Rabu, 26 Agustus 2009

Melejitkan Prestasi, Dengan Merubah Pikiran




Pernah suatu waktu para dokter olahraga mengatakan bahwa kecepatan lari manusia adalah empat menit dalam 1 mil. Manusia tidak mungkin mampu menempuk jarak satu mil kurang dari 4 menit. Seorang dokter bahkan mengatakan bahwa jika manusia lari lebih dari batas kecepatan itu, jantungnya akan pecah karena kelebihan tenaga.
Roger Bannister berlatih untuk menolak anggapan para dokter itu. Ia akhirnya berhasil memecahkan rekor menemuk jarak satu mil dengan waktu 3 menit, 59,4 detik. Segera setelah peristiwa itu, bannister bukan manusia biasa ia super human, tidak ada seorang pun yang mampu mengungguli dia. Tetapi satu bulan kemudian. John Landy, pelari australia, menempuh jarak itu dengan waktu yang lebih pendek. Setelah itu, banyak orang berhasil menempuh jarak satu mil kurang dari empat menit.
Dua paragraf diatas adalah kutipan langsung dari tulisan Rakhmat dalam bukunya catatan Kang Jalal. Menarik untuk diungkapkan disini bahwa prestasi yang tadinya dianggap tidak mungkin dicapai oleh manusia, ternyata mudah sekali dicapai setelah ada satu orang yang mencapainya.
Penjelasan tentang keberhasilan ini adalah teori Modelling ketika ada manusia yang sanggup melakukan sesuatu, manusia lain pun berpikir sama. Mereka berpikir bila orang lain mampu, mengapa mereka tidak. Pikirannya mempengaruhi kekuatan fisiknya. You don’t think what you are, you are what you think.
Teori Modelling dalam ranah psikologi masuk dalam mazhab behaviorisme. Agaknya dengan teori ini kita bisa memaklumi bagaimana Allah memberi contoh manusia bukan dari bangsa malaikat atau dari bangsa Jin. Namun, Allah swt. Terlah menjadikan Rasulullah SAW. Sebagai model, justru dari bangsa manusia itu sendiri.
Sudah menjadi sunnatullah, dalam menurunkan syariat Allah menurunkan kitabullah sebagai teorinya dan menutus seorang Rasul sebagai contoh atau modelnya. Agar manusia mudah melaksanakan syari’at tersebut. Allah swt. Menurunkan kitab Taurat, untuk membumikan syari’atnya tersebut Allah menurunkan sebuah model, seorang manusia, yaitu Nabi Musa as. Ketika zabur diturunkan Allah mengutus nabi dawud, Allah menurunkan kitab injil disertai diutusnya nabi Isa as. Sampai akhirnya Allah menurunkan AL-Qur’an dan mengutus Rasulullah saw. Sebagai model atau contoh bagi manusia. Sebagaimana telah disebutkan dalam AL-Qur’an :
                 
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS. AL-Ahzab : 21).
Dr. Muhammad Syafi’ie Antonio, M.Ec mengatakan bahwa banyak diantara kita yan memposisikan Rasulullah saw. Terlalu melangit, tinggi dan jauh diatas sehingga mendekati posisi dewa atau anak dewa. Akibatnya, beliau menjadi “asing” bagi kita dan tidak bisa ditiru dan dijadikan suri tauladan lagi. Karena dimensinya menjadi berbeda antara dimensi kita manusia biasa dan beliau sebagai “manusia langit”.
Selanjutnya saya tidak sanggup melukiskan sisi-sisi atau dimensi manusia biasa Rasulullah saw. Lebih baik dari apa yang diungkap antonio dalam bukunya “Muhammad saw., The Super Leader Super Manager”. Oleh karena itu, berikut ini adalah kutipan langsung dari buku terkait bahwa :
“Telaah yang seksama atas sunnah nabawiah d\akan menghantar kita bahwa muhammad saw adalah manusia dengan seluruh sifat kemanusiaannya sebagai manusia biasa, ia dilahirkan dengan ayah dan ibu yang jelas, bermain, belajar, bekerja, menikah, dan memiliki keturunan, beliau berjalan di pasar, membawa barang dagangannya, menyapu rumah, menjahit pakaiannya yang robek, memotong dagingserta menyiapkan sayuran di dapur, beliau juga merasakan apa yang pernah dirasakan oleh manusia pada umumnya seperti rasa harap dan cemas, miskin dan kaya, lapang dan susah, menyendiri dan bermasyarakat.
Sebagai seorang pemimpin beliau berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah di hadapan hukum, memperoleh kemenangan dan kekuasaan, serta merasakan kekalahan dan kesedihan tubuhnya tidak terdiri dari besi tetapi daging dan tulang biasa. Kulitnya pernah robekm pelipisnya pernah terluka parah dan 2 giginya tanggal terkena pukulan di perang Uhud. Perbedaan satu-satunya adalah bahwa beliau diamanati wahyu (Plus Mukjizat sebagai alat pembuktiannya) dan senantiasa dibimbing Allah jika melakukan satu tindakan atau pilihan yang tidak tepat. Selebihnya muhammad saw. Adalah manusia biasa di samping sebgai seorang Rasul Pilihan dan kekasih Allah.
Sudah waktunya kita merubah pikiran kita bahwa perilaku yang mengagumkan dari Rasulullah adalah perilaku yang mudah kita tiru. Jika beliau kuat sholat malam semalam suntuk. Kita harus berfikir bahwa kaki Rasulullah saw. Sama dengan kita, Insya Allah kita akan mampu menirunya.
Para Sahabat ra. Adalah manusia biasa seperti kita mereka telah mampu meniru perilaku Rasullah saw. Banyak kisah yang spektakuler yang lahir dari proses pencitraan mereka terhadap Rasulullah saw.
Pernah Siti Aisyah r.ha. berpuasa dalam suatu hari, saat itu beliau diberi hadiah 1.000 dirham oleh seseorang. Uang tersebut dihabiskan dalam 1 hari tanpa tersisa 1 dirham pun. Ketika pembantunya bertanya apakah beliau tidak menyisakan sedikit uang untuk membeli daging buat buka puasa. Beliau tidak menyimpan sedikitpun.
Usamah bin zaid ra. Adalah manusia biasa. Beliau telah memimpin pasukan perang. Umar bin Khattab adalah salah satu anggota dalam pasukannya. Serta banyak lagi sahabat-sahabat terkenal dalam pasukan itu. Perlu kita ingat bahwa umur Usamah waktu itu masih 18 tahun. Dalam usia yang sebelia itu beliau telah menjadi panglima perang yang dipilih oleh Rasulullah saw.
Kita mungkin pernah mengenal Thariq bin ziyad ra. Beliau adalah penakluk sapanyol, ingat umur beliau waktu itu adalah 17 tahun. Thariq lah yang berani membakar seluruh kapal-kapal perang pasukan muslim. Ketika pasukan msulim dilanda kecemasan dan ketakuran. Kata-katanya, setelah membakar kapal-kapal itu, tertulis dalam sejarah dengan tinta emas, “wahai pasukanku, di hadapan kita adalah musuh yang siap menyerang di belakang kita adalah samudera nan luas kalau kita maju kita akan mati syahid. Sedangkan kalau kita mundur kita juga akan mati, tapi kita mati dalam keadaan terhina.” Kata-katanya mengobarkan semangat tempur pasukan muslim waktu itu. Tidak lama kemudian Spanyol ditaklukkan. Sekali lagi, perlu kita ingat umurnya baru 17 tahun.
Muhammad bin Qosim, seorang pemuda yang masih berumur 20 tahun, telah memimpin pasukan, dan berhasil menislamkan negeri hindustan, sungguh prestasi yang luar biasa untuk ukuran seorang anak muda.
Konon, Sunan Ampel darang ke tanah Jawa ini pada umur yang juga masih sangat belia. Waktu itu beliau berumur 19 tahun. Prestasi yang sangat luar biasa untuk ukuran seorang pemuda. hampir seluruh jawa telah diislamkan, sebab pengorbanan beliau.
Marilah kita memposisikan Rasulullah sebagai “manusia bumi” yang tidak asing bagi kita sehingga mudah kita contoh. Dan para sahabat, serta para penerusnya juga sebagai manusia biasa. Aisyah r.ha adalah manusia biasa, seperti wanita pada umumnya. Usamah bin zaid adalah manusia biasa seperti kita, thariq bin Ziyad ra. Juga manusia biasa seperti kita. Muhammad bin Qosim juga manusia biasa seperti kita. sunan ampel juga manusia biasa seperti kita. jika mereka mampu berprestasi kenapa kita tidak ?.
Janganlah kita berfikir bahwa mereka adalah “Super Human”. Sehingga mempersulit kita untuk meniru mereka. Mereka berprestasi dengan kesempatan hidup yang sama, waktu dan nafas yang sama seperti kita.
Saudaraku anggaplah kita seperti John Landy, dan pelari-pelari berikutnya. Setelah melihat keberhasilan Roger Bannister, pikiran kita akan berubah. Bahwa kita akan mampu berlari secepat mereka. Setelah kita melihat Rasulullah saw., Sahabat, Tabi’ien, Tabi’ut Tabi’ien, dan para Ulama setelah mereka. Kita pun akan mampu berprestasi seperti mereka. Mari kita lanjutkan tongkat estafet mereka, dengan berprestasi (imq)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar