Kamis, 16 April 2009

Patuh, Gerbang Awal Menuju Kesuksesan




kita bahas lebih jauh tentang masalah ini. Apa bedanya loper Koran dengan wartawan, lalu apa bedanya karyawan dengan pimpinan, dan apa bedanya kondektur dengan direktur, dan pengemis dengan artis. Sebenarnya perbedaan diantara barisan kata pertama (Loper koran dll) dengan barisan kata kedua (Direktur dll) yang sangat mencolok adalah dari segi penghasilan dan posisi saja. Namun, apa yang menyebabkan hal itu bisa terjadi ? semua hal itu terjadi karena orang pada golongan kedua mau berusaha, tepat sekali ! kebanyakan orang pada barisan kata pertama (loper Koran, dll) takut untuk melakukan suatu inovasi baru, mereka tidak bisa melakukan hal lain selain hal itu, kadangpula mereka tak bisa mengelola penghasilan mereka sehingga mereka mengalami defisit dimana pengeluaran lebih besar daripada pendapatan, selain itu mereka tidak dapat bekerja profesional, serta tidak mempunyai jiwa kreatif, dan penyebab terakhir banyak diantara mereka putus sekolah di tengah jalan, ada yang hanya lulusan SD, SMP.

Kejadian di atas bukan merupakan salah bunda mengandung, atau ayah yang tidak bisa menyekolahkan anak mereka hingga ke jenjang perguruan tinggi. Tapi, karena kebanyakan orang-orang sekarang sukanya hanya santai, dan main-main saja, tidak mau mencari keterampilan melalui workshop, dan seminar-seminar, padahal biasanya acara tersebut banyak yang gratis. Kenapa kita mau menyia-nyiakan kesempatan itu. Selain memperkaya ilmu, kita juga dapat mencari pengalaman. “Pengalaman adalah guru terbaik” . bagi kita yang latar belakang pendidikannya rendah, tidak usah berkecil hati karena seperti yang kita ketahui kebanyakan Direktur Perusahaan-perusahaan besar di Indonesia ada yang dari lulusan sd dan smp saja. Oleh karena itu dengan sering mengikuti workshop dan seminar-seminar dengan izin Allah kita akan mengikuti jejak direktur perusahaan di Indonesia.

Dan yang menjadi pokok bahasan kali ini adalah, jika kita ingin berhasil marilah kita MEMATUHI PERINTAH, baik kepada Allah dan rasulnya, orang tua, guru, dan pimpinan. Kenapa dengan mematuhi perintah saja kita dapat meraih keberhasilan ? karena dengan mematuhi perintah itu kita akan semakin terampil, dan bisa melakukan banyak hal, dan juga kita bisa lebih berani dalam melakukan suatu hal karena sudah mendapat arahan dari si pemberi perintah sehingga kita memiliki jiwa yang kreatif dan inovatif yang selalu berani mengambil resiko, serta kita juga bisa lebih bertanggung jawab, dan disiplin tentunya.

Seperti kata pepatah, “Berakit-rakit kita ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian”. Jika kita ingin berhasil atau sukses, tak apalah kita seperti menjadi buruh, Direktur utama PT. Sari Ayu Martha Tilaar selalu menguji calon pimpinannya untuk bekerja di lapisan bawah dahulu sebelum menjabat menjadi direktur, bahkan semua anak-anaknya sendiri tidak lulus dalam ujian itu, hal itu karena mereka tidak mau berusaha dari nol dahulu. Jika kita mau berusaha, dari juru ketik bisa menjadi sekretaris, dari seorang teknisi computer bisa menjadi Pengusaha Warnet dan Rental computer. Dari kondektur bisa menjadi sopir, dan bisa juga menjadi pimpinan salah satu perusahaan angkutan umum di Indonesia. Jika kita mau berusaha pula Dari usahanya loper Koran, karena sering membaca Koran akhirnya menjadi wartawan, lalu menjadi jurnalis dan penulis. Banyak jalan menuju Roma pepatah tersebut seolah menggambarkan bahwa keberhasilan dapat ditempuh dengan berbagai cara, baik dengan bekal keterampilan, baik dengan gelar, pokoknya banyak upaya untuk mendapatkan keberhasilan. Tapi, apabila kita berhasil janganlah santai-santai saja, Kita contoh DAHLAN ISKAN, direktur Koran JAWA POS, tidak pernah melewatkan Koran miliknya tidak terisi oleh tulisan halus beliau, padahal beliau sudah menjadi bos yang memilki ratusan jurnalis dan juru ketik.

kembali ke pokok bahasan, Allah berfirman, “Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan’ (QS. An-Nur : 52). Kata “taat” pada ayat tersebut bisa kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu Selain kepada Allah dan Rasulnya, juga kepada orang tua, guru dan pimpinan. Dalam lanjutan ayat tersebut dikatakan “.. maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan” dan apabila kita telah menaati segala perintah, maka tak pelak kita akan mendapatkan kemenangan. Janji Allah pasti akan kita dapatkan, baik diberikan saat ini ataupun diberikan kelak di akhirat. Tidak usah didengarkan ajakan orang untuk melakukan hal-hal yang sia-sia atau hal-hal yang negatif karena ketahuilah sesungguhnya ajakan itu adalah ajakan syaitan. Hiraukan pula ejekan dan cemooh orang-orang yang mengatakan kita itu sok pintar, sok rajin, tidak gaul, tidak keren, kurang kerjaan. Padahal sebenarnya yang kurang kerjaan adalah mereka sendiri. Setiap harinya hanya berjalan kesana kesini. Jangan dengarkan pula omongan orang yang mengatakan kita itu seperti pembantu, buruh, karena ketahuilah membantu dalam urusan besar akan membuat kita berkecimpung dalam urusan itu dan akan mendapatkan urusan itu.

Tapi untuk hal-hal yang positif, kita diwajibkan untuk mendengarnya bahkan mengamalkannya, jika ada orang tua yang memberikan kata-kata bijak, dengarkanlah barangkali bisa membantu kita dalam mencapai cita-cita kita yaitu keberhasilan. Selain mendengarkan kita juga harus mengamalkannya, apa guna ilmu tanpa amal. Ketahuilah bahwa kita sengsara, kita susah, kita menderita, itu bukan karena siapa-siapa, itu semua kita yang berbuat. Hal itu karena kita sama sekali tidak pernah taat kepada semua perintah, terutama perintah Allah. Padahal sungguh, setiap desah nafas yang kita hembuskan adalah amanah dari ALLAH SWT, dan sebagai titipan wadah yang harus kita isi dengan amal-amal kebaikan. Sedangkan hak ketuhanan tetap berlaku pada tiap detik yang dilalui oleh seorang hamba. Abul Hasan lebih lanjut mengatakan, "Pada tiap waktu ada bagian yang mewajibkan kepadamu terhadap ALLAH SWT (yaitu beribadah)".

Jadi sungguh sangat aneh jika kita bercita-cita ingin bahagia, ingindimudahkan urusan, ingin dimulyakan, tapi justru amal-amal yang kita lakukan ternyata menyiapkan diri kita untuk hidup susah. Yaitu kita tidak pernah taat, bagaimana kita bisa sukses jika kita tidak taat kepada Allah dan RASulnya ? siapa yang telah memberi kita hidup, siapa yang memberi kita rezeki, siapa yang mengajarkan kita islam, kalau bukan Allah dan Rasulnya. bagaimana kita bisa berhasil apabila kita tidak taat kepada orang tua ? siapa yang akan menyekolahkan kita, siapa yang akan membiayai kita, siapa yang akan merawat kita. Lalu bagaimana kita bisa sukses jika kita tidak patuh dengan guru kita ? siapa yang telah memberi ilmu kita, siapa yang mengajari kita keterampilan, jika bukan guru kita. Dan yang terakhir, bagaimana kita bisa sukses jika kita taat dengan pimpinan kita ? siapa yang memberi kita pekerjaan, siapa yang memberi kita gaji.

Marilah kita biasakan bagi kita untuk selalu berbuat patuh, patuh kepada Allah dan RAsulnya, patuh kepada orang tua, patuh kepada guru, patuh kepada pimpinan. Apa guna hidup kita jika kita tidak taat, ibarat orang yang bercita-cita ingin masuk surga tapi amalan-amalan yang dipilih amalan-amalan maksiat. Ibarat orang yang ingin kesuksesan tapi justru memilih kesengsaraan. Ibarat orang yang ingin disegani, tapi selalu kurang ajar kepada orang. Tanamkan prinsip “Biasakan disuruh, jika kau ingin menyuruh”. Maka, marilah kita sederhanakanlah hidup kita, paksakan diri ini untuk taat kepada perintah ALLAH, kalau belum bisa ikhlas dan ringan dalam beribadah. Mudah-mudahan ALLAH yang melihat kegigihan diri kita memaksa diri ini, nanti dibuat jadi tidak terpaksa karena Dia-lah yang Maha Menguasai diri ini. (imq)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar