OLEH : IN’AMUL MUTTAQIEN
”Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, ............
dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.” (QS. Al-Mukminuun : 1 , 5-6)
Orang yang menjaga Kemaluannya adalah orang yang memiliki Rasa MALU, karena pada Jaman sekarang banyak orang yang tidak mempunyai rasa Malu, sering menampakkan Kemaluannya. seorang yang mempunyai Sifat Malu, akan berfikir dahulu sebelum bertindak, mereka akan selalu memikirkan Akibat dan manfaat atas apa yang akan dilakukannya, apa yang terjadi jika kita melakukan ini, bermanfaatkah atau justru memalukan dirinya. Sifat malu bisa mencegah seseorang dari berlaku buruk dan maksiat kepada Allah, karena mereka selalu berfikir ke depan dalam melakukan segala sesuatu. Oleh karena itu Nabi menggolongkan sifat malu seperti ini sebagai bagian dari keimanan dalam sabdanya, "Malu adalah bagian dari iman." (HR. Muslim - Makarimul Akhlaq hal. 73).
Kembali tentang Menjaga Kemaluan, Allah Berfirman :
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. (QS. An-Nuur : 30)
Ini adalah peringatan bagi para lelaki , bahwa selain menjaga dan memelihara kemaluan kita sendiri, memelihara dari perbuatan yang hina, menjaga dari Berzina. Kita juga diwajibkan untuk menahan pandangan kita terhadap sesuatu yang tidak patut dilihat, sehingga kita tergolong menjadi orang yang suci. SUCI di Dunia dan Akhirat.
Sedang Bagi wanita, Allah juga berfirman dalam Lanjutan Ayat di atas :
“ Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. " (An-Nur : 31)
Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al Anshary Al Badry radhiallahuanhu dia berkata: Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya ungkapan yang telah dikenal orang-orang dari ucapan nabi-nabi terdahulu adalah : “Jika engkau tidak malu perbuatlah apa yang engkau suka” (Riwayat Bukhori)
Malu merupakan tema yang telah disepakati oleh para nabi dan tidak terhapus ajarannya. Malu merupakan landasan akhlak mulia dan selalu bermuara kepada kebaikan. Jika seseorang telah meninggalkan rasa malu, maka jangan harap lagi (kebaikan) darinya sedikitpun. Siapa yang banyak malunya lebih banyak kebaikannya, dan siapa yang sedikit rasa malunya semakin sedikit kebaikannya. Diantara manfaat rasa malu adalah ‘Iffah (menjaga diri dari perbuatan tercela) dan Wafa’ (menepati janji). Rasa malu merupakan cabang iman yang wajib diwujudkan.
Rasa malu merupakan perilaku yang dapat dibentuk. Karena tingkatan Malu masing-masing Insan Manusia itu berbeda-beda, contoh saja dalam hal berpakaian, Seorang Muslimah pasti akan menutupi semua Auratnya, sedang orang yang tidak mempunyai Malu justru membuka semua auratnya, memakai pakaian yang menutupi aurat, ketat yang menampakkan bagian tubuhnya, mengumbar aurat ke semua orang. Orang yang malu akan selalu IFFA’ atau menjaga diri dari perbuatan tercela, sehingga orang yang memiliki rasa Malu tidak mau untuk berbohong, Memfitnah, Mencuri, berzina, dan sejenisnya. Orang yang malu juga selalu WAFA’ atau selalu menepati Janji, karena mereka akan malu jika sampai tidak menepati janji mereka.
Orang yang Memiliki rasa malu, cenderung selalu berfikir apa yang akan dikerjakannya, memikirkan apa yang akan dikatakan orang padanya jika ia melakukan ini, dikatakan baikkah ? atau justru sebaliknya ? marilah kita menjadi manusia yang terbaik, yang selalu dikatakan / dicap baik oleh semua orang, karena jika kita selalu menjunjung tinggi rasa Malu, apa yang kita lakukan selalu berujung pada kebaikan. Andai semua orang mempunyai Rasa Malu, tentunya semua orang akan berbuat baik semua, tidak ada seorang yang akan berbuat tercela, tidak akan ada orang yang akan menghuni Penjara, semua Penjahatdi dunia ini akan Tobat.
Lain halnya dengan orang yang tidak mempunyai rasa Malu, mereka tidak tahu menahu apa yang dilakukannya, mereka berfikir “ Masa Bodoh “ atas sesuatu yang dilakukannya, sehingga mereka identik akan melakukan sesuatu yang tidak jelas, bahkan cendurung menuju keburukan, mereka tidak akan segan-segan untuk mencuri, merampok, membunuh, berzina. Mereka akan melakukan apa yang mereka suka, tidak peduli apa kata orang tentang perbuatannya. Mereka akan terus berbuat keburukan, selama tidak ada rasa Malu dalam hatinya. Oleh sebab itu, orang yang menghuni di Balik Jeruji (penjara) adalah golongan orang yang tidak Malu akan perbuatannya, orang yang tidak Malu dilihat orang bahwa dia berada di Penjara.
Nabi adam saja saaat melakukan suatu kesalahan saja, yaitu saat memakan buah Khuldi, beliau dikeluarkan dari surga, beliau tak henti-hentinya menangis selama 300 tahun. Beliau juga tidak mengangkat kepalanya ke langit kerana terlampau malu kepada Allah swt. Beliau sujud di atas gunung selama seratus tahun. Kemudian menangis lagi sehingga air matanya mengalir di jurang Serantip. Begitulah Rasa Malunya terhadap Allah swt. Lain halnya dengan kita, yang telah berulang kali melakukan kesalahan, terus menerus berbuat dosa, tapi kita tidak henti-hentinya melakukan perbuatan yang tercela tersebut, karena kita tidak mempunyai rasa Malu terhadap Allah.
Marilah kita Malu untuk melakukan KEBURUKAN. Tapi jangan sekali-kali kita Malu untuk berbuat KEBAIKAN. Karena Tidak ada rasa malu dalam mengajarkan hukum-hukum agama serta menuntut ilmu dan kebenaran . Allah ta’ala berfirman : “ Dan Allah tidak malu dari kebenaran “ (QS. Al-Ahzab : 53). Jadi, jangan sampai kita malu untuk berbuat sesuatu yang terpuji, jangan Malu untuk belajar Mengaji, untuk belajar agama. Karena, kita harus terus menerus melakukan sesuatu yang terbaik. Buang 100 % malu kita untuk melakukan kebaikan, dan tambahkan 100 % lagi pada rasa Malu kita untuk melakukan keburukan. Agar kita meninggalkan sesuatu yang buruk, atau sesuatu yang dilarang Oleh ALLAH swt. Dan terus meneruskan melakukan yang baik, atau yang diwajibkan serta diperintahkan oleh Allah.
Marilah menjadi generasi yang selalu menjaga kemaluan, Malu untuk melakukan yang buruk, Malu terhadap Allah, Malu terhadap Makhluk. Karena ketika ditanya Rasulullah tentang perkara yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka, beliau menjawab, "Mulut dan kemaluan" (HR. Tirmidzi) oleh karena itu jagalah kemaluan kita, tidak ditampakkan kepada semua orang, tidak dipergunakan untuk berzina, serta jagalah lisan kita, serta jaga pula amal perbuatan kita, ucapkkan perkataan yang baik-baik, hindarkan dari perkataan yang buruk perkataan yang menjelek-jelekan orang lain (meng-Ghibah), MARI melakukan Amal Sholeh dan Nahi Munkar. Marilah Malu dan takut untuk melakukan sesuatu yang Buruk, dan janganlah Malu dan Takut untuk Melakukan sesuatu yang baik. (imq)
Senin, 25 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar