YANG HEBAT
Dr. Muhammad Syafii Antonio, M.ec mengatakan dalam bukunya yang berjudul “Muhammad Super Leader Super Manager”. Dalam bukunya itu menceritakan kehidupan nabi dalam berbagai macam aspek mulai dari pemimpin militer, pemimpin dunia pendidikan, pemimpin politik, pemimpin keluarga dan juga pemimpin di bidang entrepreneurship.
Yap ! jadi selain menjadi leader (pemimpin) di bidang agama, dan dakwah. Nabi juga merupakan pemimpin di bidang ekonomi, seperti yang sudah dijelaskan di atas, sejak kecil nabi sudah berjiwa bisnis, hingga akhirnya kaya raya. Dalam bidang militer, nabi juga merupakan jenderal yang hebat, beliau bukan merupakan lulusan akademi militer, ahli strategi, ia pun merupakan jenderal yang selalu berada di depan, dan selalu mengawasi, serta mengordinir pasukannya. Sehingga islam dapat tersebar ke seluruh dunia.
Di bidang pendidikan, nabi merupakan guru yang terhebat, dibantu dengan kalam Allah, beliau mampu menyusun sebuah buku SUPER BEST SELLER, yang terus dibeli oleh kaum mukminin, dan para penerbit berebut untuk mencetaknya, tak lain dan tak bukan yaitu Al-Qur’an beliau mengajarkan semua ilmu yang ada di bumi, banyak ayat-ayat yang dipergunakan sebagai referensi ilmuwan dunia. Nabi selalu mengajarkan pendidikan kepada ummatnya, seperti yang kita ingat, ayat pertama yang turun adalah “bacalah”. Jadi, nabi sealu mengajarkan para ummatnya untuk selalu belajar, menuntut ilmu. Dalam Al-Qur’an disebutkan “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?] Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.” (QS. Ar-Rahman : 19-22) dalam ayat itu jelas diajarkan ilmu Nautica (ilmu yang mempelajari tentang kelautan), dan juga apa yang ada di dalam laut, tersebut yaitu mutiara. Padahal nabi selalu hidup di darat, tidak pernah sama sekali nabi menelti keadaan laut, tapi nabi sanggup mengajarkan ilmu tersebut. Nabi pun juga mengajarkan ilmu puluhan ilmu-ilmu lainnya yang semuanya tertuang didalam Al-Qur’an terutama surat Ar-Rahman. Selain itu, cara gerak dan cara melakukan aktivitas nabi yang lebih kita kenal dengan sunnah, setelah diteliti, semuanya baik untuk kesehatan, dan bermanfaat bagi kehidupan manusia, maka sedari itu amalkan sunnah nabi, agar batin dan jasmani kita selalu sehat.
Dibidang kepribadian, nabi merupakan pribadi yang patur kita contoh, bagaimana cara beliau berkata pada orang, bagaimana cara dia memperlakukan orang, dan bagaimana pula saat beliau dilanda duka, dikarunai kesenangan, nabi merupakan suri tauladan yang baik. Baik di kala suka maupun duka, beliau selalu senang, dan tidak pernah merasa sedih, tiada rasa kecewa di hatinya, walaupun dia diperolok, diludahi, dilukai hatinya. Nabi juga merupakan Enterpreuner terhebat, banyak sahabat yang sudah putus asa, adapula yang sudah tidak semangat untuk hidup. Tapi, nabi selalu memberi kata-kata bijak yang mampu membangun semangat para sahabat, beliau juga memberi semangat para pejuang yang sudah tidak mau berperang. Jad nabi merupakan sosok terhebat sepanjang sejarah.
Dalam keluarga, beliau merupakan ayah yang hebat, yang mampu mengatur waktu antara istri yang satu dengan istri yang lainnya. Beliau tidak membeda-bedakan antara anak istri yang satu dengan yang lainnya. Dalam Politik, beliau berhasil menjadikan bangsa Arab yang semua selalu melakukan permusuhan dan peperangan antar suku dan antar kabilah, menjadi bangsa yang bersatu padu dalam ikatan keimanan dalam naungan agama Islam. Nabi Besar Muhammad saw. Juga telah berhasil membimbing bangsa Arab yang selamanya belum pernah memiliki pemerintahan sendiri yang merdeka dan berdaulat, karena bangsa Arab adalah bangsa yang selalu dijajah oleh Persia dan Romawi, menjadi bangsa yang mampu mendirikan negara kesatuan yang terbentang luas mulai dari benua Afrika sampai Asia.
seorang Napoleon Bonaparte, mungkin hanya leader dalam bidang militer dan politik saja. Mahatma Gandhi, mungkin hanya seorang leader dalam bidang pendidikan dan kebudayaan. Roberto Kiyosaki mungkin hanya leader dalam bidang enterpreuner dan ekonomi, bisnis. RA. KARTINI, hanya seorang leader dalam pergerakan Emansipasi Wanita. Tapi, NABI MUHAMMAD SAW. Merupakan super leader, tidak hanya dalam bidang agama, nabi merupakan leader dalam segala bidang, bidang ekonomi, militer, enterpreuner, kepribadian, hukum, pendidikan, dan segala bidang kehidupan, nabi adalah leader terhebat sepanjang sejarah.
Marilah dalam rangka Maulid kita cerminkan dalam diri kita perilaku beliau, kepiawaiannya dalam melakukan segala hal. Semua bidang mampu dikuasainya, beliau ahli dalam dakwah, ekonomi, pendidikan, militer, dan lain sebagainya. Kadangkala kita hanya punya kelebihan sedikit saja sudah tidak mau beribadah kepada Allah, dan yang lebih parah ada orang yang tidak mempunyai kelebihan apa-apa, tidak kaya, tidak pintar, tidak tampan, tapi orang itu sudah sombong tidak mau beribadah kepada Allah. Kita lihat pribadi Nabi Muhammad saw. Yang dimana semua kebutuhan dunia, sudah dimiliki, tapi beliau selalu sederhana, bahkan beliau rela hartanya dipergunakan untuk ummat, sehingga kadangkala beliau hanya makan dengan air putih saja. di situasi seperti apapun beliau selalu mengingat Allah, selalu bermunajahat kepada Allah, tidak pernah mengeluh, tidak pernah pula berputus asa, beliau selalu bekerja keras demi perkembangan Nabi Muhammad. Ketahuilah, “Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka.” (QS. Al-Ahzab : 6). Jadi nabi adalah seorang yang paling mulia yang harus kita hormati, agar di Akhirat kelak kita diberi Syafaat beliau. (redaksi).
Kamis, 05 Maret 2009
idul fitri
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, Laa ilaaha illallahu wallahu akbar, Allahu akbar walillahilham, gema takbir berseru di seluruh penjuru dunia, di masjid-masjid, musholla-musholla, semua ummat islam menyerukan gema takbir menandakan berakhirnya bulan ramadhan, dan untuk menyambut datangnya hari kemenangan, hari nan fitri, dimana semua orang saling bersillaturrahmi, dan saling memaafkan.
Alhamdulillah, kita baru saja memenangkan pertempuran yang dahsyat, hingga satu bulan lamanya, yakni perang dengan hawa nafsu. Dan kini kita telah menyambut bulan syawal, bulan kemenangan. Tapi, seperti tradisi-tradisi sebelumnya, dimana kita sudah melaksanakan ibadah pada bulan ramadhan, seiring dengan masuknya bulan syawal, atau bahkan pada akhir ramadhan kita justru tidak melaksanakan ibadah itu lagi. Padahal Allah sudah mengingatkan kita dalam AL-Qur’an :
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain” (Alam Nasyrah : 7)
Jadi, apabila kita sudah menyelesaikan suatu amalan, sesudahnya kita jangan ditinggalkan begitu saja. Karena, apa gunanya kita beribadah pada saat bulan ramadhan jika sesudahnya kita tidak melakukannya, bahkan meninggalkannya.
Dalam hidup ini kita harus berpikir dinamis, jangan statis. Di zaman yang serba canggih, dan terus berkembang, dan terus maju. Ideologi dinamis harus kita tanamkan dalam diri kita. Karena jika ideologi statis, tak ada rasa ingin maju, maka kita akan tergeser oleh zaman itu. Nabi pernah bersabda, “Waktu itu ibarat pedang, jika pedang itu tidak kita gunakan dengan baik, maka pedang itu akan membunuh kita”. Oleh karena itu, pada saat syawal kebiasaan-kebiasaan baik di kala ramadhan harus kita bawa, kita kelola, dengan ke-istiqomahan, lambat laun ibadah itu akan terus meningkat.
Seperti pada saat kegiatan santunan dhuafa, pada tahun pertama jumlah dhuafa yang disantuni hanya 90 dhuafa, dengan nominal santunan Rp. 50.000. tahun kedua, kegiatan ini terus melebarkan sayap kegiatannya hingga menambah dhuafa yang disantuni mencapai 196 dhuafa, dengan nominal yang sama. Dan Alhamdulillah pada tahun ini jumlah dhuafa yang disantuni mencapai 250 dhuafa, dengan nominal santunan Rp. 100.000,-. Tahun depan, kita harus lebih menambah dhuafa hingga 300 dhuafa, dan juga merubah dhuafa menjadi muzakki, dengan memberikan modal kerja + Rp. 500.000. dan menambah isi bungkusan santunan, yang tahun ini berisi beras 10 kg, gula 1 kg, minyak goreng 1 liter, mie instan 10 bungkus, dan 1 sarung. Sehingga tahun depan kita harus berusaha untuk menambah 1 baju muslim. Kita harus selalu berpikiran dinamis, yang selalu maju seiring dengan perkembangan zaman.
Tapi permasalahan masyarakat dunia pada saat ini adalah kekeras kepalaan ummat ketika diperintahkan untuk beribadah. Dan mengatakan nenek moyangnya telah menyuruhnya untuk berbuat keji, sehingga tidak mau untuk melaksanakan perintah-perintah Allah. Peristiwa ini dicerminkan dalam AL-Qur’an :
“Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: "Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya. Katakanlah : "Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji." Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui ?.” (Al-A’raf : 28)
Itulah sifat manusia, selalu keras kepala saat diberitahu akan sesuatu, dan selalu menyalahkan orang tuanya karena telah mengajari perbuatan yang keji. Sehingga di hari nan fitri ini, kita harus terus maju baik dalam beribadah, menjalani civitas kehidupan. Ramadhan adalah permulaan (pemanasan), pada idul fitri ini adalah saat untuk mengerjakan ibadah inti, melanjutkan ibadah – ibadah pada saat pemanasan
dengan mencari idola-idola dalam beribadah, seperti dalam bidang AL-Qur’an, kita tiru Muammar dalam suaranya, Quraish Shihab dalam penafsirannya, dan idola-idola lain agar kita semua mau untuk beribadah, meng-istiqomahkannya, dan menjadikan ibadah sebagai suatu kebiasaan.
Semoga di bulan syawal, bulan bermaaf-maafan yang penuh kerahmatan dan keberkahan, ini kita semakin meningkatkan kwalitas ibadah kita, menjadi hambanya yang sejati. Dengan saling bersillaturrahmi ke tetangga, saudara, dan kerabat, saling memuliakan tamu (Ikramul Muslimin), puasa syawal selama 6 hari, dan menjadikan bulan selain ramadhan selayaknya bulan Ramadhan. Agar kita memperoleh rahmat dan berkah-Nya, Amiin. Taqabbalallhu minna wa minkum. Minal Aidin, wal Faizin. (IMQ).
Alhamdulillah, kita baru saja memenangkan pertempuran yang dahsyat, hingga satu bulan lamanya, yakni perang dengan hawa nafsu. Dan kini kita telah menyambut bulan syawal, bulan kemenangan. Tapi, seperti tradisi-tradisi sebelumnya, dimana kita sudah melaksanakan ibadah pada bulan ramadhan, seiring dengan masuknya bulan syawal, atau bahkan pada akhir ramadhan kita justru tidak melaksanakan ibadah itu lagi. Padahal Allah sudah mengingatkan kita dalam AL-Qur’an :
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain” (Alam Nasyrah : 7)
Jadi, apabila kita sudah menyelesaikan suatu amalan, sesudahnya kita jangan ditinggalkan begitu saja. Karena, apa gunanya kita beribadah pada saat bulan ramadhan jika sesudahnya kita tidak melakukannya, bahkan meninggalkannya.
Dalam hidup ini kita harus berpikir dinamis, jangan statis. Di zaman yang serba canggih, dan terus berkembang, dan terus maju. Ideologi dinamis harus kita tanamkan dalam diri kita. Karena jika ideologi statis, tak ada rasa ingin maju, maka kita akan tergeser oleh zaman itu. Nabi pernah bersabda, “Waktu itu ibarat pedang, jika pedang itu tidak kita gunakan dengan baik, maka pedang itu akan membunuh kita”. Oleh karena itu, pada saat syawal kebiasaan-kebiasaan baik di kala ramadhan harus kita bawa, kita kelola, dengan ke-istiqomahan, lambat laun ibadah itu akan terus meningkat.
Seperti pada saat kegiatan santunan dhuafa, pada tahun pertama jumlah dhuafa yang disantuni hanya 90 dhuafa, dengan nominal santunan Rp. 50.000. tahun kedua, kegiatan ini terus melebarkan sayap kegiatannya hingga menambah dhuafa yang disantuni mencapai 196 dhuafa, dengan nominal yang sama. Dan Alhamdulillah pada tahun ini jumlah dhuafa yang disantuni mencapai 250 dhuafa, dengan nominal santunan Rp. 100.000,-. Tahun depan, kita harus lebih menambah dhuafa hingga 300 dhuafa, dan juga merubah dhuafa menjadi muzakki, dengan memberikan modal kerja + Rp. 500.000. dan menambah isi bungkusan santunan, yang tahun ini berisi beras 10 kg, gula 1 kg, minyak goreng 1 liter, mie instan 10 bungkus, dan 1 sarung. Sehingga tahun depan kita harus berusaha untuk menambah 1 baju muslim. Kita harus selalu berpikiran dinamis, yang selalu maju seiring dengan perkembangan zaman.
Tapi permasalahan masyarakat dunia pada saat ini adalah kekeras kepalaan ummat ketika diperintahkan untuk beribadah. Dan mengatakan nenek moyangnya telah menyuruhnya untuk berbuat keji, sehingga tidak mau untuk melaksanakan perintah-perintah Allah. Peristiwa ini dicerminkan dalam AL-Qur’an :
“Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: "Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya. Katakanlah : "Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan yang keji." Mengapa kamu mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui ?.” (Al-A’raf : 28)
Itulah sifat manusia, selalu keras kepala saat diberitahu akan sesuatu, dan selalu menyalahkan orang tuanya karena telah mengajari perbuatan yang keji. Sehingga di hari nan fitri ini, kita harus terus maju baik dalam beribadah, menjalani civitas kehidupan. Ramadhan adalah permulaan (pemanasan), pada idul fitri ini adalah saat untuk mengerjakan ibadah inti, melanjutkan ibadah – ibadah pada saat pemanasan
dengan mencari idola-idola dalam beribadah, seperti dalam bidang AL-Qur’an, kita tiru Muammar dalam suaranya, Quraish Shihab dalam penafsirannya, dan idola-idola lain agar kita semua mau untuk beribadah, meng-istiqomahkannya, dan menjadikan ibadah sebagai suatu kebiasaan.
Semoga di bulan syawal, bulan bermaaf-maafan yang penuh kerahmatan dan keberkahan, ini kita semakin meningkatkan kwalitas ibadah kita, menjadi hambanya yang sejati. Dengan saling bersillaturrahmi ke tetangga, saudara, dan kerabat, saling memuliakan tamu (Ikramul Muslimin), puasa syawal selama 6 hari, dan menjadikan bulan selain ramadhan selayaknya bulan Ramadhan. Agar kita memperoleh rahmat dan berkah-Nya, Amiin. Taqabbalallhu minna wa minkum. Minal Aidin, wal Faizin. (IMQ).
menegakkan pribadi qur'ani
“Bacalah,” kata orang asing yang belum pernah dilihatnya itu. “Aku.. tidak bisa membaca,” jawabnya berdebar-debar. Orang asing itu tiba-tiba memegang dan merangkulnya erat hingga ia susah bernafas, tubuhnya lemas. Setelah dilepaskan. Orang asing itu berkata lagi, “Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah yang paling pemurah. Yang mengajar (manusia)d dengan perantaraan Al-Qalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya” (QS. Al-Alaq : 1-5).
Laki-laki yang tidak bisa membaca dan menulis (ummy) itu kemudian mengulang bacaan tersebut dengan hati bergetar, tubuhnya berguncang hebat, sekujur tubuhnya basah oleh peluh. Muhammad bin Abdullah lalu ber-gegas pulang menemui istrinya seraya berkata, “Selimuti aku selimuti aku !” Setelah badannya tidak lagi menggigil ia bertanya pada istrinya dan menceritakan apa yang dialaminya. “Aku khawatir pada diriku” katanya.
Setelah menghibur sang suami, sang istri membawanya kepada seorang yang bernama Waraqah ia pun menceritakan kejadian yang dialaminya. Waraqah berkata, “Yang datang kepadamu itu adalah Jibril, malaikat yang pernah datang kepada Musa”. Kemudian ia melanjutkan, “Demi yang diriku berada di tangan-Nya, engkau adalah benar-benar nabi ummat ini”.
Itulah sekilas peristiwa tentang turunnya Al-Qur’an. Tiga tahun bukan waktu yang sebentar untuk mondar-mondar ke Gua Hira. Siapa sangka, ternyata pilihannya untuk mengasingkan diri disana, sebetulnya merupakan skenario Allah. Dengan cara itu ia tengah dipersiapkan untuk menerima sebuah beban risalah yang amat berat. Pada saat itu, kamis 17 Ramadhan 500 H, atau tepatnya 16 Agustus 610 M. merupakan turunnya ayat pertama Al-Qur’an. Pada hari itu pula, Muhammad merasakan saat yang paling monumental di usianya yang genap 40 tahun, ia mengalami kejadian yang luar biasa. Hari itu, disaksikan Gua hira dan Alam semesta, Allah melantiknya menjadi utusannya, ia resmi menjadi Nabi dan Rasul. Dan Sejak hari itu, seluruh umat manusia telah merdeka dari penjajahan paganisme, kemusyrikan, dengan memerangi kebatilan menuju peradaban suci yang menegakkan risalah ilahiyyah.
Peringatan Nuzulu-l-Qur’an merupakan salah satu peristiwa istimewa di kalangan kaum muslimin dan seluruh umat manusia yang menghendaki petunjuk dan bimbingan Allah SWT. Demikian pentingnya peristiwa ini karena di dalamnya terkandung berbagai hikmah, ibrah (renungan), dan pelajaran-pelajaran yang sangat berharga bagi seluruh umat manusia sebagai bekal dunia akhirat. Sungguh Rasulullah SAW tidak meninggalkan bekal ataupun warisan yang lebih mulia sebelum beliau meninggal kecuali dua bekal abadi dalam mengarungi kehidupan dunia guna menggapai kebahagiaan kehidupan akhirat, yakni Al-Qur’an yang berisi petunjuk umum Allah SWT serta Hadits yang berisi penjelasan petunjuk umum tersebut dari Nabi Muhammad SAW. Jika umat manusia mau berpegang teguh kepada dua petunjuk utama tersebut niscaya akan selamat dan bahagia di dunia dan akhirat
Tidak jarang kita memperingati peristiwa Nuzulu-l-Qur’an. Satu hal yang perlu kita kaji lebih mendalam dari peristiwa ini adalah apa saja sih diantara keistimewaan Al-Qur’an sehingga kita perlu untuk memperingatinya ?
Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh rahmat, ampunan dan bulan untuk memelihara diri dari segala siksa api neraka. Salah satu rahmat yang Allah berikan di bulan Ramadhan adalah malam Nuzulu-l-Qur’an. Begitu pentingnya Al-Qur’an karena “Al-Qur’an itu sebaik-baik petunjuk dalam menyelesaikan berbagai permasalahan hidup manusia”. Orang yang kesulitan dalam menjalani hidup, Al-Qur’an memberi petunjuk penyelesaiannya agar ia tidak berputus asa, selalu optimis dalam menggapai apa yang menjadi target hidupnya dengan terus bekerja, bekerja dan terus bekerja keras diiringi dengan do’a hingga tercapailah targetnya. Demikian ini dengan terus bekerja keras tanpa mengeluh sedikitpun maka kesulitan – kesulitan hidup yang ia rasakan, pelan tapi pasti akan semakin diberi jalan keluar dan kemudahan – kemudahan didalamnya. Allah SWT berfirman : ”Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang – orang yang beriman akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui akan yang ghaib dan dan yang nayata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS. At-Taubah: 105)
Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi setiap orang yang mengalami kesulitan hidup selain bekerja, bekerja dan terus bekerja keras hingga tercapai cita-cita dan target-target dalam hidupnya.Untuk memperlancar pekerjaan dan target-target hidupnya, ia perlu mengiringinya dengan memperbanyak berbagi dengan kaum dhu’afa’. Ia hendaknya juga gemar bersedekah, berinfak, berzakat dan gemar menolong siapa saja yang membutuhkannya. Ia hendaknya mau berbagi dengan orang-orang lemah, memperhatikan anak- anak yatim, mau memberi makan kaum fakir miskin. Ia harus berani menyisihkan hartanya bagi orang lemah yang membutuhkannya. Demikian ini karena Rasulullah SAW pernah mengajarkan kepada umatnya satu suri tauladan mau berbagi dengan yang lemah. Beliau mengajarkan “Sesungguhnya kalian akan ditolong oleh Allah karena kalian mempedulikan orang”. orang yang lemah diantara kalian. Dalam hadits yang lain Rasulullah SAW pernah bersabda “Jika ditangan kananku masih ada sebiji kurma yang bisa aku berikan kepada orang yang membutuhkannya, maka sebiji kurma itu akan aku berikan kepada orang itu.” Bersedah itu nikmat, bersedekah itu membuka pintu rizki, bersedekah itu solusi. Mari kita bersedekah dan berzakat agar cinta kita berbuah surga.
Keistimewaan lain dari Al-Qur’an adalah didalamnya berisi obat segala penyakit. Ketika kita dalam keadaan resah gelisah dan tidak tenang, Al-Qur’an memberi obat agar kita selalu memperbanyak ingat kepada Allah. Memperbanyak diri untuk semakin merapat kepada-Nya. Allah SWT berfirman “Ketahuilah bahwa hanya dengan mengingat Allah hatimu akan menjadi tenang.”
Mengetahui manfaat dan petunjuk yang diberikan Al-Qur’an yang begitu melimpah. Terlebih dimana saat pembuatannya memakan kurun waktu yang lama, Ayat demi ayat dirangkai sesuai tertib surat yang urutannya mengisyaratkan bagaimana membuka lembaran-lembaran kehidupan dengan cara-cara yang baik dan menutupnya dengan cara yang baik pula. Marilah kita hargai wahyu allah, kita hargai perjuangan Nabi dan Para Sahabat saat merangkainya dengan membacanya, menghafalkannya, mentadabburinya, serta mengamalkan apa yang ada di dalamnya. Marilah kita tegakkan peradaban suci ini dengan membiasakan hidup qur’ani dengan mengurangi diri dari pengaruh negatif (TV, HP, radio), mantapkan visi untuk menjadi hafidz Qur’an, putar murottal AL-Qur’an, jadikanlah bulan lain layaknya bulan ramadhan. Semoga kita bisa mengambil ‘ibrah, pelajaran dan hikmah-hikmah yang terkandung dalam Al-Qur’an. Nuzulu-l-Qur’an membentuk pribadi muslim yang Qur’ani, menegakkan peradaban qur’ani yang akan mendapat kebahagiaan dunia akhirat. (imq)
Laki-laki yang tidak bisa membaca dan menulis (ummy) itu kemudian mengulang bacaan tersebut dengan hati bergetar, tubuhnya berguncang hebat, sekujur tubuhnya basah oleh peluh. Muhammad bin Abdullah lalu ber-gegas pulang menemui istrinya seraya berkata, “Selimuti aku selimuti aku !” Setelah badannya tidak lagi menggigil ia bertanya pada istrinya dan menceritakan apa yang dialaminya. “Aku khawatir pada diriku” katanya.
Setelah menghibur sang suami, sang istri membawanya kepada seorang yang bernama Waraqah ia pun menceritakan kejadian yang dialaminya. Waraqah berkata, “Yang datang kepadamu itu adalah Jibril, malaikat yang pernah datang kepada Musa”. Kemudian ia melanjutkan, “Demi yang diriku berada di tangan-Nya, engkau adalah benar-benar nabi ummat ini”.
Itulah sekilas peristiwa tentang turunnya Al-Qur’an. Tiga tahun bukan waktu yang sebentar untuk mondar-mondar ke Gua Hira. Siapa sangka, ternyata pilihannya untuk mengasingkan diri disana, sebetulnya merupakan skenario Allah. Dengan cara itu ia tengah dipersiapkan untuk menerima sebuah beban risalah yang amat berat. Pada saat itu, kamis 17 Ramadhan 500 H, atau tepatnya 16 Agustus 610 M. merupakan turunnya ayat pertama Al-Qur’an. Pada hari itu pula, Muhammad merasakan saat yang paling monumental di usianya yang genap 40 tahun, ia mengalami kejadian yang luar biasa. Hari itu, disaksikan Gua hira dan Alam semesta, Allah melantiknya menjadi utusannya, ia resmi menjadi Nabi dan Rasul. Dan Sejak hari itu, seluruh umat manusia telah merdeka dari penjajahan paganisme, kemusyrikan, dengan memerangi kebatilan menuju peradaban suci yang menegakkan risalah ilahiyyah.
Peringatan Nuzulu-l-Qur’an merupakan salah satu peristiwa istimewa di kalangan kaum muslimin dan seluruh umat manusia yang menghendaki petunjuk dan bimbingan Allah SWT. Demikian pentingnya peristiwa ini karena di dalamnya terkandung berbagai hikmah, ibrah (renungan), dan pelajaran-pelajaran yang sangat berharga bagi seluruh umat manusia sebagai bekal dunia akhirat. Sungguh Rasulullah SAW tidak meninggalkan bekal ataupun warisan yang lebih mulia sebelum beliau meninggal kecuali dua bekal abadi dalam mengarungi kehidupan dunia guna menggapai kebahagiaan kehidupan akhirat, yakni Al-Qur’an yang berisi petunjuk umum Allah SWT serta Hadits yang berisi penjelasan petunjuk umum tersebut dari Nabi Muhammad SAW. Jika umat manusia mau berpegang teguh kepada dua petunjuk utama tersebut niscaya akan selamat dan bahagia di dunia dan akhirat
Tidak jarang kita memperingati peristiwa Nuzulu-l-Qur’an. Satu hal yang perlu kita kaji lebih mendalam dari peristiwa ini adalah apa saja sih diantara keistimewaan Al-Qur’an sehingga kita perlu untuk memperingatinya ?
Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh rahmat, ampunan dan bulan untuk memelihara diri dari segala siksa api neraka. Salah satu rahmat yang Allah berikan di bulan Ramadhan adalah malam Nuzulu-l-Qur’an. Begitu pentingnya Al-Qur’an karena “Al-Qur’an itu sebaik-baik petunjuk dalam menyelesaikan berbagai permasalahan hidup manusia”. Orang yang kesulitan dalam menjalani hidup, Al-Qur’an memberi petunjuk penyelesaiannya agar ia tidak berputus asa, selalu optimis dalam menggapai apa yang menjadi target hidupnya dengan terus bekerja, bekerja dan terus bekerja keras diiringi dengan do’a hingga tercapailah targetnya. Demikian ini dengan terus bekerja keras tanpa mengeluh sedikitpun maka kesulitan – kesulitan hidup yang ia rasakan, pelan tapi pasti akan semakin diberi jalan keluar dan kemudahan – kemudahan didalamnya. Allah SWT berfirman : ”Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang – orang yang beriman akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui akan yang ghaib dan dan yang nayata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS. At-Taubah: 105)
Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi setiap orang yang mengalami kesulitan hidup selain bekerja, bekerja dan terus bekerja keras hingga tercapai cita-cita dan target-target dalam hidupnya.Untuk memperlancar pekerjaan dan target-target hidupnya, ia perlu mengiringinya dengan memperbanyak berbagi dengan kaum dhu’afa’. Ia hendaknya juga gemar bersedekah, berinfak, berzakat dan gemar menolong siapa saja yang membutuhkannya. Ia hendaknya mau berbagi dengan orang-orang lemah, memperhatikan anak- anak yatim, mau memberi makan kaum fakir miskin. Ia harus berani menyisihkan hartanya bagi orang lemah yang membutuhkannya. Demikian ini karena Rasulullah SAW pernah mengajarkan kepada umatnya satu suri tauladan mau berbagi dengan yang lemah. Beliau mengajarkan “Sesungguhnya kalian akan ditolong oleh Allah karena kalian mempedulikan orang”. orang yang lemah diantara kalian. Dalam hadits yang lain Rasulullah SAW pernah bersabda “Jika ditangan kananku masih ada sebiji kurma yang bisa aku berikan kepada orang yang membutuhkannya, maka sebiji kurma itu akan aku berikan kepada orang itu.” Bersedah itu nikmat, bersedekah itu membuka pintu rizki, bersedekah itu solusi. Mari kita bersedekah dan berzakat agar cinta kita berbuah surga.
Keistimewaan lain dari Al-Qur’an adalah didalamnya berisi obat segala penyakit. Ketika kita dalam keadaan resah gelisah dan tidak tenang, Al-Qur’an memberi obat agar kita selalu memperbanyak ingat kepada Allah. Memperbanyak diri untuk semakin merapat kepada-Nya. Allah SWT berfirman “Ketahuilah bahwa hanya dengan mengingat Allah hatimu akan menjadi tenang.”
Mengetahui manfaat dan petunjuk yang diberikan Al-Qur’an yang begitu melimpah. Terlebih dimana saat pembuatannya memakan kurun waktu yang lama, Ayat demi ayat dirangkai sesuai tertib surat yang urutannya mengisyaratkan bagaimana membuka lembaran-lembaran kehidupan dengan cara-cara yang baik dan menutupnya dengan cara yang baik pula. Marilah kita hargai wahyu allah, kita hargai perjuangan Nabi dan Para Sahabat saat merangkainya dengan membacanya, menghafalkannya, mentadabburinya, serta mengamalkan apa yang ada di dalamnya. Marilah kita tegakkan peradaban suci ini dengan membiasakan hidup qur’ani dengan mengurangi diri dari pengaruh negatif (TV, HP, radio), mantapkan visi untuk menjadi hafidz Qur’an, putar murottal AL-Qur’an, jadikanlah bulan lain layaknya bulan ramadhan. Semoga kita bisa mengambil ‘ibrah, pelajaran dan hikmah-hikmah yang terkandung dalam Al-Qur’an. Nuzulu-l-Qur’an membentuk pribadi muslim yang Qur’ani, menegakkan peradaban qur’ani yang akan mendapat kebahagiaan dunia akhirat. (imq)
sedekah menghapus air mata
Siang itu, Seorang wanita sedang mengerang kesakitan diatas ranjang sederhana.”Ya Rabb.Sungguh besar curahan rahmat-Mu pada hamba – hamba-Mu yang selalu menjadikan-Mu sebagai penolongnya.Sungguh kami hamba-Mu yang lemah, tiada daya dan upaya selain uluran tangan-Mu agar kami mampu untuk menyelesaikan segala ujian dari-Mu.Ya Rabb bantulah kami.. Abi, penantian abi buat si buah hati kita begitu berarti bagi kita.Kehadiran Abi saat – saat ini buat menemani Umi disini satu keberkahan ilahi.Abi kan lebih bisa merapat dan mendekat lagi ke Umi. Abi kan menemani Umi di saat – saat ku memerlukan Abi”. ”Umi, sungguh Allah akan selalu bersama orang – orang yang sabar.Abi akan selalu bersabar menunggui Umi.Namun Abi meski pergi ke masjid sejenak saja.Umi kan relakan abi buat ke masjid sejenak saja, buat bermunajat kepada Rabb?” kata sang suami meminta izin pada isterinya.”Ya Allah berilah hamba-Mu kesabaran,kekuatan lahir dan batin agar aku bisa menjalani ujian ini dengan baik dan benar. Di saat kubutuhkan kehadiran sang suamiku tercinta dengan penuh kasih sayangnya, suamiku meski jauh dariku meski sejenak saja” seloroh sang isteri pada sang suaminya.”Umi, Allah itu An-Nashir Yang Maha Penolong. Abi lihat pertolongan Allah begitu nyata lagi dekat.Bersabar beberapa saat itu penolong kita. Memenuhi panggilan Rabb tepat waktu itu satu perisai saat kita dalam kesulitan sesulit apapun.” kata sang suami pada sang isteri. ”Alhamdulillah, segala puji bagi-Mu ya Allah yang telah memberiku seorang suami yang lebih mendahulukan memenuhi panggilan-Mu daripada memenuhi kepentingan keluarganya. Ya Allah, Engkaulah Al-Hafidz Yang Maha Memelihara. Engkau kan selalu memelihara setiap ciptaan-Mu yang menjadikan-Mu Rabb baginya.Ku tahu ini bagaikan mencari burung gagak nan putih warnanya.Seorang suami lebih memenuhi panggilan Rabbnya di saat kehadirannya begitu berarti bagi sang isteri dan bakal buah hatinya.Kerelaan sang isteri buat sang suaminya demi mendapatkan pertolongan dari Rabb begitu berarti bagi suami tercinta”.Rumah bambu mungil, diatas sungai itupun terasa ikut merasakan kepedihan wanita yang berumur tiga puluh lima tahun itu merelakan sang suami pergi ke masjid buat bermunajat kepada Rabb, seorang suami yang cintanya kepada Allah melebihi segala cintanya kepada selain Allah ” Ya Allah, Engkaulah Ar- Rahman Yang Maha Penyayang.Kasih sayang-Mu begitu luas tercurah untuk seluruh makhluk-Mu.Engkau lebih tahu
dari kami.Aku, tempat tinggal bagi wanita yang sholehah ini menjadi saksi atas kesholehannya. Aku memohon pada-Mu.Berilah ia pertolongan-Mu.Berilah ia kemudahan dalam menyelesaikan ujian ini Ya Rabb.” kata rumah bambu mungil itu memohon pada Rabbnya. ” Ya Allah, Engkaulah Al-Muhaimin, Yang Maha Memberi Rasa Aman dan ketenangan bagi setiap ciptaan-Mu.Aku, hamba-Mu yang lemah memohon kepada-Mu berilah wanita sholehah ini rasa aman dan ketenangan disaat ia
sekarang sedang dalam kegelisahan dan membutuhkan pertolongan-Mu. Ampunilah segala dosa – dosanya dan dosa sang suaminya.” pinta ikan – ikan yang sedang berenang disamping rumah bambu mungil tersebut menyaksikan keberangkatan sang suami yang sedang berangkat ke masjid buat mendahulukan memenuhi panggilan Rabbnya.Dalam perjalanan, sang suami dengan segala resikonya – dicaci maki tetangga, dicemooh masyarakat sekitarnya, dianggap bukan suami qowwam suami yang tidak bertanggungjawab kepada keluarga - karena meninggalkan isteri untuk sementara waktu buat mendahulukan memenuhi panggilan Rabbnya. Mengingat usia kandungannyapun yang memang teah sampai sembilan bulan sepuluh hari.Waktu yang mendebarkan bagi pasangan suami istri untuk menunggu kehadiran anak kelimanya itu..Selepas sholat iapun bermunajat kepada Rabbnya”Ya Rabb, Engkaulah Al-Muyassir, Tuhan Yang Maha Mempermudah segala urusan bagi hamba – hamba-Nya yang selalu bergantung kepada-Mu. Ya Rabb, sungguh jika Engkau berikan pertolongan-Mu kepada hambaMu yang Engkau kehendaki, tiada seorangpun yang bisa menghalangi.Namun sebaliknya, jika Engkau jauhkan pertolongan-Mu pada hamba – hambaMu, tiada satupun yang bisa menolongnya.Ya Rabb,sungguh pertolongan-Mu amat dekat buat hamba-hamba-Mu yang mau berserah diri kepada-Mu ”. Itulah seorang suami wanita itu, Nashir namanya, usianya pun telah sampai tiga puluh delapan tahun.Ia salah seorang aktifis dakwah masjid di desa yang tidak jauh dari stasiun kereta api kecil di Kabupaten Banyuwangi.Ia seorang penyabar dalam kesulitan apapun.Ia dikarunia seorang isteri yang begitu setia dan taat pada sang suami dan Rabbnya.Mereka sama – sama satu fikrah, satu pandangan dalam mengarungi bahtera kehidupan. Pasangan sejati yang sama – sama menjadikan cintanya kepada Rabb melebihi cintanya kepada selain Allah, lebih – lebih pada zaman sekarang.Seolah tidak kita temukan sosok yang demikian ini. Seolah semuanya hanya fiktif, hanya dalam hayalan semata.Hampir setiap hari, di media massa baik media cetak ataupun audio visual, sudah barang pasti akan memberikan informasi kehancuran rumah tangga baik bagi kaum borjuis ataupun kalangan orang biasa bahkan orang pinggiran. Namun inilah kenyataan hidup yang meski dijalani oleh seorang Nashir dalam mengarungi bahtera kehidupan dan rumah tangganya.Ia meski menunggui istrinya,menunggu kelahiran sang buah hatinya, namun sesekali ia meski pergi ke masjid menunaikan kewajibannya sholat lima waktu. Namun tidak seperti biasanya Nashir yang senang berlama – lama di masjid itu, hari itu segera pulang begitu selesai menunaikan sholat.Ada gurat kesedihan diwajahnya. Seakan – akan air mata yang keluar dari wajah isterinya ikut menetes membasahi pipi Nashir.
Aneh, tidak seperti biasanya. Nashir memberikan uang seribu rupiah, pada seorang kecil bernama Sakinah.” Ini buat beli permen, nak” katanya.Itu dilakukannya setelah sholat Subuh. Setelah sholat Dhuha ia kembali memberikan uang kecil kepada anak disekelilingnya.Setelah selesainya sholat Dhuhur, hari itupun masih dilakukannya. Ia memberikan uang ke beberapa anak tetangganya yang masih kecil.” Ya Allah, Engkaulah Al-Hadi Yang Maha Memberi Petunjuk. pertemukan hamba-Mu ini dengan hamba – hamba-Mu yang baik – baik.Izinkan hamba-Mu berbagi dengan mereka meski hanya sedikit.Ya Rabb, kemurahan-Mu demi……” menghapus duka laranya Ia berkata kepada teman – temannya”Isteriku akan melahirkan.Sejak kemarin sudah terasa sakit. Namun kok belum keluar – keluar. Ini mungkin karena kurang sedekah.” Demikianlah keyakinan Nashir bahwa kesulitan akan hilang dengan perantaraan sedekah.
“Ayo mi’, jangan putus asa, sedikit lagi” terlihat Nashir memberi semangat. “Sudah tidak kuat Bi “ keluh wanita penyabar itu. “Terus mi’, Allahu Akbar” pekik Nashir dengan suara tertahan. Alhamdulillah, Allah menurunkan pertolongannya. Sebelum Ashar, anaknya yang kemudian diberi nama Hajar itupun lahir dengan selamat.tanpa ke rumah sakit, bahkan tanpa pertolongan seorang bidanpun apalagi dukun. Dengan tangannya sendiri ia mengurusi persalinan isterinya. Sedekah memang benar-benar ajaib.
dari kami.Aku, tempat tinggal bagi wanita yang sholehah ini menjadi saksi atas kesholehannya. Aku memohon pada-Mu.Berilah ia pertolongan-Mu.Berilah ia kemudahan dalam menyelesaikan ujian ini Ya Rabb.” kata rumah bambu mungil itu memohon pada Rabbnya. ” Ya Allah, Engkaulah Al-Muhaimin, Yang Maha Memberi Rasa Aman dan ketenangan bagi setiap ciptaan-Mu.Aku, hamba-Mu yang lemah memohon kepada-Mu berilah wanita sholehah ini rasa aman dan ketenangan disaat ia
sekarang sedang dalam kegelisahan dan membutuhkan pertolongan-Mu. Ampunilah segala dosa – dosanya dan dosa sang suaminya.” pinta ikan – ikan yang sedang berenang disamping rumah bambu mungil tersebut menyaksikan keberangkatan sang suami yang sedang berangkat ke masjid buat mendahulukan memenuhi panggilan Rabbnya.Dalam perjalanan, sang suami dengan segala resikonya – dicaci maki tetangga, dicemooh masyarakat sekitarnya, dianggap bukan suami qowwam suami yang tidak bertanggungjawab kepada keluarga - karena meninggalkan isteri untuk sementara waktu buat mendahulukan memenuhi panggilan Rabbnya. Mengingat usia kandungannyapun yang memang teah sampai sembilan bulan sepuluh hari.Waktu yang mendebarkan bagi pasangan suami istri untuk menunggu kehadiran anak kelimanya itu..Selepas sholat iapun bermunajat kepada Rabbnya”Ya Rabb, Engkaulah Al-Muyassir, Tuhan Yang Maha Mempermudah segala urusan bagi hamba – hamba-Nya yang selalu bergantung kepada-Mu. Ya Rabb, sungguh jika Engkau berikan pertolongan-Mu kepada hambaMu yang Engkau kehendaki, tiada seorangpun yang bisa menghalangi.Namun sebaliknya, jika Engkau jauhkan pertolongan-Mu pada hamba – hambaMu, tiada satupun yang bisa menolongnya.Ya Rabb,sungguh pertolongan-Mu amat dekat buat hamba-hamba-Mu yang mau berserah diri kepada-Mu ”. Itulah seorang suami wanita itu, Nashir namanya, usianya pun telah sampai tiga puluh delapan tahun.Ia salah seorang aktifis dakwah masjid di desa yang tidak jauh dari stasiun kereta api kecil di Kabupaten Banyuwangi.Ia seorang penyabar dalam kesulitan apapun.Ia dikarunia seorang isteri yang begitu setia dan taat pada sang suami dan Rabbnya.Mereka sama – sama satu fikrah, satu pandangan dalam mengarungi bahtera kehidupan. Pasangan sejati yang sama – sama menjadikan cintanya kepada Rabb melebihi cintanya kepada selain Allah, lebih – lebih pada zaman sekarang.Seolah tidak kita temukan sosok yang demikian ini. Seolah semuanya hanya fiktif, hanya dalam hayalan semata.Hampir setiap hari, di media massa baik media cetak ataupun audio visual, sudah barang pasti akan memberikan informasi kehancuran rumah tangga baik bagi kaum borjuis ataupun kalangan orang biasa bahkan orang pinggiran. Namun inilah kenyataan hidup yang meski dijalani oleh seorang Nashir dalam mengarungi bahtera kehidupan dan rumah tangganya.Ia meski menunggui istrinya,menunggu kelahiran sang buah hatinya, namun sesekali ia meski pergi ke masjid menunaikan kewajibannya sholat lima waktu. Namun tidak seperti biasanya Nashir yang senang berlama – lama di masjid itu, hari itu segera pulang begitu selesai menunaikan sholat.Ada gurat kesedihan diwajahnya. Seakan – akan air mata yang keluar dari wajah isterinya ikut menetes membasahi pipi Nashir.
Aneh, tidak seperti biasanya. Nashir memberikan uang seribu rupiah, pada seorang kecil bernama Sakinah.” Ini buat beli permen, nak” katanya.Itu dilakukannya setelah sholat Subuh. Setelah sholat Dhuha ia kembali memberikan uang kecil kepada anak disekelilingnya.Setelah selesainya sholat Dhuhur, hari itupun masih dilakukannya. Ia memberikan uang ke beberapa anak tetangganya yang masih kecil.” Ya Allah, Engkaulah Al-Hadi Yang Maha Memberi Petunjuk. pertemukan hamba-Mu ini dengan hamba – hamba-Mu yang baik – baik.Izinkan hamba-Mu berbagi dengan mereka meski hanya sedikit.Ya Rabb, kemurahan-Mu demi……” menghapus duka laranya Ia berkata kepada teman – temannya”Isteriku akan melahirkan.Sejak kemarin sudah terasa sakit. Namun kok belum keluar – keluar. Ini mungkin karena kurang sedekah.” Demikianlah keyakinan Nashir bahwa kesulitan akan hilang dengan perantaraan sedekah.
“Ayo mi’, jangan putus asa, sedikit lagi” terlihat Nashir memberi semangat. “Sudah tidak kuat Bi “ keluh wanita penyabar itu. “Terus mi’, Allahu Akbar” pekik Nashir dengan suara tertahan. Alhamdulillah, Allah menurunkan pertolongannya. Sebelum Ashar, anaknya yang kemudian diberi nama Hajar itupun lahir dengan selamat.tanpa ke rumah sakit, bahkan tanpa pertolongan seorang bidanpun apalagi dukun. Dengan tangannya sendiri ia mengurusi persalinan isterinya. Sedekah memang benar-benar ajaib.
Marhaban yaa ramadhan
ulan ramadhan adalah bulan yang awalnya adalah rahmat, pertengahannya adalah maghfirah, dan akhirnya adalah pembebasan dari api neraka. Ramadhan juga merupakan bulan dimana kita mampu menuai pahala. Setiap amalan sunah akan diberi sebagaimana amalan wajib. Dan setiap amalan wajib diberi 70 x pahala fardlu jika dikerjakan dibulan lainnya.
Namun seringkali kita tidak menjadikan bulan ini sebagai sebuah ladang pahala. Hendaknya kita berfikir sejauh mana perhatian kita dalam menyempurnakan kewajiban dan menambah amalan sunah di dalam bulan ini. Kebanyakan kita meneruskan tidur setelah sahur, sehingga mengqodlo’ sholat subuh, atau setidak-setidaknya tertinggal sholat berjama’ah. Demikian juga dengan sholat maghrib. Ketika itu biasanya kita sedang sibuk berbuka puasa, sehingga tertinggal rakaat pertama. Begitu juga pada waktu sholat isya’, karena beranggapan untuk menggali kebaikan- kebaikan pada sholat taraweh, banyak yang sholat isya’ sebelum waktunya.
Demikianlah amalan kita pada bulan ramadhan. Karena ingin menunaikan satu amalan wajib (puasa), tiga amalan wajib lainnya dilalaikan. Sedangkan sholat dzuhur, karena tidur sebelum dhuhur, kita tertinggal sholat berjama’ah dhuhur. Begitu juga sholat ashar. Karena sibuk mempersiapkan makanan ifthor, sehingga tertinggal sholat berjama’ah ashar.
Itulah yang semestinya kita fikirkan. Sejauh mana kita menunaikan kewajiban- kewajiban kita pada bulan ramadhan yang penuh berkah ini. Jika yang wajib saja sulit untuk kita amalkan, bagaimana dapat menjalankan amalan-amalan sunah ? Waktu sholat tahajjud seringkali habis karena digunakan untuk sahur. Sholat isyraq dan dhuha pada bulan ramadahan sering kita tinggalkan karena tidur. Kita beranggapan bahwa tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah lalu kita tidur seharian. Seharusnya semangat kita terlecut. Kalau tidurnya saja dianggap sebagai ibadah, apalagi ibadahnya membaca al-qur’an, qiyamullail tentu akan mendapatkan pahala yang besar.
Imam Al-Ghazali ra. Berkata : “tujuan puasa adalah untuk menundukkan hawa nafsu dan melawan iblis yang mengalir dalam aliran darah kita”. Lalu bagaimana hal itu dapat tercapai jika berbuka puasa dengan berlebihan dengan niat mengganti makanan yang telah hilang ? Jika demikian berarti kita hanya merubah waktu makan, bukan berpuasa bahkan makan lebih banyak daripada bulan lainnya. Alih-alih menundukkan nafsu, kita malah memanjakan nafsu pada bulan ramadhan.
Kita ingin ramadhan ini lebih baik dari ramadhan tahun lalu. Kita tidak menginginkan puasa Kita seperti yang disinyalir oleh rasulullah. Dalam hadist riwayat Ibnu Majah dan Masa’i dan Ibnu Khuzaimah bahwa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapatkan apapun dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga.
Kita tidak ingin pahala puasa kita berkurang disebabkan :
Mata kita yang masih memandang perkara- perkara maksiat,
Lidah kita yang keluar darinya perkataan dusta, bicara sia-sia, fitnah, pertengkaran, umpatan,gf
Telinga kita yang masih mendengar ucapan yang haram, sebagaimana ghibah (membicarakan aib orang lain) dll. jh
Anggota badan kita yang masih tergoda dalam perkara yang diharamkan oleh allah.
Di dalam kitab al-targhib ibnu mas’ud r.a meriwayatkan bahwa setiap malam pada bulan ramadhan, seorang penyeru dari langit berseru, “Wahai pencari kebaikan, mendekatlah dan tingkatkanlah amal shalehmu. Wahai pencari kemaksiatan, berpalinglah dari kemaksiatan dan bukalah matamu”. Lalu malaikat itu berseru, “adakah pencari maghfiroh, agar dosa-dosanya diampuni ? adakah orang yang bertaubat agar taubatnya diterima ? adakah yang berdo’a, agar do’anya diterima ? adakah pula yang meminta agar keinginannya dipenuhi ?”.
Apakah kita tidak menghiraukan seruan itu, kemudian larut dengan kemaksiatan yang muncul dari layar kaca. Walaupun sebenarnya derajat kemaksiatan di TV, selama ramadhan, sudah diturunkan sedemikian rupa namun kalau tidak hati-hati akan merusak pahala puasa kita.
Apalagi malam-malam ramadhan ini seperti malam di bulan lainnya. Sepi dari amal sholeh. Katakan tidak wahai saudaraku ! hidupkan malam ramadhan sebagaimana malam ramadhan rasulullah. ‘Aisyah r.ha. meriwayatkan bahwa “Apabila bulan ramadhan tiba, raut wajah rasulullah saw. Berubah, beliau lebih memperbanyak jumlah rakaat sholatnya (sunnah), dan berdo’a dengan lebih tawadhu’ dengan rasa takut yang lebih besar kepada Allah. Menurut riwayat lain, beliau tidak pernah berbaring di tempat tidurnya hingga habis bulan ramadhan”.
Mari meraih janji Rasulullah. “Barang siapa berpuasa di bulan ramadhan dengan iman dan mengharap pahal, akan diampuni dosa-dosa yang telah lalu.
Semoga selepas ramadhan kita menjadi insan yang bertaqwa pada Allah. Mewarnai bulan yang lainnya dengan suasana ketaatan dan ketaqwaan sebagaimana di bulan ramadhan, amiin. (yns)
Namun seringkali kita tidak menjadikan bulan ini sebagai sebuah ladang pahala. Hendaknya kita berfikir sejauh mana perhatian kita dalam menyempurnakan kewajiban dan menambah amalan sunah di dalam bulan ini. Kebanyakan kita meneruskan tidur setelah sahur, sehingga mengqodlo’ sholat subuh, atau setidak-setidaknya tertinggal sholat berjama’ah. Demikian juga dengan sholat maghrib. Ketika itu biasanya kita sedang sibuk berbuka puasa, sehingga tertinggal rakaat pertama. Begitu juga pada waktu sholat isya’, karena beranggapan untuk menggali kebaikan- kebaikan pada sholat taraweh, banyak yang sholat isya’ sebelum waktunya.
Demikianlah amalan kita pada bulan ramadhan. Karena ingin menunaikan satu amalan wajib (puasa), tiga amalan wajib lainnya dilalaikan. Sedangkan sholat dzuhur, karena tidur sebelum dhuhur, kita tertinggal sholat berjama’ah dhuhur. Begitu juga sholat ashar. Karena sibuk mempersiapkan makanan ifthor, sehingga tertinggal sholat berjama’ah ashar.
Itulah yang semestinya kita fikirkan. Sejauh mana kita menunaikan kewajiban- kewajiban kita pada bulan ramadhan yang penuh berkah ini. Jika yang wajib saja sulit untuk kita amalkan, bagaimana dapat menjalankan amalan-amalan sunah ? Waktu sholat tahajjud seringkali habis karena digunakan untuk sahur. Sholat isyraq dan dhuha pada bulan ramadahan sering kita tinggalkan karena tidur. Kita beranggapan bahwa tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah lalu kita tidur seharian. Seharusnya semangat kita terlecut. Kalau tidurnya saja dianggap sebagai ibadah, apalagi ibadahnya membaca al-qur’an, qiyamullail tentu akan mendapatkan pahala yang besar.
Imam Al-Ghazali ra. Berkata : “tujuan puasa adalah untuk menundukkan hawa nafsu dan melawan iblis yang mengalir dalam aliran darah kita”. Lalu bagaimana hal itu dapat tercapai jika berbuka puasa dengan berlebihan dengan niat mengganti makanan yang telah hilang ? Jika demikian berarti kita hanya merubah waktu makan, bukan berpuasa bahkan makan lebih banyak daripada bulan lainnya. Alih-alih menundukkan nafsu, kita malah memanjakan nafsu pada bulan ramadhan.
Kita ingin ramadhan ini lebih baik dari ramadhan tahun lalu. Kita tidak menginginkan puasa Kita seperti yang disinyalir oleh rasulullah. Dalam hadist riwayat Ibnu Majah dan Masa’i dan Ibnu Khuzaimah bahwa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapatkan apapun dari puasanya kecuali rasa lapar dan dahaga.
Kita tidak ingin pahala puasa kita berkurang disebabkan :
Mata kita yang masih memandang perkara- perkara maksiat,
Lidah kita yang keluar darinya perkataan dusta, bicara sia-sia, fitnah, pertengkaran, umpatan,gf
Telinga kita yang masih mendengar ucapan yang haram, sebagaimana ghibah (membicarakan aib orang lain) dll. jh
Anggota badan kita yang masih tergoda dalam perkara yang diharamkan oleh allah.
Di dalam kitab al-targhib ibnu mas’ud r.a meriwayatkan bahwa setiap malam pada bulan ramadhan, seorang penyeru dari langit berseru, “Wahai pencari kebaikan, mendekatlah dan tingkatkanlah amal shalehmu. Wahai pencari kemaksiatan, berpalinglah dari kemaksiatan dan bukalah matamu”. Lalu malaikat itu berseru, “adakah pencari maghfiroh, agar dosa-dosanya diampuni ? adakah orang yang bertaubat agar taubatnya diterima ? adakah yang berdo’a, agar do’anya diterima ? adakah pula yang meminta agar keinginannya dipenuhi ?”.
Apakah kita tidak menghiraukan seruan itu, kemudian larut dengan kemaksiatan yang muncul dari layar kaca. Walaupun sebenarnya derajat kemaksiatan di TV, selama ramadhan, sudah diturunkan sedemikian rupa namun kalau tidak hati-hati akan merusak pahala puasa kita.
Apalagi malam-malam ramadhan ini seperti malam di bulan lainnya. Sepi dari amal sholeh. Katakan tidak wahai saudaraku ! hidupkan malam ramadhan sebagaimana malam ramadhan rasulullah. ‘Aisyah r.ha. meriwayatkan bahwa “Apabila bulan ramadhan tiba, raut wajah rasulullah saw. Berubah, beliau lebih memperbanyak jumlah rakaat sholatnya (sunnah), dan berdo’a dengan lebih tawadhu’ dengan rasa takut yang lebih besar kepada Allah. Menurut riwayat lain, beliau tidak pernah berbaring di tempat tidurnya hingga habis bulan ramadhan”.
Mari meraih janji Rasulullah. “Barang siapa berpuasa di bulan ramadhan dengan iman dan mengharap pahal, akan diampuni dosa-dosa yang telah lalu.
Semoga selepas ramadhan kita menjadi insan yang bertaqwa pada Allah. Mewarnai bulan yang lainnya dengan suasana ketaatan dan ketaqwaan sebagaimana di bulan ramadhan, amiin. (yns)
Manajemen ilmu
ita sebagai umat muslim selayaknya mencari ilmu. Baik itu di sekolah formal, maupun di sekolah informal. Baik itu laki-laki, perempuan, tua, muda semuanya diwajibkan untuk menuntut ilmu. Bahkan nabi menganjurkan kita untuk menuntut ilmu itu sampai di negeri china. Allah pun juga memberikan janji bagi orang yang menuntut ilmu untuk ditingkatkan derajatnya.
Tetapi terkadang kita sudah belajar berjam jam, berhari-hari, bahkan bertahun-tahun. Nyatanya tak jarang banyak ilmu yang tidak masuk ke otak kita, atau tak jarang pula masuk ke telinga kanan keluar ke telinga kiri. Kenapa hal itu bisa terjadi ? karena kita tidak mengetahui sirkulasi ilmu. Sebenarnya jika teliti lebih lanjut, ilmu itu laksana sebuah barang, yang disebarkan dan diperjual belikan ke seluruh manusia. Sehingga untuk mendapatkannya, harus melakukan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh produsen, distributor, dan konsumen. Lalu siapa yang menjadi produsen, distributor, dan konsumen ?
Sebelum kita bahas lebih jauh, sebenarnya ilmu itu berasal dan di buat oleh Allah, karena yang maha pintar itu Allah. Lalu keseluruhan ilmu itu diajarkan ke Nabi Adam as. Dan oleh nabi Adam diajarkan ke istrinya dan ke seluruh anak cucunya. Hingga sekarang yang menjadi distributor ilmu adalah para bapak, ibu, guru, kyai, ustadz, orang tua, paman, kakek, teman, dan semua orang yang telah mengajarkan ilmu-ilmu kepada kita. Kita sebagai konsumen tentunya tidak serta merta dapat mengambil ilmu tersebut. Karena seperti kata pepatah “ada barang, ada uang” jadi ilmu tersebut harus kita beli dengan mata uang yang dalam sistem jual beli ilmu itu adalah Waktu, Tenaga, Pikiran, dan Biaya. Jadi, untuk mendapatkan ilmu tersebut, keempat elemen itu harus kita korbankan.
Kenapa harus waktu, tenaga, pikiran, dan biaya ? karena dengan waktu kita dapat meninggalkan segala kepentingan kita untuk mendapatkan ilmu, sedangkan dengan tenaga kita dapat memaksimalkan fisik kita dalam menerima ilmu itu, dan dengan pikiran kita dapat mempersiapkan mental kita saat ilmu itu akan masuk ke dalam otak kita, dan demi memfasilitasi kita dalam menuntut ilmu, yang perlu kita korbankan adalah biaya. Biaya dalam artian adalah uang untuk membayar gaji guru, membeli buku-buku penunjang, dan juga demi memberikan tubuh kita dengan memberi asupan gizi yang seimbang.
Ketika bapak ibu guru menerangkan di kelas, bapak ibu guru itu bagaikan sales yang menawarkan suatu produk kepada kita. Kita sebagai konsumen harus berani berkorban dengan nilai beli yang sangat tinggi agar memperoleh ilmu yang berkwalitas, dan apabila kita hanya berkorban dengan biaya yang Cuma-Cuma dan pas-pasan tentunya kita hanya mendapatkan ilmu yang kurang berbobot. Kita lihat para ilmuwan-ilmuwan indonesia yang menuntut ilmu di luar negeri, mereka korbankan segalanya demi mendapatkan ilmu yang ada di luar negeri. Sehingga, mereka memperoleh kwalitas ilmu yang sangat bagus.
YANG MEMPENGARUHI MASUKNYA ILMU
Ada faktor yang sangat mempengaruhi masuk tidaknya ilmu. Yang pertama adalah Faktor Genetika, gen sangat mempengaruhi kita, bentuk, sifat, kebiasaan, kemampuan merupakan salah satu sifat yang dapat diturunkan dari ayah, ibu dan para leluhur kita. Jika orang tua kita cerdas, kita pun bisa menjadi cerdas. Sehingga jika kita mempunyai sifat atau gen pintar yang menurun dari orang tua kita, saat menerima pelajaran ilmu itu akan mudah sekali masuk.
Yang kedua adalah Faktor psikologis, masalah-masalah yang menimpa kita, ditambah mental kita yang kurang siap dapat mempengaruhi kita dalam menerima ilmu. Sehingga dengan pikiran yang segar dan santai ilmu-ilmu itu akan mudah sekali masuk.
Faktor ketiga adalah Faktor Lingkungan, Lingkungan yang tidak bernuansa pendidikan juga dapat menghambat kita dalam menuntut ilmu, karena jika lingkungan di sekeliling kita tidak mempunyai nuansa pendidikan. Maka tak ada dorongan yang membuat kita untuk menuntut ilmu, selain itu kita juga kesulitan dalam menemui bapak ibu guru yang dapat mengajari kita, atau juga kita juga akan kesulitan dalam mencari buku penunjang. Sehingga untuk memaksimalkan belajar kita buatlah suasana pendidikan di rumah kita, di desa kita, di sekolah kita, dan dimanapun kita berada.
Faktor yang terakhir adalah Faktor Kapasitas, memang kapasitas otak manusia tidak bisa diperkirakan. Tapi semua ilmu dan keahlian asalkan kita mau dan mampu, semuanya bisa masuk ke dalam otak kita. Tapi, yang sering kita lupakan adalah seringnya kita memforsir otak kita terus menerus, tanpa memberi sedikit waktu untuk beristirahat. Dan juga yang sering kita lakukan adalah tidak menjadwal ilmu-ilmu yang akan kita pelajari, satu waktu kita pelajari berbagai ilmu, sehingga membuat otak kita Hang. Akhirnya ilmu-ilmu yang seharusnya masuk, justru keluar lagi. Karena otak kita tidak mampu untuk menyimpan dan memasukkan ke dalam ruang-ruang dalam otak kita.
Tapi semua itu tergantung kepada Allah swt. Karena semua hal di dunia ini yang mengatur hanyalah Allah. Banyak kita lihat orang-orang yang sukses karena mau berkorban demi ilmu. Mereka mau berkorban demi ilmu meluangkan waktu yang seharusnya untuk bermain, menguras tenaga yang seharusnya digunakan untuk istirahat, memberatkan pikiran yang seharusnya kita gunakan untuk memikirkan yang santai, dan juga mengucurkan pundi-pundi rupiah untuk membeli buku, untuk membayar biaya les di sana-sini yang seharusnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang lain. Tapi jika kita tidak mau berkorban, mana ada ilmu yang kita dapatkan.
Sedari sekarang marilah kita korbankan waktu, tenaga, pikiran, dan uang kita demi menuntut ilmu. Dan jangan lupa tingkatkan tawadhu’ kita terhadap guru kita, karena tanpa distributor (guru), konsumen tidak akan mendapatkan barang yang diinginkannya. Perbanyak belajar, dan jadilah muslim yang cerdas yang cendekia (imq)
Tetapi terkadang kita sudah belajar berjam jam, berhari-hari, bahkan bertahun-tahun. Nyatanya tak jarang banyak ilmu yang tidak masuk ke otak kita, atau tak jarang pula masuk ke telinga kanan keluar ke telinga kiri. Kenapa hal itu bisa terjadi ? karena kita tidak mengetahui sirkulasi ilmu. Sebenarnya jika teliti lebih lanjut, ilmu itu laksana sebuah barang, yang disebarkan dan diperjual belikan ke seluruh manusia. Sehingga untuk mendapatkannya, harus melakukan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh produsen, distributor, dan konsumen. Lalu siapa yang menjadi produsen, distributor, dan konsumen ?
Sebelum kita bahas lebih jauh, sebenarnya ilmu itu berasal dan di buat oleh Allah, karena yang maha pintar itu Allah. Lalu keseluruhan ilmu itu diajarkan ke Nabi Adam as. Dan oleh nabi Adam diajarkan ke istrinya dan ke seluruh anak cucunya. Hingga sekarang yang menjadi distributor ilmu adalah para bapak, ibu, guru, kyai, ustadz, orang tua, paman, kakek, teman, dan semua orang yang telah mengajarkan ilmu-ilmu kepada kita. Kita sebagai konsumen tentunya tidak serta merta dapat mengambil ilmu tersebut. Karena seperti kata pepatah “ada barang, ada uang” jadi ilmu tersebut harus kita beli dengan mata uang yang dalam sistem jual beli ilmu itu adalah Waktu, Tenaga, Pikiran, dan Biaya. Jadi, untuk mendapatkan ilmu tersebut, keempat elemen itu harus kita korbankan.
Kenapa harus waktu, tenaga, pikiran, dan biaya ? karena dengan waktu kita dapat meninggalkan segala kepentingan kita untuk mendapatkan ilmu, sedangkan dengan tenaga kita dapat memaksimalkan fisik kita dalam menerima ilmu itu, dan dengan pikiran kita dapat mempersiapkan mental kita saat ilmu itu akan masuk ke dalam otak kita, dan demi memfasilitasi kita dalam menuntut ilmu, yang perlu kita korbankan adalah biaya. Biaya dalam artian adalah uang untuk membayar gaji guru, membeli buku-buku penunjang, dan juga demi memberikan tubuh kita dengan memberi asupan gizi yang seimbang.
Ketika bapak ibu guru menerangkan di kelas, bapak ibu guru itu bagaikan sales yang menawarkan suatu produk kepada kita. Kita sebagai konsumen harus berani berkorban dengan nilai beli yang sangat tinggi agar memperoleh ilmu yang berkwalitas, dan apabila kita hanya berkorban dengan biaya yang Cuma-Cuma dan pas-pasan tentunya kita hanya mendapatkan ilmu yang kurang berbobot. Kita lihat para ilmuwan-ilmuwan indonesia yang menuntut ilmu di luar negeri, mereka korbankan segalanya demi mendapatkan ilmu yang ada di luar negeri. Sehingga, mereka memperoleh kwalitas ilmu yang sangat bagus.
YANG MEMPENGARUHI MASUKNYA ILMU
Ada faktor yang sangat mempengaruhi masuk tidaknya ilmu. Yang pertama adalah Faktor Genetika, gen sangat mempengaruhi kita, bentuk, sifat, kebiasaan, kemampuan merupakan salah satu sifat yang dapat diturunkan dari ayah, ibu dan para leluhur kita. Jika orang tua kita cerdas, kita pun bisa menjadi cerdas. Sehingga jika kita mempunyai sifat atau gen pintar yang menurun dari orang tua kita, saat menerima pelajaran ilmu itu akan mudah sekali masuk.
Yang kedua adalah Faktor psikologis, masalah-masalah yang menimpa kita, ditambah mental kita yang kurang siap dapat mempengaruhi kita dalam menerima ilmu. Sehingga dengan pikiran yang segar dan santai ilmu-ilmu itu akan mudah sekali masuk.
Faktor ketiga adalah Faktor Lingkungan, Lingkungan yang tidak bernuansa pendidikan juga dapat menghambat kita dalam menuntut ilmu, karena jika lingkungan di sekeliling kita tidak mempunyai nuansa pendidikan. Maka tak ada dorongan yang membuat kita untuk menuntut ilmu, selain itu kita juga kesulitan dalam menemui bapak ibu guru yang dapat mengajari kita, atau juga kita juga akan kesulitan dalam mencari buku penunjang. Sehingga untuk memaksimalkan belajar kita buatlah suasana pendidikan di rumah kita, di desa kita, di sekolah kita, dan dimanapun kita berada.
Faktor yang terakhir adalah Faktor Kapasitas, memang kapasitas otak manusia tidak bisa diperkirakan. Tapi semua ilmu dan keahlian asalkan kita mau dan mampu, semuanya bisa masuk ke dalam otak kita. Tapi, yang sering kita lupakan adalah seringnya kita memforsir otak kita terus menerus, tanpa memberi sedikit waktu untuk beristirahat. Dan juga yang sering kita lakukan adalah tidak menjadwal ilmu-ilmu yang akan kita pelajari, satu waktu kita pelajari berbagai ilmu, sehingga membuat otak kita Hang. Akhirnya ilmu-ilmu yang seharusnya masuk, justru keluar lagi. Karena otak kita tidak mampu untuk menyimpan dan memasukkan ke dalam ruang-ruang dalam otak kita.
Tapi semua itu tergantung kepada Allah swt. Karena semua hal di dunia ini yang mengatur hanyalah Allah. Banyak kita lihat orang-orang yang sukses karena mau berkorban demi ilmu. Mereka mau berkorban demi ilmu meluangkan waktu yang seharusnya untuk bermain, menguras tenaga yang seharusnya digunakan untuk istirahat, memberatkan pikiran yang seharusnya kita gunakan untuk memikirkan yang santai, dan juga mengucurkan pundi-pundi rupiah untuk membeli buku, untuk membayar biaya les di sana-sini yang seharusnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang lain. Tapi jika kita tidak mau berkorban, mana ada ilmu yang kita dapatkan.
Sedari sekarang marilah kita korbankan waktu, tenaga, pikiran, dan uang kita demi menuntut ilmu. Dan jangan lupa tingkatkan tawadhu’ kita terhadap guru kita, karena tanpa distributor (guru), konsumen tidak akan mendapatkan barang yang diinginkannya. Perbanyak belajar, dan jadilah muslim yang cerdas yang cendekia (imq)
jangan sampai syaitan mencuri waktumu
Akhir-akhir ini di media cetak maupun media elektronik marak terdengar berita pencurian, perampokan, dan sejenisnya. Untuk menghindari pencurian itu, kita mungkin bisa mengunci rapat-rapat rumah kita, Kita adakan ronda malam di kampung kita, Jika Allah menghendaki rumah kita akan aman. Namun, bagaimana jika pencuri itu hendak mencuri hati kita, pikiran kita, pandangan kita, waktu kita. Sehingga pencuri itu dapat memperdaya kita, mengatur kita, sehingga jika kita ingin melakukan sesuatu kita harus menunggu perintah dari pencuri itu. Siapakah pencuri itu ? yang jelas pencuri yang sangat profesional, yang sudah melakukan pekerjaan ini ratusan tahun, bahkan sudah menjadikan pekerjaan ini sebagai hobi, mereka tidak perlu bayaran, lalu Siapa ? apakah pencuri itu Ahli Hipnotis, Paranormal, ataukah Tukang gendam ? bukan, pencuri itu adalah Syaitan, yang selalu mengintai kita, mengawasi kita, serta memata-matai kita kita tidak bisa lari dari kejarannya, kita pun tidak bisa sembunyi darinya. Lalu bagaimana cara kita menghindari ancamannya ? Allah berfirman :
“Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi. yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. dari (golongan) jin dan manusia.” (QS. An-Nas : 1-6) Pada ayat ini sudah jelas dikatakan, satu-satunya cara bagi kita untuk menghindari serangan syaitan adakah hanya dengan kembali kepada Allah, tuhan kita, Raja Kita, serta sembahan kita. Jika kita dekat dengan Allah, kita terbiasa dengan ibadah, berdzikir, berdo’a. maka, kita akan dilindungi-Nya.
Syaitan membisikkan kata-kata sesat di kala manusia sedang kosong, sedang tidak melakukan apa-apa. Saat ini media syaitan sangat banyak, dari media cetak dan media elektronik banyak kita lihat tulisan-tulisan, serta gambar-gambar yang dijadikan trik bagi syaitan untuk meluluhkan hati manusia, pada saat itulah kita mulai terlena akan buaiannya. Sehingga kita mulai terkontaminasi, dan jika kita sudah benar-benar kosong maka dengan mudah syaitan memperalat kita. Sehingga kita yang sedianya, melakukan yang baik-baik. Oleh syaitan kita dihasud untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk. Ternyata, tidak hanya media yang membantu syaitan untuk melumpuhkan kita. Ternyata, manusia juga dapat mempengaruhi kita, tentunya manusia yang terhasud godaan syaitan.
Jika sudah begitu, baik kita sendiri maupun teman kita, saudara kita. kita ingatkan, kita peringati perlahan-lahan. Karena orang yang sudah menjadi hamba syaitan, tidak akan percaya akan namanya tuhan, akhirat, dan lain-lain. Sehingga dalam berdakwah kepada Ikhwanus Syayatiin kita harus bersabar, ingatkan akan agama, perintahkan untuk kembali ke jalan Allah. Karena, dengan perlindungan Allah, kita terhindar dari bisikan busuk syaitan. Sebaliknya, jika kita dalam keadaan agama kuat, atau dalam keadaan 100 %. Saat Syaitan Menggoda kita, mungkin Cuma turun beberapa persen, sehingga beberapa persen lainnya melawan untuk menjauhi bisikan syaitan itu. Sehingga, sedari sekarang kita biasakan diri kita untuk senantiasa beragama, membicarakan agama, memikirkan agama. Agar di kala syaitan menyerang kita, kita tidak tertipu akan rayuannya.
Beralih tentang waktu, berapa lama waktu yang kita gunakan untuk beribadah ? jika Cuma sholat lima waktu, rata-rata mungkin 10 menit. Sehingga dalam sehari, hanya 50-60 menit waktu yang kita gunakan untuk beribadah. Dan yang kedua jika ditambah dengan sholat sunnah, serta dzikir, dan membaca Al-Qur’an, Paling lama mungkin Cuma 240 menit atau sekitar 4 jam waktu kita gunakan untuk beribadah. Jika kita tambah dengan tidur (6 jam) dan 4 Jam lagi waktu makan, mandi, dan sebagainya. Itu artinya masih ada 10 jam waktu yang kosong. Betapa lamanya waktu itu ! dan rasanya tidak sebanding dengan waktu ibadah kita. Dan jika tidak digunakan dengan baik, bisa-bisa waktu kita dicuri syaitan. Lalu bagaimana cara kita mengatasinya ?
KIAT MENJAGA WAKTU KITA DARI GODAAN SYAITAN
1. Biasakan diri kita untuk berdo’a, setiap melakukan sesuatu diawali dengan bismillah dan diakhiri dengan Alhamdulillah. Sehingga semua aktivitas kita bernuansa ibadah. Dan bila kita hafal do’anya bacalah do’anya. Saat kita akan makan kita berdo’a, ”Allahumma bariklana Fiima Razaqtana Waqiina Adzaban-Naar” dan jika sudah makan kita mengucapkan, ”Alhamdulillahi-lladzi Ath’amana Watsaqana, Waja’alana Minal Muslimin”. begitu juga saat kita akan memakai baju, ”Bismillahilladzi Laa ilaaha illa Huwa” dan do’a-do’a lainnya.
2. Menghidupkan sunnah, SUNNAH adalah semua perkataan, perlakuan, pemikiran, Perbuatan Nabi Muhammad saw. Jadi, kita harus meniru perkataannya, yang lembut, sopan, tidak menggosip, tidak membicarakan dunia. Kita pun harus meniru pemikirannya, yang selalu memikirkan agama, memikirkan ummat. Selain itu, kita harus meniru perbuatan nabi yang suka menolong, Suka memberi, beribadah, sholat, puasa.
3. Sering I’tikaf di Masjid, Masjid adalah Rumah Allah, bangunan yang kita gunakan untuk beribadah setiap harinya. Jika kita sering, beri’tikaf di masjid, walau diam kita akan selalu memikirkan Allah. Lebih-lebih jika kita di masjid membaca Al-Qur’an, Berdzikir, dan Sholat.
Itulah cara-cara kita untuk menggunakan waktu kita bergaya ibadah, berguna bagi diri kita, senantiasa dekat dengan Allah. Sehingga, syaitan tidak bisa mencuri waktu kita, jangan biarkan seperdetik waktu kita dicuri syaitan, kita gunakan untuk melakukan maksiat, kita gunakan untuk melakukan sesuatu yang dilarang Allah. Ingatlah, saat kita akan mati (Sakaratul Maut) merupakan cermin kehidupan kita, jika kehidupan kita baik, sakaratul maut kita akan lancar, kita akan merasakan sedikti sakit saat Izrail mencabut nyawa kita. Sebaliknya jika kehidupan kita buruk, sakaratul maut kita akan sulit, seret, sehingga akan terasa sangat sakit sekali saat malaikat Izrail mencabut ruh dari nyawa kita. Oleh karena itu sedari sekarang, laksanakan perintah Allah dam jauhi larangannya serta lakukan ketiga hal di atas, gunakan setiap detik waktu kita untuk menyebut nama Allah, jangan sampai detik-detik milik kita terbuang sia-sia gara-gara tercuri oleh syaitan, karena kita terlena oleh bujukan dan tipu dayanya. Pertahankan iman kita, jagalah waktu kita, agar kita diberi balasan yang layak di akhirat kelak. (IMQ)
“Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi. yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. dari (golongan) jin dan manusia.” (QS. An-Nas : 1-6) Pada ayat ini sudah jelas dikatakan, satu-satunya cara bagi kita untuk menghindari serangan syaitan adakah hanya dengan kembali kepada Allah, tuhan kita, Raja Kita, serta sembahan kita. Jika kita dekat dengan Allah, kita terbiasa dengan ibadah, berdzikir, berdo’a. maka, kita akan dilindungi-Nya.
Syaitan membisikkan kata-kata sesat di kala manusia sedang kosong, sedang tidak melakukan apa-apa. Saat ini media syaitan sangat banyak, dari media cetak dan media elektronik banyak kita lihat tulisan-tulisan, serta gambar-gambar yang dijadikan trik bagi syaitan untuk meluluhkan hati manusia, pada saat itulah kita mulai terlena akan buaiannya. Sehingga kita mulai terkontaminasi, dan jika kita sudah benar-benar kosong maka dengan mudah syaitan memperalat kita. Sehingga kita yang sedianya, melakukan yang baik-baik. Oleh syaitan kita dihasud untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk. Ternyata, tidak hanya media yang membantu syaitan untuk melumpuhkan kita. Ternyata, manusia juga dapat mempengaruhi kita, tentunya manusia yang terhasud godaan syaitan.
Jika sudah begitu, baik kita sendiri maupun teman kita, saudara kita. kita ingatkan, kita peringati perlahan-lahan. Karena orang yang sudah menjadi hamba syaitan, tidak akan percaya akan namanya tuhan, akhirat, dan lain-lain. Sehingga dalam berdakwah kepada Ikhwanus Syayatiin kita harus bersabar, ingatkan akan agama, perintahkan untuk kembali ke jalan Allah. Karena, dengan perlindungan Allah, kita terhindar dari bisikan busuk syaitan. Sebaliknya, jika kita dalam keadaan agama kuat, atau dalam keadaan 100 %. Saat Syaitan Menggoda kita, mungkin Cuma turun beberapa persen, sehingga beberapa persen lainnya melawan untuk menjauhi bisikan syaitan itu. Sehingga, sedari sekarang kita biasakan diri kita untuk senantiasa beragama, membicarakan agama, memikirkan agama. Agar di kala syaitan menyerang kita, kita tidak tertipu akan rayuannya.
Beralih tentang waktu, berapa lama waktu yang kita gunakan untuk beribadah ? jika Cuma sholat lima waktu, rata-rata mungkin 10 menit. Sehingga dalam sehari, hanya 50-60 menit waktu yang kita gunakan untuk beribadah. Dan yang kedua jika ditambah dengan sholat sunnah, serta dzikir, dan membaca Al-Qur’an, Paling lama mungkin Cuma 240 menit atau sekitar 4 jam waktu kita gunakan untuk beribadah. Jika kita tambah dengan tidur (6 jam) dan 4 Jam lagi waktu makan, mandi, dan sebagainya. Itu artinya masih ada 10 jam waktu yang kosong. Betapa lamanya waktu itu ! dan rasanya tidak sebanding dengan waktu ibadah kita. Dan jika tidak digunakan dengan baik, bisa-bisa waktu kita dicuri syaitan. Lalu bagaimana cara kita mengatasinya ?
KIAT MENJAGA WAKTU KITA DARI GODAAN SYAITAN
1. Biasakan diri kita untuk berdo’a, setiap melakukan sesuatu diawali dengan bismillah dan diakhiri dengan Alhamdulillah. Sehingga semua aktivitas kita bernuansa ibadah. Dan bila kita hafal do’anya bacalah do’anya. Saat kita akan makan kita berdo’a, ”Allahumma bariklana Fiima Razaqtana Waqiina Adzaban-Naar” dan jika sudah makan kita mengucapkan, ”Alhamdulillahi-lladzi Ath’amana Watsaqana, Waja’alana Minal Muslimin”. begitu juga saat kita akan memakai baju, ”Bismillahilladzi Laa ilaaha illa Huwa” dan do’a-do’a lainnya.
2. Menghidupkan sunnah, SUNNAH adalah semua perkataan, perlakuan, pemikiran, Perbuatan Nabi Muhammad saw. Jadi, kita harus meniru perkataannya, yang lembut, sopan, tidak menggosip, tidak membicarakan dunia. Kita pun harus meniru pemikirannya, yang selalu memikirkan agama, memikirkan ummat. Selain itu, kita harus meniru perbuatan nabi yang suka menolong, Suka memberi, beribadah, sholat, puasa.
3. Sering I’tikaf di Masjid, Masjid adalah Rumah Allah, bangunan yang kita gunakan untuk beribadah setiap harinya. Jika kita sering, beri’tikaf di masjid, walau diam kita akan selalu memikirkan Allah. Lebih-lebih jika kita di masjid membaca Al-Qur’an, Berdzikir, dan Sholat.
Itulah cara-cara kita untuk menggunakan waktu kita bergaya ibadah, berguna bagi diri kita, senantiasa dekat dengan Allah. Sehingga, syaitan tidak bisa mencuri waktu kita, jangan biarkan seperdetik waktu kita dicuri syaitan, kita gunakan untuk melakukan maksiat, kita gunakan untuk melakukan sesuatu yang dilarang Allah. Ingatlah, saat kita akan mati (Sakaratul Maut) merupakan cermin kehidupan kita, jika kehidupan kita baik, sakaratul maut kita akan lancar, kita akan merasakan sedikti sakit saat Izrail mencabut nyawa kita. Sebaliknya jika kehidupan kita buruk, sakaratul maut kita akan sulit, seret, sehingga akan terasa sangat sakit sekali saat malaikat Izrail mencabut ruh dari nyawa kita. Oleh karena itu sedari sekarang, laksanakan perintah Allah dam jauhi larangannya serta lakukan ketiga hal di atas, gunakan setiap detik waktu kita untuk menyebut nama Allah, jangan sampai detik-detik milik kita terbuang sia-sia gara-gara tercuri oleh syaitan, karena kita terlena oleh bujukan dan tipu dayanya. Pertahankan iman kita, jagalah waktu kita, agar kita diberi balasan yang layak di akhirat kelak. (IMQ)
Kisah Ashabul A'raf
Seringkali timbul pertanyaan dalam diri kita, bagaimana bentuk surga dan neraka itu ? adakah pembatas antara surga dan neraka ? dalam Al-Qur’an disebutkan : “Dan di antara keduanya (penghuni surga dan neraka) ada batas; dan di atas A'raaf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan itu dengan tanda-tanda mereka. Dan mereka menyeru penduduk surga:" Salaamun 'alaikum". Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya). Dan apabila pandangan mereka dialihkan ke arah penghuni neraka, mereka berkata: "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang lalim itu". (QS. Al-A’raf : 46-47)
Selain menciptakan surga dan neraka, Allah juga menciptakan tempat yang membatasi antara surga dan neraka. Tempat itu dinamakan Al-A’raf, letaknya berada lebih tinggi di antara surga dan neraka. Di tempat itu para penghuninya dapat melihat Keadaan surga dan neraka. Lalu siapa penghuninya ?
PARA ASHABUL A’RAF
Banyak riwayat yang menyatakan siapa saja orang yang akan menghuni A’raf, antara lain :
a. Orang yang amal baik dan amal buruknya seimbang
“Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan) nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan) nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.” (Al-Qaari’ah : 6-9)
Setelah kiamat, semua manusia akan ditimbang amalnya saat mereka masih di dunia. Jika berat amal baiknya, maka ia akan dimasukkan di surga, sedang jika ringan amal baiknya, maka ia akan dimasukkan ke neraka. Karena dalam ayat lain : “Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya” (QS. Al-An’am : 132) jika amal kita seimbang maka kita akan menjadi penghuni A”RAAF .
Seperti yang tercantum pada ayat diatas, “dan di atas A'raaf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan (penghuni surga dan neraka) itu dengan tanda-tanda mereka……. Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya). (543) Al A'raaf artinya: tempat yang tertinggi di antar surga” (QS. Al-A’raf : 46)
b. Orang yang Keluar di Jalan Allah tanpa seizin orang tuanya
Rasulullah saat ditanya, siapa penghuni a’raaf ?. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya mereka adalah Kaum yang keluar di jalan Allah tanpa izin dari orang tuanya, dan terbunuh di jalan Allah” Islam memang menghalalkan kita untuk berjuang membela agama islam, keluar untuk jalan Allah. Namun, jika tanpa izin orang tua, apabila kita terbunuh saat membela jalan Allah kesyahidan kita ngambang. Sehingga, kita masih belum masuk surga. Dan kita digolongkan menjadi Ashabul A’raaf.
Lalu bagaimana keadaan mereka ? di A’raaf para penghuninya dapat melihat surga serta neraka. Jika melihat para penghuni surga mereka mengucapkan, “Saalamun ‘alaikum” keselamatan atas kalian. Hal ini dikarenakan, mereka ingin sekali memasuki surga tapi tidak bisa. Sebaliknya saat melihat penghuni neraka, mereka akan berdo’a, : "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang zalim itu". Hal ini karena mereka tak kuasa melihat siksaan neraka. Mereka takut akan siksaan neraka, dan mereka pun percaya akan benarnya siksaan neraka. Sehingga mereka pun akan menyesal telah melakukan kezhaliman, sehingga menyebabkan mereka masuk ke dalam A’raaf.
Ibarat terdakwa yang sedang menunggu keputusan hakim, mereka akan senantiasa menunggu datangnya syafaat Nabi Muhammad, semua orang yang mendapat syafaat nabi akan dimasukkan ke surga. Melihat ciri-ciri di atas, loloskah kita dari ciri-ciri penghuni A’raaf. Coba hitung waktu kita dalam sehari (1 x 24 jam). Lebih banyak mana amal baik ataukah amal buruk yang kita kerjakan ? teliti dengan seksama tiap detik waktu yang kita jalani, karena jika tidak memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya kita akan rugi, jangan biarkan tiap detik kita bersimbah dosa. Jangan sia-siakan waktu kita, dan jangan sepelekan waktu yang Cuma sebentar. Karena jika, timbangan kebaikan dan timbangan keburukan kita sama atau seimbang, kita akan menjadi penghuni A’raaf, yang tidak dapat menikmati nikmatnya surga. Sudikah kita menunggu hingga bertahun-tahun lamanya, diam termenung tanpa kesenangan ?. tak maukah kita menikmati fasilitas-fasilitas surgawi yang melebihi dari apapun ?
Marilah sedari sekarang kita jadwal waktu kita, kurangi aktivitas-aktivitas yang mendorong kita untuk melakukan dosa. Perbanyak aktivitas iman kita, seringlah membaca Al-Qur’an, ucapkan asma Allah sebanyak mungkin dengan berdzikir, agar kita tidak tergolong sebagai Ashabul A’raaf. Berdo’alah kepada Allah Semoga kita tidak digolongkan sebagai penghuni A’raaf, semoga kita menjadi Penghuni surga, dijauhkan dari neraka. karena lebih baik jika kita langsung memasuki surganya Allah yang tiada tara indah dan nikmatnya. Amiin (imq)
Selain menciptakan surga dan neraka, Allah juga menciptakan tempat yang membatasi antara surga dan neraka. Tempat itu dinamakan Al-A’raf, letaknya berada lebih tinggi di antara surga dan neraka. Di tempat itu para penghuninya dapat melihat Keadaan surga dan neraka. Lalu siapa penghuninya ?
PARA ASHABUL A’RAF
Banyak riwayat yang menyatakan siapa saja orang yang akan menghuni A’raf, antara lain :
a. Orang yang amal baik dan amal buruknya seimbang
“Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan) nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan) nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.” (Al-Qaari’ah : 6-9)
Setelah kiamat, semua manusia akan ditimbang amalnya saat mereka masih di dunia. Jika berat amal baiknya, maka ia akan dimasukkan di surga, sedang jika ringan amal baiknya, maka ia akan dimasukkan ke neraka. Karena dalam ayat lain : “Dan masing-masing orang memperoleh derajat-derajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya” (QS. Al-An’am : 132) jika amal kita seimbang maka kita akan menjadi penghuni A”RAAF .
Seperti yang tercantum pada ayat diatas, “dan di atas A'raaf itu ada orang-orang yang mengenal masing-masing dari dua golongan (penghuni surga dan neraka) itu dengan tanda-tanda mereka……. Mereka belum lagi memasukinya, sedang mereka ingin segera (memasukinya). (543) Al A'raaf artinya: tempat yang tertinggi di antar surga” (QS. Al-A’raf : 46)
b. Orang yang Keluar di Jalan Allah tanpa seizin orang tuanya
Rasulullah saat ditanya, siapa penghuni a’raaf ?. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya mereka adalah Kaum yang keluar di jalan Allah tanpa izin dari orang tuanya, dan terbunuh di jalan Allah” Islam memang menghalalkan kita untuk berjuang membela agama islam, keluar untuk jalan Allah. Namun, jika tanpa izin orang tua, apabila kita terbunuh saat membela jalan Allah kesyahidan kita ngambang. Sehingga, kita masih belum masuk surga. Dan kita digolongkan menjadi Ashabul A’raaf.
Lalu bagaimana keadaan mereka ? di A’raaf para penghuninya dapat melihat surga serta neraka. Jika melihat para penghuni surga mereka mengucapkan, “Saalamun ‘alaikum” keselamatan atas kalian. Hal ini dikarenakan, mereka ingin sekali memasuki surga tapi tidak bisa. Sebaliknya saat melihat penghuni neraka, mereka akan berdo’a, : "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama-sama orang-orang yang zalim itu". Hal ini karena mereka tak kuasa melihat siksaan neraka. Mereka takut akan siksaan neraka, dan mereka pun percaya akan benarnya siksaan neraka. Sehingga mereka pun akan menyesal telah melakukan kezhaliman, sehingga menyebabkan mereka masuk ke dalam A’raaf.
Ibarat terdakwa yang sedang menunggu keputusan hakim, mereka akan senantiasa menunggu datangnya syafaat Nabi Muhammad, semua orang yang mendapat syafaat nabi akan dimasukkan ke surga. Melihat ciri-ciri di atas, loloskah kita dari ciri-ciri penghuni A’raaf. Coba hitung waktu kita dalam sehari (1 x 24 jam). Lebih banyak mana amal baik ataukah amal buruk yang kita kerjakan ? teliti dengan seksama tiap detik waktu yang kita jalani, karena jika tidak memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya kita akan rugi, jangan biarkan tiap detik kita bersimbah dosa. Jangan sia-siakan waktu kita, dan jangan sepelekan waktu yang Cuma sebentar. Karena jika, timbangan kebaikan dan timbangan keburukan kita sama atau seimbang, kita akan menjadi penghuni A’raaf, yang tidak dapat menikmati nikmatnya surga. Sudikah kita menunggu hingga bertahun-tahun lamanya, diam termenung tanpa kesenangan ?. tak maukah kita menikmati fasilitas-fasilitas surgawi yang melebihi dari apapun ?
Marilah sedari sekarang kita jadwal waktu kita, kurangi aktivitas-aktivitas yang mendorong kita untuk melakukan dosa. Perbanyak aktivitas iman kita, seringlah membaca Al-Qur’an, ucapkan asma Allah sebanyak mungkin dengan berdzikir, agar kita tidak tergolong sebagai Ashabul A’raaf. Berdo’alah kepada Allah Semoga kita tidak digolongkan sebagai penghuni A’raaf, semoga kita menjadi Penghuni surga, dijauhkan dari neraka. karena lebih baik jika kita langsung memasuki surganya Allah yang tiada tara indah dan nikmatnya. Amiin (imq)
Bahayanya godaan iblis
sejak ditanda tanganinya Perjanjian Iblis, antara Allah swt. dan Iblis yang juga disaksikan oleh seluruh makhluk Allah swt. Yang berisi semua iblis akan masuk neraka karena tidak bersujud kepada nabi Adam. Lalu para Iblis mengajukan banding yaitu dengan syarat diberikan umur yang kekal hingga hari kiamat, serta akan mengajak dan menggoda seluruh umat manusia agar menjadi temannya kelak di neraka. Sehingga sejak itulah para iblis menggoda manusia setiap saat, di mana pun, dan kapan pun kita berada selalu diintai dan digoda oleh iblis. Iblis berusaha untuk menyesatkan kita para manusia dari jalan Allah, dalam menggoda kita, iblis menggunakan seluruh otot, dan pikiran mereka hanya untuk menyesatkan kita.
Begitulah misi dan visi iblis mereka rela keluar surga hanya untuk mengajak manusia menuju neraka. Iblis belum lega jika belum mengajak Manusia sebanyak-banyaknya. Jika kita kaji kenapa iblis rela mengorbankan hidupnya hanya untuk mengajak manusia ke neraka bersamanya. Iblis melakukan hal tersebut karena iblis sakit hati kepada manusia; dan sudah mengetahui kedahsyatan siksa neraka, maka mereka berpikir walaupun selama hidupnya (hingga kiamat) digunakan untuk bersenang-senang di dunia tidak ada artinya. Maka mereka mengajak manusia merasakan siksa yang tiada taranya untuk membalaskan sakit hatinya.
Iblis menggoda manusia dari arah depan, belakang, dari arah kanan, dan dari arah kiri. Dalam menggoda manusia iblis menggunakan caranya masing-masing, mereka berpikir keras. Ada iblis yang menggoda dengan memasukkan bisikan-bisikan yang membuat bahwa suatu kemaksiatan dianggap kebaikan, para iblis menyebarkan fitnah-fitnah di hati kita, membuat kita ragu, bimbang dan lalai.
Iblis memiliki badan koordinasi yang sangat andal. Mereka menempatkan pasukannya (para iblis) sesuai kemampuan yang di miliki si manusianya. Jika manusianya ‘alim maka iblisnya juga yang memiliki pengetahuan agama yang tinggi, begitu pula jika manusia yang akan digoda awam maka iblis yang ditentukan juga yang ahli dalam menggoda orang awam. mereka semua telah menyesuaikan kemampuan dirinya dengan manusia yang akan digoda.
Segala upaya dilakukan oleh para iblis, Para iblis membisikkan dalam hati manusia ?,” kenapa kamu masuk islam? Apa kamu tidak kasihan terhadap nenek moyangmu, kenapa kamu membuang agama nenek-nenekmu”. Mendengar kalimat itu mana ada manusia yang sanggup menahan kalimat itu ? hati kita hancur dibuatnya, yang tadinya yakin menjadi ragu, yang tadinya berniat masuk islam mengurungkan niatnya.
Lalu Jika ada pejuang agama yang akan hijrah, maka iblis membisikkan, ”mengapa kamu rela meninggalkan anak istrimu, apakah kamu sudah tidak peduli lagi pada mereka? Kenapa kamu susah-susah memperjuangkan agama dengan seluruh tenaga dan hartamu, padahal anak istrimu masih lebih memerlukannya !”. mendengar kalimat itu pula, tidak ada pula yang sanggup untuk menahannya ! kita pasti lebih memilih istri kita, anak kita, Sehingga membuat hati yang lemah imannya menjadi ciut dan akhirnya mereka mengurungkan niatnya, sehingga jika sudah tidak ada lagi orang yang saling mengingatkan agama ini lama-kelamaan akan menurun dan hilang.
Manusia di buat ragu tentang keimananya, tentang ketaqwaanya, manusia dibuat ragu tentang keberadaan Tuhannya, maka kita harus meyakinkan iman kita. Kita perbaharui iman kita dengan syahadat dan dzikir dan jangan pernah sekali-kali meragukan keberadaan Allah.
Dari sekian banyak manusia yang berhasil lolos dari godaan iblis hanya sedikit, itulah yang di sebutkan dalam Al-qur’an. Maka sebaiknya kita pikirkan matang-matang hal ini, ingat pesan orang tua kita ”Janganlah sekali-kali kamu terjatuh di jalan yang lurus”. Terjatuh di jalan yang lurus berarti, kita janganlah sekali-kali tertipu oleh tipuan dunia yang mulanya menyenangkan menjadi semu. Untuk apa kita terlalu memperjuangkan harta benda, yang coba kita tengok dapat musnah, hilang tak tersisa. Lalu untuk apa pula kita memperebutkan wanita, sehingga saling memaki, membunuh antara satu dengan yang lain, yang kita ketahui pula wanita itu juga akan mati kelak. Sekali lagi, jangan sekali-kali kita tergelincir dalam tipuan dunia yang juga merupakan jalannya iblis. Karena sudah banyak orang yang disesatkan oleh iblis. Maka dalam memperjuangkan agama kita perlu iman yang tinggi karena di sekeliling kita telah dipenuhi manusia-manusia yang sesat, kita harus menguatkan niatnya sebaimana hadist berikut :
“Agama bagaikan bara api, apabila di pegang akan terasa semakin panas, dan apabila di lepas akan mati”
Maksudnya apabila kita memegang teguh agama maka kita akan merasa sendiri tidak ada teman, merasa di kucilkan, kehilangan harta benda, anak istri, dan lain-lain. Tetapi apabila kita melepasnya maka agama akan hancur. Itulah beratnya memperjuangkan agama, karena di sisi kita selalu ada iblis yang senantiasa menggoda kita.
Maka mari kita jaga hati kita dengan selalu berdzikir kepada Allah, kita hilangkan semua keraguan kita, bahwa keraguan itu datangnya dari iblis, merupakan tipu daya iblis, karena mereka tidak akan berhenti menyebarkan keraguan sampai hari kiamat. Semoga kita selalu diberi petunjuk oleh Allah dan di tetapkan iman, islam kita sampai kiamat kelak. agar kita tidak menemani iblis di neraka. Amiin (imq)
Begitulah misi dan visi iblis mereka rela keluar surga hanya untuk mengajak manusia menuju neraka. Iblis belum lega jika belum mengajak Manusia sebanyak-banyaknya. Jika kita kaji kenapa iblis rela mengorbankan hidupnya hanya untuk mengajak manusia ke neraka bersamanya. Iblis melakukan hal tersebut karena iblis sakit hati kepada manusia; dan sudah mengetahui kedahsyatan siksa neraka, maka mereka berpikir walaupun selama hidupnya (hingga kiamat) digunakan untuk bersenang-senang di dunia tidak ada artinya. Maka mereka mengajak manusia merasakan siksa yang tiada taranya untuk membalaskan sakit hatinya.
Iblis menggoda manusia dari arah depan, belakang, dari arah kanan, dan dari arah kiri. Dalam menggoda manusia iblis menggunakan caranya masing-masing, mereka berpikir keras. Ada iblis yang menggoda dengan memasukkan bisikan-bisikan yang membuat bahwa suatu kemaksiatan dianggap kebaikan, para iblis menyebarkan fitnah-fitnah di hati kita, membuat kita ragu, bimbang dan lalai.
Iblis memiliki badan koordinasi yang sangat andal. Mereka menempatkan pasukannya (para iblis) sesuai kemampuan yang di miliki si manusianya. Jika manusianya ‘alim maka iblisnya juga yang memiliki pengetahuan agama yang tinggi, begitu pula jika manusia yang akan digoda awam maka iblis yang ditentukan juga yang ahli dalam menggoda orang awam. mereka semua telah menyesuaikan kemampuan dirinya dengan manusia yang akan digoda.
Segala upaya dilakukan oleh para iblis, Para iblis membisikkan dalam hati manusia ?,” kenapa kamu masuk islam? Apa kamu tidak kasihan terhadap nenek moyangmu, kenapa kamu membuang agama nenek-nenekmu”. Mendengar kalimat itu mana ada manusia yang sanggup menahan kalimat itu ? hati kita hancur dibuatnya, yang tadinya yakin menjadi ragu, yang tadinya berniat masuk islam mengurungkan niatnya.
Lalu Jika ada pejuang agama yang akan hijrah, maka iblis membisikkan, ”mengapa kamu rela meninggalkan anak istrimu, apakah kamu sudah tidak peduli lagi pada mereka? Kenapa kamu susah-susah memperjuangkan agama dengan seluruh tenaga dan hartamu, padahal anak istrimu masih lebih memerlukannya !”. mendengar kalimat itu pula, tidak ada pula yang sanggup untuk menahannya ! kita pasti lebih memilih istri kita, anak kita, Sehingga membuat hati yang lemah imannya menjadi ciut dan akhirnya mereka mengurungkan niatnya, sehingga jika sudah tidak ada lagi orang yang saling mengingatkan agama ini lama-kelamaan akan menurun dan hilang.
Manusia di buat ragu tentang keimananya, tentang ketaqwaanya, manusia dibuat ragu tentang keberadaan Tuhannya, maka kita harus meyakinkan iman kita. Kita perbaharui iman kita dengan syahadat dan dzikir dan jangan pernah sekali-kali meragukan keberadaan Allah.
Dari sekian banyak manusia yang berhasil lolos dari godaan iblis hanya sedikit, itulah yang di sebutkan dalam Al-qur’an. Maka sebaiknya kita pikirkan matang-matang hal ini, ingat pesan orang tua kita ”Janganlah sekali-kali kamu terjatuh di jalan yang lurus”. Terjatuh di jalan yang lurus berarti, kita janganlah sekali-kali tertipu oleh tipuan dunia yang mulanya menyenangkan menjadi semu. Untuk apa kita terlalu memperjuangkan harta benda, yang coba kita tengok dapat musnah, hilang tak tersisa. Lalu untuk apa pula kita memperebutkan wanita, sehingga saling memaki, membunuh antara satu dengan yang lain, yang kita ketahui pula wanita itu juga akan mati kelak. Sekali lagi, jangan sekali-kali kita tergelincir dalam tipuan dunia yang juga merupakan jalannya iblis. Karena sudah banyak orang yang disesatkan oleh iblis. Maka dalam memperjuangkan agama kita perlu iman yang tinggi karena di sekeliling kita telah dipenuhi manusia-manusia yang sesat, kita harus menguatkan niatnya sebaimana hadist berikut :
“Agama bagaikan bara api, apabila di pegang akan terasa semakin panas, dan apabila di lepas akan mati”
Maksudnya apabila kita memegang teguh agama maka kita akan merasa sendiri tidak ada teman, merasa di kucilkan, kehilangan harta benda, anak istri, dan lain-lain. Tetapi apabila kita melepasnya maka agama akan hancur. Itulah beratnya memperjuangkan agama, karena di sisi kita selalu ada iblis yang senantiasa menggoda kita.
Maka mari kita jaga hati kita dengan selalu berdzikir kepada Allah, kita hilangkan semua keraguan kita, bahwa keraguan itu datangnya dari iblis, merupakan tipu daya iblis, karena mereka tidak akan berhenti menyebarkan keraguan sampai hari kiamat. Semoga kita selalu diberi petunjuk oleh Allah dan di tetapkan iman, islam kita sampai kiamat kelak. agar kita tidak menemani iblis di neraka. Amiin (imq)
menyikapi tipuan dunia
erjalanan waktu senantiasa menghadirkan dinamika kehidupan yang silih berganti, antara kemenangan dan kekalahan, kejayaan dan keruntuhan, suasana senang, lapang dan sempit dalam dada, tak pernah ada yang langgeng. Hal seperti ini kita juga bisa melihat sejarah kehidupan zaman Nabi Muhammad, beliau menanggung hidup susah, tertekan, ketidak adilan, dan kedholiman semasa hidup di Makkah, namun itu berubah dengan kejayaan dan kemenangan ketika beliau hijrah ke Madinah. Akan tetapi kehidupan beliau di Madinah pun juga mengalami pergantian, dan perubahan dari suasana yang satu ke suasana yang lain. beliau menang dalam perang badar, tapi juga mengalami kekalahan dalam perang uhud, itulah kehidupan di dunia.
Ada gambaran lain dalam Al-Qur’an tentang kehidupan di dunia ini, yaitu dalam surat Al-Imron ayat 14 "Telah dijadikan indah pada pandangan manusia, kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan yaitu wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang….".
Pada ayat tersebut Al-Qur’an menggambarkan bahwa dunia itu menyenangkan, indah, mempesona, namun Allah mengingatkan dengan lanjutan redaksi ”Itulah kesenangan hidup di dunia ” maksudnya semua itu merupakan sebuah kesenangan yang terbatas hidup di dunia, tak pernah abadi, dan rendah dibandingkan dengan kesenangan hidup di akhirat. Sebagaimana isyarah lanjutan ayat tersebut, ”Dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga)”.
Gambaran kehidupan seperti di atas mungkin dapat menjadikan sebuah tekanan tersendiri bagi mereka yang belum siap menghadapi sebuah perubahan yang sangat bertolak belakang, bahkan dapat menjadikan seseorang putus asa hingga nekat untuk bunuh diri. Namun sangat berbeda bagi seorang Mu’min yang taqwa, mereka akan merasa mendapat sebuah penawar, yang dapat menyembuhkan kegalauan dan kecemasan hati, penyejuk yang dapat menyegarkan kehausan hati, ketika mereka membaca lanjutan ayat tersebut, yaitu .... (QS. Al-Imron : 15).
Di sini Allah menjelaskan tentang kenikmatan ukhrowi yang dapat menggantikan kesenangan yang telah hilang dari tangan kita. Rasulullah diutus untuk memberi kabar gembira kepada para Muttaqien dengan kesenangan ini, kesenangan Akhirat di sini digambarkan dengan secara inderawi akan tetapi ada perbedaan yang mendasar sekali dengan kesenangan duniawi yang di jelaskan pada ayat sebelumnya.
Kalau kesenangan di dunia berupa wanita-wanita dan anak-anak, di akhirat terdapat istri-istri yang suci, yang kesuciannya itu sendiri sudah merupakan kelebihan dan ketinggian yang melebihi kesenangan kehidupan di dunia.
Adapun harta yang banyak yang digambarkan dengan, emas, perak, kuda, ternak, ladang, mungkin pada saat ini bisa berupa kendaraan mewah, rumah megah, uang melimpah, itu semua di dunia hanyalah alat untuk menghantarkan atau mencapai sebuah kesenangan yang hanya sementara. Sedangkan kesenangan di akhirat tidak memerlukan perantaraan untuk menggapainya, kita dapat memilikinya selamanya.
Kesenangan dunia hanyalah tipuan belaka, bagaikan fatamorgana. Contoh, Kita lihat saja rumah megah yang kokoh, Allah dengan mudahnya meluluh lantahkan bangunan itu semudah membalik telapak tangan. Emas, perak, dan uang yang melimpah yang kita pertahankan, yang kita simpan dalam brankas. Namun, pada akhirnya dapat lenyap dan musnah begitu saja.
Kadang kala kita para lelaki juga terlena oleh bayangan indahnya wanita, dengan tubuh molek dan kemulusan kulitnya. Namun, setelah kita mendapatkannya ternyata begitu banyak kita menemukan hal-hal yang justru sangat menyakitkan.
Kemudian ada yang lebih besar dari semua itu yaitu ”keridhoan Allah” sebuah kata yang mengandung makna kemurahan dan kesegaran, dengan segala bentuk kasih sayang dan kecintaan, yang dapat mengungguli kesenangan-kesenangan duniawi dan ukhrowi sekaligus.
Kesenangan-kesenangan ukhrowi tersebut tidak akan didapat kecuali oleh mereka yang bersifat Muttaqien. Sifat ini digambarkan dalam lanjutan ayat, dengan Orang-orang yang selalu berhubungan dengan Tuhannya melalui munajat do’anya, yang menyebabkan keridhoan-Nya. Dengan untaian doa-doa-nya mereka menyatakan keimanannya, memohon pertolongan di sisi Allah swt. Dengan keimanannya itu, memohon ampunan dan memohon perlindungan dari neraka.
Sifat mereka yang lain tampak pada kesabarannya dengan kesabaran yang dimilikinya mereka tabah menghadapi tekanan, kesempitan hidup, tegar menghadapi penderitaan dan pantang berkeluh kesah. Tabah mengemban tugas dakwah, istiqomah dalam beribadah, ridho menerima keputusannya.
Dalam Kejujuran terdapat kepahlawanan dan ksatriaan dalam memegang prinsip agama, ia merupakan pilar keberadaannya dan pantang bersikap menyerah dan lemah.
Taat kepada Allah merupakan bukti kemuliaan jiwa mereka, sekaligus ekspresi jiwa mulia dalam memurnikan hak uluhiyyah Allah dan ubudiyyah hamba.
Berinfaq merupakan sebuah usaha untuk membebaskan diri dari belenggu kehinaan untuk menggapai pahala di Akhirat sebagai bekalnya di sana dan lebih meninggikan ukhuwah insaniyyah dari pada memperturutkan keinginan dan kesenangan pribadi yang bersifat duniawi.
Istighfar di waktu sahur, merupakan sifat yang memberikan nuansa ketenangan dan kesegaran yang mendalam, waktu sahur adalah saat yang hening menimbulkan suasana halus, lembut, dan tenang hingga tercurahlah semua perasaan serta getaran yang tertahan dan terpendam dalam hati.
Demikian Allah menggambarkan manusia dalam menghadapi dunianya, Allah memberikan arahan dan sentuhan terhadap jiwa dengan penuh kelembutan serta kasih sayang yang sangat dalam. Baca, renungkan, dan rasakanlah sentuhan itu dengan membuka sendiri surat Al-Imron.
Ada gambaran lain dalam Al-Qur’an tentang kehidupan di dunia ini, yaitu dalam surat Al-Imron ayat 14 "Telah dijadikan indah pada pandangan manusia, kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan yaitu wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang….".
Pada ayat tersebut Al-Qur’an menggambarkan bahwa dunia itu menyenangkan, indah, mempesona, namun Allah mengingatkan dengan lanjutan redaksi ”Itulah kesenangan hidup di dunia ” maksudnya semua itu merupakan sebuah kesenangan yang terbatas hidup di dunia, tak pernah abadi, dan rendah dibandingkan dengan kesenangan hidup di akhirat. Sebagaimana isyarah lanjutan ayat tersebut, ”Dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga)”.
Gambaran kehidupan seperti di atas mungkin dapat menjadikan sebuah tekanan tersendiri bagi mereka yang belum siap menghadapi sebuah perubahan yang sangat bertolak belakang, bahkan dapat menjadikan seseorang putus asa hingga nekat untuk bunuh diri. Namun sangat berbeda bagi seorang Mu’min yang taqwa, mereka akan merasa mendapat sebuah penawar, yang dapat menyembuhkan kegalauan dan kecemasan hati, penyejuk yang dapat menyegarkan kehausan hati, ketika mereka membaca lanjutan ayat tersebut, yaitu .... (QS. Al-Imron : 15).
Di sini Allah menjelaskan tentang kenikmatan ukhrowi yang dapat menggantikan kesenangan yang telah hilang dari tangan kita. Rasulullah diutus untuk memberi kabar gembira kepada para Muttaqien dengan kesenangan ini, kesenangan Akhirat di sini digambarkan dengan secara inderawi akan tetapi ada perbedaan yang mendasar sekali dengan kesenangan duniawi yang di jelaskan pada ayat sebelumnya.
Kalau kesenangan di dunia berupa wanita-wanita dan anak-anak, di akhirat terdapat istri-istri yang suci, yang kesuciannya itu sendiri sudah merupakan kelebihan dan ketinggian yang melebihi kesenangan kehidupan di dunia.
Adapun harta yang banyak yang digambarkan dengan, emas, perak, kuda, ternak, ladang, mungkin pada saat ini bisa berupa kendaraan mewah, rumah megah, uang melimpah, itu semua di dunia hanyalah alat untuk menghantarkan atau mencapai sebuah kesenangan yang hanya sementara. Sedangkan kesenangan di akhirat tidak memerlukan perantaraan untuk menggapainya, kita dapat memilikinya selamanya.
Kesenangan dunia hanyalah tipuan belaka, bagaikan fatamorgana. Contoh, Kita lihat saja rumah megah yang kokoh, Allah dengan mudahnya meluluh lantahkan bangunan itu semudah membalik telapak tangan. Emas, perak, dan uang yang melimpah yang kita pertahankan, yang kita simpan dalam brankas. Namun, pada akhirnya dapat lenyap dan musnah begitu saja.
Kadang kala kita para lelaki juga terlena oleh bayangan indahnya wanita, dengan tubuh molek dan kemulusan kulitnya. Namun, setelah kita mendapatkannya ternyata begitu banyak kita menemukan hal-hal yang justru sangat menyakitkan.
Kemudian ada yang lebih besar dari semua itu yaitu ”keridhoan Allah” sebuah kata yang mengandung makna kemurahan dan kesegaran, dengan segala bentuk kasih sayang dan kecintaan, yang dapat mengungguli kesenangan-kesenangan duniawi dan ukhrowi sekaligus.
Kesenangan-kesenangan ukhrowi tersebut tidak akan didapat kecuali oleh mereka yang bersifat Muttaqien. Sifat ini digambarkan dalam lanjutan ayat, dengan Orang-orang yang selalu berhubungan dengan Tuhannya melalui munajat do’anya, yang menyebabkan keridhoan-Nya. Dengan untaian doa-doa-nya mereka menyatakan keimanannya, memohon pertolongan di sisi Allah swt. Dengan keimanannya itu, memohon ampunan dan memohon perlindungan dari neraka.
Sifat mereka yang lain tampak pada kesabarannya dengan kesabaran yang dimilikinya mereka tabah menghadapi tekanan, kesempitan hidup, tegar menghadapi penderitaan dan pantang berkeluh kesah. Tabah mengemban tugas dakwah, istiqomah dalam beribadah, ridho menerima keputusannya.
Dalam Kejujuran terdapat kepahlawanan dan ksatriaan dalam memegang prinsip agama, ia merupakan pilar keberadaannya dan pantang bersikap menyerah dan lemah.
Taat kepada Allah merupakan bukti kemuliaan jiwa mereka, sekaligus ekspresi jiwa mulia dalam memurnikan hak uluhiyyah Allah dan ubudiyyah hamba.
Berinfaq merupakan sebuah usaha untuk membebaskan diri dari belenggu kehinaan untuk menggapai pahala di Akhirat sebagai bekalnya di sana dan lebih meninggikan ukhuwah insaniyyah dari pada memperturutkan keinginan dan kesenangan pribadi yang bersifat duniawi.
Istighfar di waktu sahur, merupakan sifat yang memberikan nuansa ketenangan dan kesegaran yang mendalam, waktu sahur adalah saat yang hening menimbulkan suasana halus, lembut, dan tenang hingga tercurahlah semua perasaan serta getaran yang tertahan dan terpendam dalam hati.
Demikian Allah menggambarkan manusia dalam menghadapi dunianya, Allah memberikan arahan dan sentuhan terhadap jiwa dengan penuh kelembutan serta kasih sayang yang sangat dalam. Baca, renungkan, dan rasakanlah sentuhan itu dengan membuka sendiri surat Al-Imron.
pengaruh qolbu bagi kehidupan
i dalam tubuh manusia terdapat suatu organ yang mengendalikan organ-organ lain. Yakni Al-Qolb (hati). Tapi kini orang salah kaprah dalam memaknai Qolbu itu sendiri, banyak orang beranggapan bahawa qolbu adalah segumpal daging berwarna merah tua yang letaknya di rongga dada bagian kanan, yang dalam istilah biologi di sebut organ hati, padahal yang di maksud Qolbu dalam Al-qur’an adalah jantung.
Kenapa harus jantung? karena di dalam Al-guran dijelaskan bahwa qolbu itu mengatur kerja tubuh kita, dan jantunglah yang mengayur kinerja seluruh organ tubuh kita, dengan cara mengedarkan darah. Sebagai contoh, jika organ bekerja dengan malas maka jika detak jantung di percepat tubuh kita akan terasa semangat kembali, dan mekanisme tersebutlah yang di aplikasikan terhadap multivitamin, dan obat-obatan yang meningkatkan energi dan stamina tubuh. Tapi jika jantung dibuat bekerja keras terus menerus, akan mempengaruhi umur jantung tersebut. jadi sebaiknya kita menjauhi segala jenis obat- obatan penambah stamina, karena dampaknya juga kurang menyehatkan jantung kita.
Qolbu dalam area rohani sangat mudah sekali berbolak- balik , maksudnya mudah sekali berganti pikiran. Oleh karena itu kita harus meng-antisipasinya dengan cara memantapkan niat kita, kita kekang niat kita dengan keikhlasan. Mutu keikhlasan adalah sejauh mana kita menyerahkan urusan kita kepada Allah. Jika kita dalam melakukan sesuatu dengan rasa gembira dan puas maka itulah ikhlas, ikhlas inilah yang membuat hati kita mempengaruhi nasib kita. Kita cukup mengikhlaskan maka kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan, bahkan apa- apa yang tidak kita bayangkan sebelumnya semuanya berjalan dengan sangat mudah penuh dengan keihklasan hati tanpa perasaan gusar sedikitpun. Mungkin itu inti dari buku “QUANTUM IKHLAS R” karya Erbe Sentanu.
Di dalam buku tersebut mas Erbe mengungkapkan suatu hukum yang di sebut “the LAW OF ATTRACTION”, hukum tersebut menjelaskan, bahwa hati itu ibarat sebuah magnet raksasa yang akan menarik apaun di sekelilingnya, jika hati berprasangka baik maka yang akan terjadi dalam kehidupan kita adalah kebaikan, itu di sebut positive feeling, sebaliknya jika kita berprasangka buruk maka yang akan terjadi dalam kehidupan kita juga hal- hal yang buruk, saat ini positive feeling menggantikan kedudukan positive thinking sebagai prinsip hidup bahagia, hal ini penting karena kekuatan hati akan menentukan pandangan kita terhadap suatu kejadian, jika kita ikhlas maka hati kita akan memberi alasan- alasan baik mengapa hal itu bisa terjadi. Tetapi jiak hati kita tidak rela/ ikhlas maka malah menjadikan keadaan kita semakin buruk, jika suatu hari anda terbangun lalu masuk kamar mandi dan tiba- tiba anda terjatuh karena lantainya licin, dan lagi- lagi ketika di jalan anda terjatuh, maka secara refleks hati kita merasa hari itu adalah nasib buruk bagi kita. Hal ini akan mempengaruhi memori kita dalam menyimpan kejadian- kejadian dalam kehidupan sehari ini, memori kita akan sangat terangsang untuk mengingat kecelakaan- kecelakaan walaupun kecelakaan kecil, dan akan mudah sekali mengabaikan keberuntungan- keberuntungan yang dialami. Maka hal itu yang membuat kita merasakan nasib buruk, walaupun faktanya lebih banyak keberuntungan yang dialami.
Oleh karena itu islam mengajarkan agar berprasangka baik, dan melihat kebawah dalam urusan duniawi, dan melihat ke atas dalam urusan ukhrowi. agar kita bersyukur dan ikhlas menjalani hidup ini. Dengan melihat semua yang di takdirkan oleh Allah kepada kita adalah yang terbaik unuk kita, sehingga kita merasakan suasana kehidupan yang sangat menyenangkan. Di dalam islam di sebutkan :
“Perkara yang paling penting di dunia ini adalah iman, jika iman kita baik maka baik pula amal perbuatan kita, jika amal kita baik maka suasana dan keadaan pun akan menjadi baik “
Maksudnya jika iman seseorang baik maka orang itu akan memiliki sifat taqwa (takut kepada Allah) merasa dilihat, didengar dan diawasi oleh Allah, maka dalam bertindak dia akan melakukan hanya perbuatan- perbuatan yang baik dan terpuji saja. Jika perbuatannya sudah baik maka ia selalu jujur, berprasangka baik sehingga ia memandang kehidupan ini dengan bahagia dan yang terasa adalah suasana dan keadaan yang baik.
Sebaliknya jika iman kita buruk maka akan terealisasi suatu perbuatan yang buruk pula,s penuh dengan kemaksiatan, seperti tidak mensyukuri nikmat Allah, maka ia memandang hidup ini sebagai sebuah kesusahan yang tiada henti-hentinya, sehingga hatinya merasakan suasana dan keadaan yang buruk.
Jadi baik buruknya suasana dan keadaan dipengaruhi iman, sedangkan iman itu sendiri letaknya di hati. Jadi jelaslah bahwa hati memang benar-benar mempengaruhi kehidupan kita.
Mulai sekarang ikhlaskan dan percayalah anda adalah seseorang yang beruntung, lebih-lebih setelah membaca artikel ini dan setelah memahami dan mempraktekannya anda akan merasakan dengan sangat nyata kebahaguaan dan keberuntungan dalam hidup anda. Syukuri dan rasakan dengan penuh keikhlasan hingga anda memperoleh keikhlasan sejati. Selamat berjuang kawan !..., berjuang melawan pembangkangan hati. (yns)
Kenapa harus jantung? karena di dalam Al-guran dijelaskan bahwa qolbu itu mengatur kerja tubuh kita, dan jantunglah yang mengayur kinerja seluruh organ tubuh kita, dengan cara mengedarkan darah. Sebagai contoh, jika organ bekerja dengan malas maka jika detak jantung di percepat tubuh kita akan terasa semangat kembali, dan mekanisme tersebutlah yang di aplikasikan terhadap multivitamin, dan obat-obatan yang meningkatkan energi dan stamina tubuh. Tapi jika jantung dibuat bekerja keras terus menerus, akan mempengaruhi umur jantung tersebut. jadi sebaiknya kita menjauhi segala jenis obat- obatan penambah stamina, karena dampaknya juga kurang menyehatkan jantung kita.
Qolbu dalam area rohani sangat mudah sekali berbolak- balik , maksudnya mudah sekali berganti pikiran. Oleh karena itu kita harus meng-antisipasinya dengan cara memantapkan niat kita, kita kekang niat kita dengan keikhlasan. Mutu keikhlasan adalah sejauh mana kita menyerahkan urusan kita kepada Allah. Jika kita dalam melakukan sesuatu dengan rasa gembira dan puas maka itulah ikhlas, ikhlas inilah yang membuat hati kita mempengaruhi nasib kita. Kita cukup mengikhlaskan maka kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan, bahkan apa- apa yang tidak kita bayangkan sebelumnya semuanya berjalan dengan sangat mudah penuh dengan keihklasan hati tanpa perasaan gusar sedikitpun. Mungkin itu inti dari buku “QUANTUM IKHLAS R” karya Erbe Sentanu.
Di dalam buku tersebut mas Erbe mengungkapkan suatu hukum yang di sebut “the LAW OF ATTRACTION”, hukum tersebut menjelaskan, bahwa hati itu ibarat sebuah magnet raksasa yang akan menarik apaun di sekelilingnya, jika hati berprasangka baik maka yang akan terjadi dalam kehidupan kita adalah kebaikan, itu di sebut positive feeling, sebaliknya jika kita berprasangka buruk maka yang akan terjadi dalam kehidupan kita juga hal- hal yang buruk, saat ini positive feeling menggantikan kedudukan positive thinking sebagai prinsip hidup bahagia, hal ini penting karena kekuatan hati akan menentukan pandangan kita terhadap suatu kejadian, jika kita ikhlas maka hati kita akan memberi alasan- alasan baik mengapa hal itu bisa terjadi. Tetapi jiak hati kita tidak rela/ ikhlas maka malah menjadikan keadaan kita semakin buruk, jika suatu hari anda terbangun lalu masuk kamar mandi dan tiba- tiba anda terjatuh karena lantainya licin, dan lagi- lagi ketika di jalan anda terjatuh, maka secara refleks hati kita merasa hari itu adalah nasib buruk bagi kita. Hal ini akan mempengaruhi memori kita dalam menyimpan kejadian- kejadian dalam kehidupan sehari ini, memori kita akan sangat terangsang untuk mengingat kecelakaan- kecelakaan walaupun kecelakaan kecil, dan akan mudah sekali mengabaikan keberuntungan- keberuntungan yang dialami. Maka hal itu yang membuat kita merasakan nasib buruk, walaupun faktanya lebih banyak keberuntungan yang dialami.
Oleh karena itu islam mengajarkan agar berprasangka baik, dan melihat kebawah dalam urusan duniawi, dan melihat ke atas dalam urusan ukhrowi. agar kita bersyukur dan ikhlas menjalani hidup ini. Dengan melihat semua yang di takdirkan oleh Allah kepada kita adalah yang terbaik unuk kita, sehingga kita merasakan suasana kehidupan yang sangat menyenangkan. Di dalam islam di sebutkan :
“Perkara yang paling penting di dunia ini adalah iman, jika iman kita baik maka baik pula amal perbuatan kita, jika amal kita baik maka suasana dan keadaan pun akan menjadi baik “
Maksudnya jika iman seseorang baik maka orang itu akan memiliki sifat taqwa (takut kepada Allah) merasa dilihat, didengar dan diawasi oleh Allah, maka dalam bertindak dia akan melakukan hanya perbuatan- perbuatan yang baik dan terpuji saja. Jika perbuatannya sudah baik maka ia selalu jujur, berprasangka baik sehingga ia memandang kehidupan ini dengan bahagia dan yang terasa adalah suasana dan keadaan yang baik.
Sebaliknya jika iman kita buruk maka akan terealisasi suatu perbuatan yang buruk pula,s penuh dengan kemaksiatan, seperti tidak mensyukuri nikmat Allah, maka ia memandang hidup ini sebagai sebuah kesusahan yang tiada henti-hentinya, sehingga hatinya merasakan suasana dan keadaan yang buruk.
Jadi baik buruknya suasana dan keadaan dipengaruhi iman, sedangkan iman itu sendiri letaknya di hati. Jadi jelaslah bahwa hati memang benar-benar mempengaruhi kehidupan kita.
Mulai sekarang ikhlaskan dan percayalah anda adalah seseorang yang beruntung, lebih-lebih setelah membaca artikel ini dan setelah memahami dan mempraktekannya anda akan merasakan dengan sangat nyata kebahaguaan dan keberuntungan dalam hidup anda. Syukuri dan rasakan dengan penuh keikhlasan hingga anda memperoleh keikhlasan sejati. Selamat berjuang kawan !..., berjuang melawan pembangkangan hati. (yns)
Daftar isi
MEMBERSIHKAN HATI
DENGAN TAHAJJUD
ESENSI SYAHADAT
IMAN
HIDUP ALA ISLAM
BERHALA YANG TERSELUBUNG
BERBAKTI KEPADA
ORANG TUA
PENTINGNYA SYARIAT ISLAM
BERGAYA HIDUP SURGA
BACK TO AL-QUR’AN
MENJADI PRIBADI YANG PROFESIONAL
INDAHNYA BERSHOLAWAT
TANGGUNG JAWAB
MENOMOR SATUKAN ALLAH
MENYIKAPI TIPUAN DUNIA
RAHASIA HUKUM ISLAM
TRADISI & SEJARAH PESANTREN
PENGARUH QOLBU BAGI KEHIDUPAN
BAHAYANYA GODAAN IBLIS
BESARNYA KEAGUNGAN ALLAH
FENOMENA NERAKA
PERISTIWA ISRA’ MI’RAJ
MENINGGALKAN TRADISI INSTAN
RELASI IMAN DAN AMAL SHOLEH
MANJEMEN ILMU
MARHABBAN Y RAMADHAN
SEDEKAH MENGHABUS AIR MATA
MENUJU PERADABAN QUR’ANI
LAILATUL QADAR, SEBUAH KESADARAN TRANSEDEMENTAL
IDUL FITRI, AKHIR DARI PERMULAAN
BERSILLATURRAHMI DENGAN ALLAH
OTORITERISME, DALAM
KACAMATA ISLAM
CERMIN PEMIMPIN ISLAM
TIGA TITIK KESELAMATAN
PAHITNYA PENGKHINATAN
SEBURUK-BURUKNYA AMAL
KETIKA ALLAH BERKEHENDAK !
KEISTIMEWAAN
HAJI & MAKKAH
MATINYA ORANG KAFIR DAN MUKMIN
HIJRAH ISLAMI, ATAU HIJRAH QURAISY ?
BERSABARLAH ! ALLAH PASTI MEMBANTU KITA
DHOLIMKAH DIRI KITA ?
JANGAN BIARKAN SYAITAN MENCURI WAKTU KITA
SELAGI RUH MENYATU DENGAN JASAD
KISAH & NASIB ASHABUL A’RAAF
MERAIH KESUKSESAN CARA ISLAMI
DENGAN TAHAJJUD
ESENSI SYAHADAT
IMAN
HIDUP ALA ISLAM
BERHALA YANG TERSELUBUNG
BERBAKTI KEPADA
ORANG TUA
PENTINGNYA SYARIAT ISLAM
BERGAYA HIDUP SURGA
BACK TO AL-QUR’AN
MENJADI PRIBADI YANG PROFESIONAL
INDAHNYA BERSHOLAWAT
TANGGUNG JAWAB
MENOMOR SATUKAN ALLAH
MENYIKAPI TIPUAN DUNIA
RAHASIA HUKUM ISLAM
TRADISI & SEJARAH PESANTREN
PENGARUH QOLBU BAGI KEHIDUPAN
BAHAYANYA GODAAN IBLIS
BESARNYA KEAGUNGAN ALLAH
FENOMENA NERAKA
PERISTIWA ISRA’ MI’RAJ
MENINGGALKAN TRADISI INSTAN
RELASI IMAN DAN AMAL SHOLEH
MANJEMEN ILMU
MARHABBAN Y RAMADHAN
SEDEKAH MENGHABUS AIR MATA
MENUJU PERADABAN QUR’ANI
LAILATUL QADAR, SEBUAH KESADARAN TRANSEDEMENTAL
IDUL FITRI, AKHIR DARI PERMULAAN
BERSILLATURRAHMI DENGAN ALLAH
OTORITERISME, DALAM
KACAMATA ISLAM
CERMIN PEMIMPIN ISLAM
TIGA TITIK KESELAMATAN
PAHITNYA PENGKHINATAN
SEBURUK-BURUKNYA AMAL
KETIKA ALLAH BERKEHENDAK !
KEISTIMEWAAN
HAJI & MAKKAH
MATINYA ORANG KAFIR DAN MUKMIN
HIJRAH ISLAMI, ATAU HIJRAH QURAISY ?
BERSABARLAH ! ALLAH PASTI MEMBANTU KITA
DHOLIMKAH DIRI KITA ?
JANGAN BIARKAN SYAITAN MENCURI WAKTU KITA
SELAGI RUH MENYATU DENGAN JASAD
KISAH & NASIB ASHABUL A’RAAF
MERAIH KESUKSESAN CARA ISLAMI
Menomorsatukan Allah
Allah menciptakan semua makhluknya di dunia ini ditujukan untuk semata-mata mengesakan Allah. Kita diperintahkan untuk mempelajari berbagai bidang ilmu pengetahuan, seperti kimia, Fisika, Astronomi dan segala ilmu lainnya agar mengetahui keagungan Allah, di dalamnya terdapat tanda-tanda kekuasaanNya. Bahkan berkat mempelajari ilmu-ilmu itu banyak dari kalangan ilmuwan yang bertaubat karena penelitiannya sejalan dengan apa yang disebutkan di dalam Al-Qur’an.
Betapa hebatnya Allah dapat mengatur elektron atom yang sedemikian kecilnya mengitari proton dan neutron yang sangat kecil juga, berlawanan dengan arah jarum jam. Begitu juga dengan Bumi mengitari matahari yang juga berlawanan dengan arah jarum jam, Betapa hebat pula Allah yang merubah warna cabai dari hijau menjadi merah, Segala hal di dunia ini dikendallikan oleh Allah, oleh karena itu kita harus berserah diri kepada Allah.
Dan Allah sangat membenci orang yang menyombongkan diri mereka. Allah adalah pencemburu yang tidak suka ada mahluk yang membangga-banggakan makhluk. Maka yang akan dihancurkan oleh Allah adalah orang-orang yang menjadikan makhluk sebagai penyelesai masalah.
Suatu ketika Nabi Ya’qub as. Beribadah kepada Allah, ketika sholat tiba-tiba anaknya Nabi Yusuf as. Menangis. Mendengar tangisan itu Nabi Ya’qub melirik ke arah Nabi Yusuf. Maka sejak saat itu Allah memutuskan untuk memisahkan Nabi Ya’qub dan Yusuf selama 40 tahun dengan perantara saudara-saudara Nabi Yusuf as. Padahal Ya’qub adalah seorang Nabi Allah, karena mengalihkan perhatiannya kepada Allah sekejap saja, Allah langsung memisahkannya dengan anaknya. Lalu bagaimana dengan kita seorang hamba yang imannya naik turun tak tentu, mungkin kecintaan kita kepada dunia yang menyebabkan adzab menimpa kita, dan juga menyebabkan do’a kita tidak dikabulkan..
Ada seorang kaya raya yang akan dirampok, maka orang itu segera mengambil ganggang telepon, tetapi kabel teleponnya sudah di putus oleh perampok di luar rumah. Si empunya rumah pun lari mencari Handphonenya, ternyata pulsanya habis. Lalu si kaya raya itu mengambil pistolnya tetapi pelurunya habis juga. Lalu ia berteriak minta tolong ke tetangga, ternyata tetangganya sedang pergi semua. Akhirnya orang kaya itu itu putus asa terhadap makhluq dan segera mengambil wudhu dan sholat dan minta tolong kepada Allah.
Dari cuplikan diatas kita dapat simpulkan bahwa sering kali kita me-nomor limakan, yang pertama kali selalu kita andalkan dalam menghadapi masalah adalah makhluk, mulai yang besar kemudian agak kecil terus sampai yang terkecil. Baru setelah semua makhluk yang diandalkan tadi sudah tidak dapat memberi perubahan terhadap masalah itu kita lari kepada Allah. Untung masih meminta kepada Allah walaupun dianggap sebagai jalan terakhir, daripada tidak sama sekali.
Padahal ulama’ telah menyatakan bahwa jika terdapat suatu masalah dan yang pertamakali diingat adalah Allah, maka itu cirinya masalah itu akan segera selesai. Sebaliknya apabila terjadi suatu masalah yang pertama kali diingat adalah makhluk maka cirinya masalah itu tak akan selesai-selesai.
Seringkali kita mengatakan bersama kita bisa. Walaupun bersama tetapi tanpa Allah itu sama saja, maka kita harus menanamkan dalam diri kita bahwa bersama Allah kita bisa, walaupun sendiri kalau bersama Allah pasti bisa, jadikanlah Allah penolong pertama saat ada musibah, untuk memiliki keyakinan seperti itu kita harus mengeluarkan keyakinan kepada makhluk dan memasukkan keyakinan kepada Allah kedalam hati kita. Kita harus yakin bahwa tidak ada yang dapat memberi manfaat dan mudhorot kecuali Allah. Makhluk tak memiliki daya dan upaya untuk memberi manfaat atau mudhorot tanpa kehendak Allah.
Nabi yunus karena pernah berputus asa dalam berdakwah, oleh Allah diberi musibah 3 kegelapan, yang pertama kegelapan ikan paus, kegelapan laut, kegelapan malam. Untuk keluar dari semua kegelapan itu maka Nabi Yunus mebaca 3 butir do’a, yaitu do’a yang harus kita kerjakan saat ini. Beliau membaca kalimat Laailaha illa anta subhaanaka inni kuntu mina dzolimin. Pertama beliau memperbaiki keyakinannya bahwa yang bisa memberi hidayah hanya Allah. Yang menciptakan hanya Allah. Yang mengatur kehidupan hanya Allah. Yang memberi rezeki hanya Allah. Selain Allah tidak bisa apa-apa. Selain Allah lemah. Siapa yang mengandalkan makhluk akan dikecewakan oleh makhluk. Kedua, Nabi Yunus AS memuji-muji Allah. Maha Suci Allah. Apa yang terjadi adalah kehendaknya. Tidak ada yang salah dalam setiap keputusan-Nya. Lalu yang Ketiga beliau membaca innii kuntu minadz dzolimin. Salahkan diri kita sendiri ketika Ada masalah, kita tidak perlu sibuk menyalahkan orang lain. Menyalahkan si A, atau Si B. Karena semua masalah itu karena kedzoliman kita sendiri.
Lalu apa hasilnya, ketika beliau melakukan tiga langkah ini. Sesuai dengan Sabda Rasulullah saw. Bahwa Nabi Yunus AS di dasar lautan mengalami perasaan yang sama dengan apa yang dirasakan Rasulullah ketika di Sidrotil Muntaha, Merasa dekat dengan Allah. Tidak lama kemudian masalah beliau diselesaikan oleh Allah. Beliau dikeluarkan dari perut ikan. Diberi tempat yang subur. Dan juga diberi umat yang mau mentaati ajakan beliau untuk beribadah kepada Allah. Jadi masalah Infirodi (pribadi) selesai, masalah ijtima’i (umat) juga selesai.
Maka kita pun harus meniru tindakan beliau agar do’a kita diterima, dan ketika berdo’a kita harus sabar, kita harus yakin bahwa Allah mampu mengabulkan semua permintaan kita, karena Allah mengabulkan do’a tergantung prasangka hambanya.
Pernah seorang Waliyuullah yang tidak memiliki apa-apa untuk di makan atau di jual maka ba’da isya’ beliau pun berdo’a ”Ya Allah, jadikanlah kayu ini emas” ia mengulangi perkataan itu. Hingga lama sekali ia pun berpikir, ”Mungkin Allah belum mampu karena permintaan saya”, seketika itu ia merubah Do’anya agar kayu itu dijadikan besi saja, bersamaan dengan do’anya itu Allah merasa kasihan dan akan mengabulkan semua permintaan wali tersebut, karena do’anya sudah berubah maka seketika itupun kayu itu berubah menjadi besi.
Maka sedari sekarang, marilah kita meneguhkan keyakinan kita kepada Allah kepada Allah, dengan menomor satukan-Nya dalam segala hal, memujinya, dan janganlah sombong, karena Allah adalah sebaik-baiknya pencemburu.
Betapa hebatnya Allah dapat mengatur elektron atom yang sedemikian kecilnya mengitari proton dan neutron yang sangat kecil juga, berlawanan dengan arah jarum jam. Begitu juga dengan Bumi mengitari matahari yang juga berlawanan dengan arah jarum jam, Betapa hebat pula Allah yang merubah warna cabai dari hijau menjadi merah, Segala hal di dunia ini dikendallikan oleh Allah, oleh karena itu kita harus berserah diri kepada Allah.
Dan Allah sangat membenci orang yang menyombongkan diri mereka. Allah adalah pencemburu yang tidak suka ada mahluk yang membangga-banggakan makhluk. Maka yang akan dihancurkan oleh Allah adalah orang-orang yang menjadikan makhluk sebagai penyelesai masalah.
Suatu ketika Nabi Ya’qub as. Beribadah kepada Allah, ketika sholat tiba-tiba anaknya Nabi Yusuf as. Menangis. Mendengar tangisan itu Nabi Ya’qub melirik ke arah Nabi Yusuf. Maka sejak saat itu Allah memutuskan untuk memisahkan Nabi Ya’qub dan Yusuf selama 40 tahun dengan perantara saudara-saudara Nabi Yusuf as. Padahal Ya’qub adalah seorang Nabi Allah, karena mengalihkan perhatiannya kepada Allah sekejap saja, Allah langsung memisahkannya dengan anaknya. Lalu bagaimana dengan kita seorang hamba yang imannya naik turun tak tentu, mungkin kecintaan kita kepada dunia yang menyebabkan adzab menimpa kita, dan juga menyebabkan do’a kita tidak dikabulkan..
Ada seorang kaya raya yang akan dirampok, maka orang itu segera mengambil ganggang telepon, tetapi kabel teleponnya sudah di putus oleh perampok di luar rumah. Si empunya rumah pun lari mencari Handphonenya, ternyata pulsanya habis. Lalu si kaya raya itu mengambil pistolnya tetapi pelurunya habis juga. Lalu ia berteriak minta tolong ke tetangga, ternyata tetangganya sedang pergi semua. Akhirnya orang kaya itu itu putus asa terhadap makhluq dan segera mengambil wudhu dan sholat dan minta tolong kepada Allah.
Dari cuplikan diatas kita dapat simpulkan bahwa sering kali kita me-nomor limakan, yang pertama kali selalu kita andalkan dalam menghadapi masalah adalah makhluk, mulai yang besar kemudian agak kecil terus sampai yang terkecil. Baru setelah semua makhluk yang diandalkan tadi sudah tidak dapat memberi perubahan terhadap masalah itu kita lari kepada Allah. Untung masih meminta kepada Allah walaupun dianggap sebagai jalan terakhir, daripada tidak sama sekali.
Padahal ulama’ telah menyatakan bahwa jika terdapat suatu masalah dan yang pertamakali diingat adalah Allah, maka itu cirinya masalah itu akan segera selesai. Sebaliknya apabila terjadi suatu masalah yang pertama kali diingat adalah makhluk maka cirinya masalah itu tak akan selesai-selesai.
Seringkali kita mengatakan bersama kita bisa. Walaupun bersama tetapi tanpa Allah itu sama saja, maka kita harus menanamkan dalam diri kita bahwa bersama Allah kita bisa, walaupun sendiri kalau bersama Allah pasti bisa, jadikanlah Allah penolong pertama saat ada musibah, untuk memiliki keyakinan seperti itu kita harus mengeluarkan keyakinan kepada makhluk dan memasukkan keyakinan kepada Allah kedalam hati kita. Kita harus yakin bahwa tidak ada yang dapat memberi manfaat dan mudhorot kecuali Allah. Makhluk tak memiliki daya dan upaya untuk memberi manfaat atau mudhorot tanpa kehendak Allah.
Nabi yunus karena pernah berputus asa dalam berdakwah, oleh Allah diberi musibah 3 kegelapan, yang pertama kegelapan ikan paus, kegelapan laut, kegelapan malam. Untuk keluar dari semua kegelapan itu maka Nabi Yunus mebaca 3 butir do’a, yaitu do’a yang harus kita kerjakan saat ini. Beliau membaca kalimat Laailaha illa anta subhaanaka inni kuntu mina dzolimin. Pertama beliau memperbaiki keyakinannya bahwa yang bisa memberi hidayah hanya Allah. Yang menciptakan hanya Allah. Yang mengatur kehidupan hanya Allah. Yang memberi rezeki hanya Allah. Selain Allah tidak bisa apa-apa. Selain Allah lemah. Siapa yang mengandalkan makhluk akan dikecewakan oleh makhluk. Kedua, Nabi Yunus AS memuji-muji Allah. Maha Suci Allah. Apa yang terjadi adalah kehendaknya. Tidak ada yang salah dalam setiap keputusan-Nya. Lalu yang Ketiga beliau membaca innii kuntu minadz dzolimin. Salahkan diri kita sendiri ketika Ada masalah, kita tidak perlu sibuk menyalahkan orang lain. Menyalahkan si A, atau Si B. Karena semua masalah itu karena kedzoliman kita sendiri.
Lalu apa hasilnya, ketika beliau melakukan tiga langkah ini. Sesuai dengan Sabda Rasulullah saw. Bahwa Nabi Yunus AS di dasar lautan mengalami perasaan yang sama dengan apa yang dirasakan Rasulullah ketika di Sidrotil Muntaha, Merasa dekat dengan Allah. Tidak lama kemudian masalah beliau diselesaikan oleh Allah. Beliau dikeluarkan dari perut ikan. Diberi tempat yang subur. Dan juga diberi umat yang mau mentaati ajakan beliau untuk beribadah kepada Allah. Jadi masalah Infirodi (pribadi) selesai, masalah ijtima’i (umat) juga selesai.
Maka kita pun harus meniru tindakan beliau agar do’a kita diterima, dan ketika berdo’a kita harus sabar, kita harus yakin bahwa Allah mampu mengabulkan semua permintaan kita, karena Allah mengabulkan do’a tergantung prasangka hambanya.
Pernah seorang Waliyuullah yang tidak memiliki apa-apa untuk di makan atau di jual maka ba’da isya’ beliau pun berdo’a ”Ya Allah, jadikanlah kayu ini emas” ia mengulangi perkataan itu. Hingga lama sekali ia pun berpikir, ”Mungkin Allah belum mampu karena permintaan saya”, seketika itu ia merubah Do’anya agar kayu itu dijadikan besi saja, bersamaan dengan do’anya itu Allah merasa kasihan dan akan mengabulkan semua permintaan wali tersebut, karena do’anya sudah berubah maka seketika itupun kayu itu berubah menjadi besi.
Maka sedari sekarang, marilah kita meneguhkan keyakinan kita kepada Allah kepada Allah, dengan menomor satukan-Nya dalam segala hal, memujinya, dan janganlah sombong, karena Allah adalah sebaik-baiknya pencemburu.
Tanggung Jawab
Setiap insan, baik secara individu maupun kelompok (lembaga) mempunyai tanggung jawab atas semua amal perbuatannya. Mulai dari hal sepele sampai yang penting. Tanggung jawab ini berlaku di dunia maupun di Akhirat, karena setiap manusia oleh Allah akan ditanya mengenai apa yang telah ia perbuat di dunia besok pada hari kiamat.
Semua amal perbuatan yang kita lakukan di dunia ini secara otomatis oleh Allah ditampakkan dihadapan seluruh umat manusia mulai dari zaman Nabi Adam sampai manusia terahir pada hari terjadinya Yaumul Kiamat. Jadi, di akhirat kelak semua yang kita lakukan akan diketahui dengan jelas layaknya kita melihat sebuah film, yang akan disaksikan seluruh umat manusia. Dan tak satupun yang bisa terlewatkan, dan semua akan dijawab sesuai dengan apa yang telah diperbuat waktu didunia, tak ada yang mampu berbohong pada hari itu, karena semua mulut manusia akan terkunci dan semua anggota tubuh akan menjawabnya dengan fasih dan jelas. Sebagai mana firman Allah : ”Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan”. (QS. Yaasiin : 65).
Dari sini marilah kita Muhasabah (koreksi diri) sebelum kita dihisab dihadapan Allah, janganlah kita mudah membicarakan aib orang lain, menjelek-jelekkan dan menggunjingnya, karena kelak hal itu akan diketahui juga, namun marilah sebaliknya kita harus pandai menutupi cela dan aib orang lain karena dengan demikian Allah juga akan menutupi aib dan cela kita serta dimudahkannya hisab.
Kenapa kita harus bertanggung jawab ? Karena setiap dari kita adalah pemimpin, seperti yang disebutkan dalam sebuah hadits ”Setiap dari kalian itu adalah pemimpin”. Dan setiap pemimpin harus mempertanggung jawabkan apa yang ia pimpin. presiden akan ditanyai tentang negaranya, Guru akan ditanya tentang siswanya, Kepala keluarga akan ditanya tentang keluarganya, Setidak-tidaknya kita akan ditanya tentang kepemimpinan kita terhadap organ-organ tubuh kita, Sudah adilkah kepemimpinan kita?
Orang yang dipimpin mempunyai hak untuk protes, apabila ada salah satu yang protes maka yang tadinya sudah diputuskan masuk surga akan ditunda untuk mengurusnya lebih dahulu, besok ketika di akhirat setiap orang akan mempunyai hak yang sama, apabila kita sudah ditentukan ada yang protes maka akan ditunda dan diadili dulu. Dahulu kala ada seorang Kyai yang sudah ditentukan masuk surga, tiba-tiba seseorang berkata, ”Tunggu saya masih mempunyai urusan dengan kyai itu !”. ”Ada apa lagi kamu mengganggu saya, kaki kanan saya sudah masuk surga”, kata kyai. ”Tunggu pak Kyai, dulu ketika saya mengundang anda syukuran, anda makan daging ayam, kebetulan ada daging yang terselilit, ketika anda pulang anda mengambil lidi dari sapu lidi saya di depan rumah ”, kata orang. ”Terus apa masalahnya ?” tanya Kyai. ”Masalahnya anda tidak izin kepada saya”. ”terus sekarang enaknya bagaimana ?, aku sudah mau ke surga”. ”Saya ikhlas, apabila Pak kyai mengajak saya ke surga”. Akhirnya orang itu pun diajak ke surga bersama-sama pak Kyai.
Dari cuplikan di atas dapat di simpulkan, di akhirat kelak tak pandang kyai atau bukan, hal sepele atau besar, semuanya diadili seadil-adilnya. Untuk memudahkan hisab kita maka kita harus merubah amal perbutan jelek kita, kita tingkatkan amal ibadah kita. Kita harus konsisten dalam beribadah, baik sepi maupun ramai, kita harus khusyu’. Usahakan seakan-akan kita melihat Allah di depan kita, jika tidak bisa setidaknya kita harus merasa di lihat, di dengar, dan diawasi oleh Allah. Setelah itu kita harus memperbaiki akhlak kepada sesama, lunasi hutang dan janji, selesaikan masalah, jangan sampai ada orang yang protes atau bermasalah dengan kita. Karena walaupun kita sudah melewati jembatan siroth, kita harus kembali untuk menyelesaikan urusan itu.
Walaupun sekecil dzarroh perbuatan manusia akan diperhitungkan. Maka hendaklah kita berpikir dan merenungkan sejenak apa yang akan kita perbuat apakah itu baik atau jelek, sudahkah amal kita sesuai dengan syari’at islam, sehinga kita perlu meluruskan niat kita baik sebelum beramal maupun ketika beramal dan sesudah beramal.
Setelah kita memperbaiki amal dan memperbaiki hubungan kita dengan sesama manusia. Lanjutkan dengan memperbaiki lisan kita agar selalu jujur, karena jika orang itu akan jujur maka ia tidak akan bermaksiat. Dahulu ada seorang sahabat ahli maksiat yang meminta nasehat kepada Nabi SAW untuk bertaubat, maka Nabi hanya memberinya satu kata yakni jujur. Maka orang itu kembali kerumahnya, di tengah jalan ia dipanggil temannya yang sedang berjudi, ”Mari kita main bersama”. Sahabat tadi menuju ke tempat itu, tetapi dia teringat kepada ucapan Nabi agar jujur. ”jika saya berjudi pasti saya akan di tanya isteri, saya kemanakan uang ini, padahal saya harus jujur” pikirnya sehingga ia tidak jadi berjudi. Kemudian di pasar ada seorang wanita yang mengajaknya untuk berbuat zina, maka ia mulai tergoda dan mereka berduaan di kamar, tetapi lagi-lagi ia berpikir ”kalau saya ditanya dengan istriku apa jawabku, masa baru berzina, padahal aku harus jujur” maka orang itu pun tak jadi berzina, dan selamatlah ia sampai rumah tanpa kemaksiatan, itu disebabkan kejujuran. orang melakukan maksiat itu karena tidak memiliki kejujuran.
Maka mari kita bersama-sama niat untuk menjaga amal-amal kita dan sebelum meninggalkan dunia, marilah kita me-nyelesaikan urusan (hak-hak) terhadap sesama manusia. agar kita mudah dalam menghadapi hisab di akhirat menuju kekekalan yang abadi selama-lamanya.
Semua amal perbuatan yang kita lakukan di dunia ini secara otomatis oleh Allah ditampakkan dihadapan seluruh umat manusia mulai dari zaman Nabi Adam sampai manusia terahir pada hari terjadinya Yaumul Kiamat. Jadi, di akhirat kelak semua yang kita lakukan akan diketahui dengan jelas layaknya kita melihat sebuah film, yang akan disaksikan seluruh umat manusia. Dan tak satupun yang bisa terlewatkan, dan semua akan dijawab sesuai dengan apa yang telah diperbuat waktu didunia, tak ada yang mampu berbohong pada hari itu, karena semua mulut manusia akan terkunci dan semua anggota tubuh akan menjawabnya dengan fasih dan jelas. Sebagai mana firman Allah : ”Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan”. (QS. Yaasiin : 65).
Dari sini marilah kita Muhasabah (koreksi diri) sebelum kita dihisab dihadapan Allah, janganlah kita mudah membicarakan aib orang lain, menjelek-jelekkan dan menggunjingnya, karena kelak hal itu akan diketahui juga, namun marilah sebaliknya kita harus pandai menutupi cela dan aib orang lain karena dengan demikian Allah juga akan menutupi aib dan cela kita serta dimudahkannya hisab.
Kenapa kita harus bertanggung jawab ? Karena setiap dari kita adalah pemimpin, seperti yang disebutkan dalam sebuah hadits ”Setiap dari kalian itu adalah pemimpin”. Dan setiap pemimpin harus mempertanggung jawabkan apa yang ia pimpin. presiden akan ditanyai tentang negaranya, Guru akan ditanya tentang siswanya, Kepala keluarga akan ditanya tentang keluarganya, Setidak-tidaknya kita akan ditanya tentang kepemimpinan kita terhadap organ-organ tubuh kita, Sudah adilkah kepemimpinan kita?
Orang yang dipimpin mempunyai hak untuk protes, apabila ada salah satu yang protes maka yang tadinya sudah diputuskan masuk surga akan ditunda untuk mengurusnya lebih dahulu, besok ketika di akhirat setiap orang akan mempunyai hak yang sama, apabila kita sudah ditentukan ada yang protes maka akan ditunda dan diadili dulu. Dahulu kala ada seorang Kyai yang sudah ditentukan masuk surga, tiba-tiba seseorang berkata, ”Tunggu saya masih mempunyai urusan dengan kyai itu !”. ”Ada apa lagi kamu mengganggu saya, kaki kanan saya sudah masuk surga”, kata kyai. ”Tunggu pak Kyai, dulu ketika saya mengundang anda syukuran, anda makan daging ayam, kebetulan ada daging yang terselilit, ketika anda pulang anda mengambil lidi dari sapu lidi saya di depan rumah ”, kata orang. ”Terus apa masalahnya ?” tanya Kyai. ”Masalahnya anda tidak izin kepada saya”. ”terus sekarang enaknya bagaimana ?, aku sudah mau ke surga”. ”Saya ikhlas, apabila Pak kyai mengajak saya ke surga”. Akhirnya orang itu pun diajak ke surga bersama-sama pak Kyai.
Dari cuplikan di atas dapat di simpulkan, di akhirat kelak tak pandang kyai atau bukan, hal sepele atau besar, semuanya diadili seadil-adilnya. Untuk memudahkan hisab kita maka kita harus merubah amal perbutan jelek kita, kita tingkatkan amal ibadah kita. Kita harus konsisten dalam beribadah, baik sepi maupun ramai, kita harus khusyu’. Usahakan seakan-akan kita melihat Allah di depan kita, jika tidak bisa setidaknya kita harus merasa di lihat, di dengar, dan diawasi oleh Allah. Setelah itu kita harus memperbaiki akhlak kepada sesama, lunasi hutang dan janji, selesaikan masalah, jangan sampai ada orang yang protes atau bermasalah dengan kita. Karena walaupun kita sudah melewati jembatan siroth, kita harus kembali untuk menyelesaikan urusan itu.
Walaupun sekecil dzarroh perbuatan manusia akan diperhitungkan. Maka hendaklah kita berpikir dan merenungkan sejenak apa yang akan kita perbuat apakah itu baik atau jelek, sudahkah amal kita sesuai dengan syari’at islam, sehinga kita perlu meluruskan niat kita baik sebelum beramal maupun ketika beramal dan sesudah beramal.
Setelah kita memperbaiki amal dan memperbaiki hubungan kita dengan sesama manusia. Lanjutkan dengan memperbaiki lisan kita agar selalu jujur, karena jika orang itu akan jujur maka ia tidak akan bermaksiat. Dahulu ada seorang sahabat ahli maksiat yang meminta nasehat kepada Nabi SAW untuk bertaubat, maka Nabi hanya memberinya satu kata yakni jujur. Maka orang itu kembali kerumahnya, di tengah jalan ia dipanggil temannya yang sedang berjudi, ”Mari kita main bersama”. Sahabat tadi menuju ke tempat itu, tetapi dia teringat kepada ucapan Nabi agar jujur. ”jika saya berjudi pasti saya akan di tanya isteri, saya kemanakan uang ini, padahal saya harus jujur” pikirnya sehingga ia tidak jadi berjudi. Kemudian di pasar ada seorang wanita yang mengajaknya untuk berbuat zina, maka ia mulai tergoda dan mereka berduaan di kamar, tetapi lagi-lagi ia berpikir ”kalau saya ditanya dengan istriku apa jawabku, masa baru berzina, padahal aku harus jujur” maka orang itu pun tak jadi berzina, dan selamatlah ia sampai rumah tanpa kemaksiatan, itu disebabkan kejujuran. orang melakukan maksiat itu karena tidak memiliki kejujuran.
Maka mari kita bersama-sama niat untuk menjaga amal-amal kita dan sebelum meninggalkan dunia, marilah kita me-nyelesaikan urusan (hak-hak) terhadap sesama manusia. agar kita mudah dalam menghadapi hisab di akhirat menuju kekekalan yang abadi selama-lamanya.
indahnya bersholawat
“Sesungguhnya Allah dan Malaikat-malaikatNya bersholawat untuk nabi. Hai orang orang yang beriman bersholawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (QS. Al-Ahzab : 56)
ungkin kita pernah berpikir kenapa kita harus bersholawat pada nabi saw. padahal Nabi saw. kan makhluq yang ma’shum, yang sudah dijamin masuk surga ? Sebenarnya, sholawat itu bukan do’a untuk Nabi melainkan untuk diri kita sendiri, sholawat adalah salah satu sunnah Nabi. Lafadz Allahumma sholli ‘ala muhammad, wa ‘ala sayyidina Muhammad merupakan tanda pengakuan kita sebagai ummat Nabi dan untuk menunjukkan rasa cinta kita kepada Nabi saw.
Dahulu ada Seorang raja yang memiliki seekor unta kesayangan. Suatu ketika unta itu hilang entah kemana. Sang raja itu pun sedih menangisi kehilangan unta kesayangannya. Ribuan penari dan penyanyi mencoba untuk menghibur sang raja, namun tetap saja sang raja itu sedih, Tiba-tiba datanglah seorang pelayan sembari membawa unta kesayangannya, hingga membuat Sang raja bergembira. Begitupula dengan Rasullullah saw. yang memiliki benda kesayangan, yaitu sholawat. Dan pada suatu ketika sholawat itu hilang karena tak ada orang yang melantunkannya, sehingga Rasul pun sedih. puluhan ribu orang berdzikir dan beribadah pada Allah tetap saja Rasulullah saw. bersedih, sampai munculnya Mushollin (orang yang ahli shollawat) yang senantiasa melantunkan sholawat atas Nabi. Hingga membuat Rasulullah saw. gembira.
Dari sepenggal cerita di atas kita lihat betapa cintanya Rasul dengan sholawat. Lalu tegakah kita membuat seorang utusan Allah, manusia yang paling mulia di dunia ini bersedih? Apa rasa terima kasih yang kita berikan kepada jiwa yang membawa Nur islam kepada kita semua ? Kita tidak bisa memberikan hadiah berupa harta benda untuk membalas jasa-jasanya. Kita pun juga tidak bisa mengecup tangannya untuk menghormatinya. Satu-satunya jalan untuk membalas pengor-banannya adalah dengan sholawat. Apa ruginya jika kita bersholawat sebentar saja, ibadah yang tidak memerlukan biaya. Dan padahal di dalam Sholawat terdapat keutamaan-keutamaan bagi pembacanya. Keutamaan-keutamaan membaca sholawat diantaranya :
1. Akan mendapatkan Syafa’at Nabi di padang Mahsyar, Saat di Padang Mahsyar semua orang kesusahan baik kepada orang kafir maupun orang Islam, mereka merasakan panas yang tak terkira. Ada yang tenggelam setinggi kaki oleh keringatnya sendiri, adapula yang tenggelam setinggi dada, bahkan ada pula yang tenggelam hingga setinggi kepala oleh keringat mereka sendiri, pada saat itu semua manusia tidak memperoleh keringanan dari Allah, mereka bingung berlari kesana-kemari mencari perlindungan, lalu mereka mendatangi Nabi Adam as. tetapi Nabi Adam as. tidak bisa berbuat apa-apa, mereka pun mendatangi Nabi-nabi lainnya hasilnya tetap sama saja. Akhirnya mereka pergi kepada Nabi Muhammad untuk meminta syafa’at, Nabi pun berdo’a kepada Allah, untuk memberi syafaat kepada seluruh manusia. Do’a Nabi pun dikabulkan, sehingga para manusia yang memperoleh syafa’at, diberi permadani dan diberi naungan oleh Allah.
2. Menghapus dosa, Dari Umair al Anshari ra. Berkata bahwa Rasulullah saw. Bersabda “Siapa saja dari kalangan umatku bersholawat padaku satu kali dengan ikhlas dari lubuk hatinya, maka Allah akan bersholawat (mengirimkan rahmat) padanya sepuluh rahmat, mencatat untuknya sepuluh kebaikan, dan Allah akan menghapus darinya sepuluh kejahatan (dosa).”
3. Mendapat istri (bidadari)/suami (Bidadara) yang banyak di surga, jika kita selalu membaca shalawat kepada Rasulullah Saw maka di surga nanti kita akan mendapat imbalan berupa istri/suami yang banyak di surga kelak. Jadi, jika kita ingin mendapatkan istri/suami yang banyak. maka perbanyaklah membaca sholawat.
4. Diberi kemudahan di dunia dan akhirat, jika selalu mengistiqomahkan untuk selalu membaca shalawat kapada Rasulullah saw maka Allah Swt akan memberikan kemudahan di dunia dan di akhirat, di dunia berupa kemudahan selalu di berikan keyakinan dalam melangkahkan kaki dan menjalani fenomena hidup, sedangkan di akhirat berupa kemudahan dalam menghadapi siksa kubur.
Setelah kita tahu banyaknya manfaat sholawat baik bagi kehidupan dunia maupun akhirat. maka seyogyanya kita sebagai orang islam dan umat Nabi selalu bersholawat, dan lebih banyak manfaatnya lagi jika kita membaca sholawat yang diajarkan oleh nabi, adapun hari yang paling baik untuk bershalawat kepada baginda Rasulullah Saw, yaitu pada hari jum’at. Pada hari yang utama itu marilah kita perbanyak untuk membaca shalawat kepada Rasulullah Saw.
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bersholawat untuk nabi. Hai orang orang yang beriman bersholawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (QS. Al-Ahzab : 56) Berdasarkan ayat diatas para ‘ulama menghukumi wajib untuk membaca sholawat pada tahiyat akhir. Sedangkan hukum membaca shalawat selain pada waktu tahiyat akhir hukumnya sunnah. Seharusnya kita semua bersyukur karena kita dapat digolongkan menjadi umat Nabi, umat terbaik sepanjang masa, umat yang mendapatkan kesempatan untuk membaca sholawat. Yang hingga membuat para Nabi berdo’a dan rela mengganti gelar kenabiannya demi menjadi umat Rasulullah saw.
Maka mulai dari sekarang mari kita pergunakan kesempatan emas ini untuk meluangkan waktu kita untuk selalu bershalawat kepada Rasulullah saw. Mari kita tunjukkan bahwa kita adalah umat Nabi yang paling setia, yang menjadikan sunnah Nabi sebagai tuntunan hidup bahagia dunia Akhirat.
ungkin kita pernah berpikir kenapa kita harus bersholawat pada nabi saw. padahal Nabi saw. kan makhluq yang ma’shum, yang sudah dijamin masuk surga ? Sebenarnya, sholawat itu bukan do’a untuk Nabi melainkan untuk diri kita sendiri, sholawat adalah salah satu sunnah Nabi. Lafadz Allahumma sholli ‘ala muhammad, wa ‘ala sayyidina Muhammad merupakan tanda pengakuan kita sebagai ummat Nabi dan untuk menunjukkan rasa cinta kita kepada Nabi saw.
Dahulu ada Seorang raja yang memiliki seekor unta kesayangan. Suatu ketika unta itu hilang entah kemana. Sang raja itu pun sedih menangisi kehilangan unta kesayangannya. Ribuan penari dan penyanyi mencoba untuk menghibur sang raja, namun tetap saja sang raja itu sedih, Tiba-tiba datanglah seorang pelayan sembari membawa unta kesayangannya, hingga membuat Sang raja bergembira. Begitupula dengan Rasullullah saw. yang memiliki benda kesayangan, yaitu sholawat. Dan pada suatu ketika sholawat itu hilang karena tak ada orang yang melantunkannya, sehingga Rasul pun sedih. puluhan ribu orang berdzikir dan beribadah pada Allah tetap saja Rasulullah saw. bersedih, sampai munculnya Mushollin (orang yang ahli shollawat) yang senantiasa melantunkan sholawat atas Nabi. Hingga membuat Rasulullah saw. gembira.
Dari sepenggal cerita di atas kita lihat betapa cintanya Rasul dengan sholawat. Lalu tegakah kita membuat seorang utusan Allah, manusia yang paling mulia di dunia ini bersedih? Apa rasa terima kasih yang kita berikan kepada jiwa yang membawa Nur islam kepada kita semua ? Kita tidak bisa memberikan hadiah berupa harta benda untuk membalas jasa-jasanya. Kita pun juga tidak bisa mengecup tangannya untuk menghormatinya. Satu-satunya jalan untuk membalas pengor-banannya adalah dengan sholawat. Apa ruginya jika kita bersholawat sebentar saja, ibadah yang tidak memerlukan biaya. Dan padahal di dalam Sholawat terdapat keutamaan-keutamaan bagi pembacanya. Keutamaan-keutamaan membaca sholawat diantaranya :
1. Akan mendapatkan Syafa’at Nabi di padang Mahsyar, Saat di Padang Mahsyar semua orang kesusahan baik kepada orang kafir maupun orang Islam, mereka merasakan panas yang tak terkira. Ada yang tenggelam setinggi kaki oleh keringatnya sendiri, adapula yang tenggelam setinggi dada, bahkan ada pula yang tenggelam hingga setinggi kepala oleh keringat mereka sendiri, pada saat itu semua manusia tidak memperoleh keringanan dari Allah, mereka bingung berlari kesana-kemari mencari perlindungan, lalu mereka mendatangi Nabi Adam as. tetapi Nabi Adam as. tidak bisa berbuat apa-apa, mereka pun mendatangi Nabi-nabi lainnya hasilnya tetap sama saja. Akhirnya mereka pergi kepada Nabi Muhammad untuk meminta syafa’at, Nabi pun berdo’a kepada Allah, untuk memberi syafaat kepada seluruh manusia. Do’a Nabi pun dikabulkan, sehingga para manusia yang memperoleh syafa’at, diberi permadani dan diberi naungan oleh Allah.
2. Menghapus dosa, Dari Umair al Anshari ra. Berkata bahwa Rasulullah saw. Bersabda “Siapa saja dari kalangan umatku bersholawat padaku satu kali dengan ikhlas dari lubuk hatinya, maka Allah akan bersholawat (mengirimkan rahmat) padanya sepuluh rahmat, mencatat untuknya sepuluh kebaikan, dan Allah akan menghapus darinya sepuluh kejahatan (dosa).”
3. Mendapat istri (bidadari)/suami (Bidadara) yang banyak di surga, jika kita selalu membaca shalawat kepada Rasulullah Saw maka di surga nanti kita akan mendapat imbalan berupa istri/suami yang banyak di surga kelak. Jadi, jika kita ingin mendapatkan istri/suami yang banyak. maka perbanyaklah membaca sholawat.
4. Diberi kemudahan di dunia dan akhirat, jika selalu mengistiqomahkan untuk selalu membaca shalawat kapada Rasulullah saw maka Allah Swt akan memberikan kemudahan di dunia dan di akhirat, di dunia berupa kemudahan selalu di berikan keyakinan dalam melangkahkan kaki dan menjalani fenomena hidup, sedangkan di akhirat berupa kemudahan dalam menghadapi siksa kubur.
Setelah kita tahu banyaknya manfaat sholawat baik bagi kehidupan dunia maupun akhirat. maka seyogyanya kita sebagai orang islam dan umat Nabi selalu bersholawat, dan lebih banyak manfaatnya lagi jika kita membaca sholawat yang diajarkan oleh nabi, adapun hari yang paling baik untuk bershalawat kepada baginda Rasulullah Saw, yaitu pada hari jum’at. Pada hari yang utama itu marilah kita perbanyak untuk membaca shalawat kepada Rasulullah Saw.
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bersholawat untuk nabi. Hai orang orang yang beriman bersholawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (QS. Al-Ahzab : 56) Berdasarkan ayat diatas para ‘ulama menghukumi wajib untuk membaca sholawat pada tahiyat akhir. Sedangkan hukum membaca shalawat selain pada waktu tahiyat akhir hukumnya sunnah. Seharusnya kita semua bersyukur karena kita dapat digolongkan menjadi umat Nabi, umat terbaik sepanjang masa, umat yang mendapatkan kesempatan untuk membaca sholawat. Yang hingga membuat para Nabi berdo’a dan rela mengganti gelar kenabiannya demi menjadi umat Rasulullah saw.
Maka mulai dari sekarang mari kita pergunakan kesempatan emas ini untuk meluangkan waktu kita untuk selalu bershalawat kepada Rasulullah saw. Mari kita tunjukkan bahwa kita adalah umat Nabi yang paling setia, yang menjadikan sunnah Nabi sebagai tuntunan hidup bahagia dunia Akhirat.
Menjadi Pribadi Yang profesional
”Betapa banyaknya negeri yang telah aku binasakan, maka datanglah siksaan kami (menimpa penduduk) nya. Di waktu mereka berada di malam hari, atau di waktu mereka beristirahat di tengah hari.
Maka tidak adalah keluhan mereka di waktu datang kepada mereka siksaan kami, kecuali mengatakan : ”Sesungguhnya kami adalah orang-orang zhalim”. (QS. Al-A’raf : 4-5)
erkadang saat dimana kebanyakan manusia sedang tertidur lelap, ketika mereka sedang berfoya-foya, ketika sedang belanja di mall. Dengan tiba-tiba muncullah adzab Allah yang sangat pedih. Seperti topan yang melanda Myanmar yang hanya terjadi sekian menit saja, 150 ribu jiwa mati. Begitu pula dengan Gempa berkekuatan 7 skala ritcher di china, yang memakan korban ribuan jiwa dan meluluh lantahkan ribuan sarana dan prasarana negara. Masih belum terlupakan bencana yang terjadi akibat keserakahan manusia, Lumpur lapindo yang hingga kini belum teratasi. Hal itu menggambarkan Betapa besar kekuasaanNya hingga manusia tidak mampu mencegahnya ?.
Bencana-bencana di atas, ternyata jika kita tinjau lebih jauh, semuanya tidak lepas dari ulah manusia-manusia yang serakah, yang selalu mengabaikan serta melupakan tugasnya untuk mengelola dan memanfaatkan alam dengan baik. Sehingga Mau tidak mau kita harus mengakui bahwa bencana yang melanda kita ini adalah disebabkan oleh tingkah laku kita sendiri. Ketika Nabi Yunus as. diberi musibah Oleh Allah. Terperangkap dalam tiga kegelapan. Kegelapan ikan yang menelannya, kegelapan air laut, dan kegelapan malam yang gelap gulita. Apa yang beliau baca dan lakukan ? ketika itu beliau mengajarkan kepada kita, apa yang harus kita kerjakan saat ini. Beliau membaca kalimat Laailaha illa anta subhaanaka inni kuntu mina dzolimin. Pertama beliau memperbaiki keyakinannya bahwa yang bisa memberi hidayah hanya Allah. Yang menciptakan hanya Allah. Yang mengatur kehidupan hanya Allah. Yang memberi rezeki hanya Allah. Selain Allah tidak bisa apa-apa. Selain Allah lemah, tidak kuasa apa-apa. Siapa yang mengandalkan makhluk akan dikecewakan oleh makhluk. Sering kita berkata ”bersama kita bisa”. Kita melupakan Allah. Walaupun bersama, kalau tidak bersama Allah, tidak akan bisa. Jadi bukan bersama kita bisa, tapi bersama Allah kita bisa. Kita merasa lemah dihadapan-Nya. Laahaulawalaquwwata illa billah .
Kedua, Nabi Yunus AS memuji-muji Allah. Maha Suci Allah. Apa yang terjadi adalah kehendaknya. Tidak ada yang salah dalam setiap keputusan-Nya.
Lalu yang Ketiga beliau membaca innii kuntu minadz dzolimin. Menyalahkan diri sendiri. Ketika Ada masalah, tidak sibuk menyalahkan orang lain. Menyalahkan si A, atau Si B. Tapi ada masalah menyalahkan diri sendiri. Ini salah saya, Ini karena kedzoliman saya. Lalu apa hasilnya, ketika beliau melakukan tiga langkah ini. Kata Rasululloh saw. Nabi Yunus AS di dasar lautan mengalami perasaan yang sama dengan apa yang Aku rasakan ketika di Sidrotil Muntaha. Merasa dekat dengan Allah. Tidak lama kemudian masalah beliau diselesaikan oleh Allah. Beliau dikeluarkan dari perut ikan. Diberi tempat yang subur. Dan yang terpenting, diberi umat yang mau mentaati ajakan beliau untuk beribadah kepada Allah. Jadi masalah Infirodi ( pribadi) selesai, masalah ijtima’i (umat) juga selesai. Mari kita dan bangsa ini merasa seperti Nabi Yunus AS yang sedang terperangkap dalam kegelapan, masalah yang tak kunjung tuntas. Mari bertaubat kepada Allah, memuji Allah dan menyalahkan diri (memperbaiki kinerja) dan tidak saling menyalahkan orang lain.
Selain dari pada itu, kita haruslah menyadari diri bahwasanya anugerah Allah itu harus dikelola dengan profesional dan tanggung jawab, baik di hadapan manusia maupun di hadapan Allah. Ibarat dalam sebuah perusahaan. jika karyawannya tidak mampu mengelola dengan baik, maka oleh Majikannya akan di-PHK. Begitu pula dengan kita, jika kita tidak mampu mengelola alam dengan baik, maka Allah akan memberi adzab yang pedih.
Dan seperti yang kita ketahui pula, kita hidup di dunia ini hanya sementara, tak lebih dari 50-60 tahun. Kehidupan ini ibarat ladang yang harus kita tanami dan rawat dengan baik, agar kita memperoleh hasil yang maksimal di dunia dan di Akhirat. Kita tengok kekayaan-kekayaan alam indonesia yang terbentang dari sabang sampai Merauke. Dari Minyak bumi, Emas, batu bara, perikanan, peternakan, pertanian semuanya tersaji di hamparan nusantara kita, Hingga kita dijuluki ”Macan Asia”. Tentunya jika semua dapat kita kelola dengan baik, hasil dari laut saja, negara dapat meraup devisa hingga 60 triliyun per tahun. Dari kilang-kilang minyak pun, negara juga dapat mengeruk keuntungan hingga triliyunan rupiah. Belum, batu bara yang hampir menutupi seluruh daratan kalimantan. Belum lagi yang lainnya. Namun, pada kenyataannya negara kita masih di ambang kemiskinan. Kenapa semua ini bisa terjadi ?
Bangsa kita ini ibarat ayam yang mati dalam lumbung padi. Kita lihat Brunei Darussalam yang hanya punya sekian kilang minyak, rakyatnya makmur dan terjamin. Kita lihat pula Singapura, yang tanahnya tidak begitu luas, tidak ada kekayaan alamnya, membeli BBM pun dibatasi. namun pendapatan perkapitanya 16 x lipat dari pendapatan rakyat indonesia.
Penyebab dari semua itu adalah karena negara kita tidak profesional dalam mengelolanya atau dengan kata lain pemerintah kurang cermat dalam memilih oknum-oknum yang mengelola bidang tersebut. Padahal Rasulullah telah bersabda ”Jika suatu perkara tidak diserahkan pada ahlinya, maka nantikanlah saat kehancurannya ”. Jika kita mengelola uang dengan tidak cermat, mengebor minyak dengan seenaknya, mengeruk emas tanpa batas, tentunya akan berkibat buruk bagi alam dan manusia itu sendiri. Bagaimana seandainya Pemerintah kabupaten banyuwangi mengizinkan pertambangan emas di Tumpang Pitu, Pesanggaran. Jika eksploitasi itu diteruskan tentunya kita tidak ingin melihat Banyuwangi tenggelam beberapa tahun mendatang.
Tidak hanya di bidang perekonomian saja, di bidang olahraga pun kita juga mengalami keterpurukan. Seperti yang terjadi pada kejuaraan Thomas cup dan Uber Cup kemarin, piala-piala yang hilir mudik mampir di indonesia, Kini tak pernah sekalipun kita dapatkan. Hal ini terjadi karena seorang yang memimpin PBSI adalah seorang yang tidak mengetahui seluk beluk bulu tangkis, seperti yang kita ketahui bapak Sutiyoso, yang dimana latar belakangnya seorang politikus. Sebaiknya kita menempatkan orang-orang yang ahli dalam bidang tersebut. Dan ketepurukan negara itu hampir terjadi di segala bidang. Na’udzubillah
Maka untuk mengembalikan gelar ”Macan asia” kita yang sudah lama hilang, dan juga mewujudkan negara yang maju, aman, dan sejahtera. kita harus mengarahkan diri kita, saudara, teman, seluruh masyarakat indonesia, khususnya para pemuda untuk menjadi pribadi yang profesional, karena seperti yang dikatakan dalam sebuah hadist ”Pemuda sekarang, pemimpin masa depan”. Semoga kita sekalian dalam rangka 100 tahun kebangkitan nasional dapat digolongkan menjadi orang-orang yang profesional yang mampu membangkitkan negara ke tempat yang lebih tinggi. (IMQ)
Maka tidak adalah keluhan mereka di waktu datang kepada mereka siksaan kami, kecuali mengatakan : ”Sesungguhnya kami adalah orang-orang zhalim”. (QS. Al-A’raf : 4-5)
erkadang saat dimana kebanyakan manusia sedang tertidur lelap, ketika mereka sedang berfoya-foya, ketika sedang belanja di mall. Dengan tiba-tiba muncullah adzab Allah yang sangat pedih. Seperti topan yang melanda Myanmar yang hanya terjadi sekian menit saja, 150 ribu jiwa mati. Begitu pula dengan Gempa berkekuatan 7 skala ritcher di china, yang memakan korban ribuan jiwa dan meluluh lantahkan ribuan sarana dan prasarana negara. Masih belum terlupakan bencana yang terjadi akibat keserakahan manusia, Lumpur lapindo yang hingga kini belum teratasi. Hal itu menggambarkan Betapa besar kekuasaanNya hingga manusia tidak mampu mencegahnya ?.
Bencana-bencana di atas, ternyata jika kita tinjau lebih jauh, semuanya tidak lepas dari ulah manusia-manusia yang serakah, yang selalu mengabaikan serta melupakan tugasnya untuk mengelola dan memanfaatkan alam dengan baik. Sehingga Mau tidak mau kita harus mengakui bahwa bencana yang melanda kita ini adalah disebabkan oleh tingkah laku kita sendiri. Ketika Nabi Yunus as. diberi musibah Oleh Allah. Terperangkap dalam tiga kegelapan. Kegelapan ikan yang menelannya, kegelapan air laut, dan kegelapan malam yang gelap gulita. Apa yang beliau baca dan lakukan ? ketika itu beliau mengajarkan kepada kita, apa yang harus kita kerjakan saat ini. Beliau membaca kalimat Laailaha illa anta subhaanaka inni kuntu mina dzolimin. Pertama beliau memperbaiki keyakinannya bahwa yang bisa memberi hidayah hanya Allah. Yang menciptakan hanya Allah. Yang mengatur kehidupan hanya Allah. Yang memberi rezeki hanya Allah. Selain Allah tidak bisa apa-apa. Selain Allah lemah, tidak kuasa apa-apa. Siapa yang mengandalkan makhluk akan dikecewakan oleh makhluk. Sering kita berkata ”bersama kita bisa”. Kita melupakan Allah. Walaupun bersama, kalau tidak bersama Allah, tidak akan bisa. Jadi bukan bersama kita bisa, tapi bersama Allah kita bisa. Kita merasa lemah dihadapan-Nya. Laahaulawalaquwwata illa billah .
Kedua, Nabi Yunus AS memuji-muji Allah. Maha Suci Allah. Apa yang terjadi adalah kehendaknya. Tidak ada yang salah dalam setiap keputusan-Nya.
Lalu yang Ketiga beliau membaca innii kuntu minadz dzolimin. Menyalahkan diri sendiri. Ketika Ada masalah, tidak sibuk menyalahkan orang lain. Menyalahkan si A, atau Si B. Tapi ada masalah menyalahkan diri sendiri. Ini salah saya, Ini karena kedzoliman saya. Lalu apa hasilnya, ketika beliau melakukan tiga langkah ini. Kata Rasululloh saw. Nabi Yunus AS di dasar lautan mengalami perasaan yang sama dengan apa yang Aku rasakan ketika di Sidrotil Muntaha. Merasa dekat dengan Allah. Tidak lama kemudian masalah beliau diselesaikan oleh Allah. Beliau dikeluarkan dari perut ikan. Diberi tempat yang subur. Dan yang terpenting, diberi umat yang mau mentaati ajakan beliau untuk beribadah kepada Allah. Jadi masalah Infirodi ( pribadi) selesai, masalah ijtima’i (umat) juga selesai. Mari kita dan bangsa ini merasa seperti Nabi Yunus AS yang sedang terperangkap dalam kegelapan, masalah yang tak kunjung tuntas. Mari bertaubat kepada Allah, memuji Allah dan menyalahkan diri (memperbaiki kinerja) dan tidak saling menyalahkan orang lain.
Selain dari pada itu, kita haruslah menyadari diri bahwasanya anugerah Allah itu harus dikelola dengan profesional dan tanggung jawab, baik di hadapan manusia maupun di hadapan Allah. Ibarat dalam sebuah perusahaan. jika karyawannya tidak mampu mengelola dengan baik, maka oleh Majikannya akan di-PHK. Begitu pula dengan kita, jika kita tidak mampu mengelola alam dengan baik, maka Allah akan memberi adzab yang pedih.
Dan seperti yang kita ketahui pula, kita hidup di dunia ini hanya sementara, tak lebih dari 50-60 tahun. Kehidupan ini ibarat ladang yang harus kita tanami dan rawat dengan baik, agar kita memperoleh hasil yang maksimal di dunia dan di Akhirat. Kita tengok kekayaan-kekayaan alam indonesia yang terbentang dari sabang sampai Merauke. Dari Minyak bumi, Emas, batu bara, perikanan, peternakan, pertanian semuanya tersaji di hamparan nusantara kita, Hingga kita dijuluki ”Macan Asia”. Tentunya jika semua dapat kita kelola dengan baik, hasil dari laut saja, negara dapat meraup devisa hingga 60 triliyun per tahun. Dari kilang-kilang minyak pun, negara juga dapat mengeruk keuntungan hingga triliyunan rupiah. Belum, batu bara yang hampir menutupi seluruh daratan kalimantan. Belum lagi yang lainnya. Namun, pada kenyataannya negara kita masih di ambang kemiskinan. Kenapa semua ini bisa terjadi ?
Bangsa kita ini ibarat ayam yang mati dalam lumbung padi. Kita lihat Brunei Darussalam yang hanya punya sekian kilang minyak, rakyatnya makmur dan terjamin. Kita lihat pula Singapura, yang tanahnya tidak begitu luas, tidak ada kekayaan alamnya, membeli BBM pun dibatasi. namun pendapatan perkapitanya 16 x lipat dari pendapatan rakyat indonesia.
Penyebab dari semua itu adalah karena negara kita tidak profesional dalam mengelolanya atau dengan kata lain pemerintah kurang cermat dalam memilih oknum-oknum yang mengelola bidang tersebut. Padahal Rasulullah telah bersabda ”Jika suatu perkara tidak diserahkan pada ahlinya, maka nantikanlah saat kehancurannya ”. Jika kita mengelola uang dengan tidak cermat, mengebor minyak dengan seenaknya, mengeruk emas tanpa batas, tentunya akan berkibat buruk bagi alam dan manusia itu sendiri. Bagaimana seandainya Pemerintah kabupaten banyuwangi mengizinkan pertambangan emas di Tumpang Pitu, Pesanggaran. Jika eksploitasi itu diteruskan tentunya kita tidak ingin melihat Banyuwangi tenggelam beberapa tahun mendatang.
Tidak hanya di bidang perekonomian saja, di bidang olahraga pun kita juga mengalami keterpurukan. Seperti yang terjadi pada kejuaraan Thomas cup dan Uber Cup kemarin, piala-piala yang hilir mudik mampir di indonesia, Kini tak pernah sekalipun kita dapatkan. Hal ini terjadi karena seorang yang memimpin PBSI adalah seorang yang tidak mengetahui seluk beluk bulu tangkis, seperti yang kita ketahui bapak Sutiyoso, yang dimana latar belakangnya seorang politikus. Sebaiknya kita menempatkan orang-orang yang ahli dalam bidang tersebut. Dan ketepurukan negara itu hampir terjadi di segala bidang. Na’udzubillah
Maka untuk mengembalikan gelar ”Macan asia” kita yang sudah lama hilang, dan juga mewujudkan negara yang maju, aman, dan sejahtera. kita harus mengarahkan diri kita, saudara, teman, seluruh masyarakat indonesia, khususnya para pemuda untuk menjadi pribadi yang profesional, karena seperti yang dikatakan dalam sebuah hadist ”Pemuda sekarang, pemimpin masa depan”. Semoga kita sekalian dalam rangka 100 tahun kebangkitan nasional dapat digolongkan menjadi orang-orang yang profesional yang mampu membangkitkan negara ke tempat yang lebih tinggi. (IMQ)
Langganan:
Postingan (Atom)