Rahasia Borobudur ! Yaps inilah yang akan kita bahas pada edisi kali ini, ada apa dengan Borobudur ? ingatkah kita dengan sabda Nabi saw. Yang berbunyi ”Ummatku akan terpecah jadi 73 golongan dan 1 yang benar.” Ternyata bilangan 73 dan 1 ini kita temukan di Borobudur. Yaitu ternyata setelah dihitung dan diteliti Jumlah stupa pada Borobudur ada 73 stupa, dan ada satu stupa yang kosong.
Stupa yang kosong itu berada pada stupa nomor urut ke 6, di lingkaran pertama. dengan putaran sesuai jarum jam dari dalam dan sama dengan 67 berlawanan jarum jam dari luar, yang mengingatkan pada Al-Qur’an (006,067)
”Untuk setiap kabar ada tempat duduknya” (QS. Al-An’am (6) : 067)
BOROBUDUR, demikian nama sebuah Bangunan di bagian tengah Pulau Jawa (Jawa Tengah). Satu pulau yang tidak demikian besar di Indonesia.
Bangunan ini sudah berabad-abad sebagai Misteri yang belum terpecahkan, seperti “dari mana asal batunya ?” Bangunan ini tidak ada duanya di dunia. Ia berdiri gagah di tengah-tengah pulau Jawa, yang pada masa lalu dengan tepat dilalui oleh gelap gerhana Matahari.
Adakah itu kebetulan ? Banyak sudah penerkaan terhadap Misteri Bangunan ini. Namun semuanya masih memiliki tanda tanya besar. “Siapa yang telah membangunnya ?”
“Pembuktian Terbalik” KH. Fahmi Basya, merupakan penemuan yang sudah bertahun-tahun dia lakukan. Bahwa sesungguhnya : Borobudur, Pawon dan Mendut Menggambarkan posisi sebuah Gerhana. Ini suatu pesan hebat, sebelum ilmu pengetahuan kita mencapai itu. Dan sekaligus ia memberi kabar kepada kita bahwa Borobudur itu Gambar Matahari.
Borobudur itu gambar Paku Palunya Pulau Jawa, dan di tengahnya ada paku yang menghubungkan dia dengan kayu pemegang
Coba renungkan awal kisahnya
Dan perhatikan fakta-faktanya. Sebagai gambar gerhana, Arupa Dhatu memadai sebagai gambar matahari
Gambar Gerhana Matahari , Jadi gambar seorang Laki-Laki di Mendut itu adalah Lambang Manusia di Bumi. Sebab itu Pawon yang mewakili bulan tidak ada gambar apa-apa. Al-Qur’an merupakan Satu Kitab yang hebat, siapakah yang telah membuatnya hanyalah Allah. Al-Qur’an menyimpan Banyak Rahasia dan masih banyak rahasia Al-Qur’an yang masih belum dipecahkan. Termasuk Borobudur ini !
Allah berfirman : ”Dan malaikat atas bagian-bagiannya, dan memikul ‘Arsy Rabbi mu di atas mereka, pada hari itu DELAPAN.” (QS. Al-Haqqoh : 17)
Jadi susunan matematika pada A Rupa Dhatu memenuhi kriteria yang disebut di dalam Al-Quran, sebagai sesuatu yang dikelilingi 8 objek. Fenomena itu semakin menarik karena setiap bagian dari yang delapan itu melihatkan fenomena 2,3,4. maksudnya urutan Stupa pada Lingkaran pertama dari dalam ada 2 stupa, lingkaran kedua ada 3 stupa, dan lingkaran ketiga ada 4 stupa. Hal ini senada dengan Firman Allah :
”Semua kebendaan kepunyaan Allah Penyusun langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan yang mempunyai sayap 2 dan 3 dan 4. Dia tambah pada ciptaan-Nya apa-apa yang Dia kehendaki, sesungguhnya Allah atas tiap sesuatu berkuasa. ” (QS. Fathir : 1)
Kesimpulannya :
A Rupa Dhatu adalah Gambar ‘Arsy.
Pertanyaannya : Siapa punya, siapa yang membuat, dari mana batunya, mengapa bisa demikian dan seterusnya…………… Jawabnya : Ia adalah Arsy Ratu Saba’ / Balqis yang dipindah pada zaman Nabi Sulaiman dari Daratan Tinggi Golan.
Sehingga tidak menutup kemungkinan Borobudur merupakan kerajaan Saba’, Kerajaan Ratu Balqis, ratunya Nabi Sulaiman. Dimana ada bukti di dataran tinggi Golan, tepatnya di daerah Arab. Ada bekas Pondasi yang sama ukuran dan panjangnya dengan ukuran Borobudur.
Bronze Age Circles on the Golan Heights
Ini dia bekasnya di Tanah Tinggi Golan itu .
Sebelum itu, kita baca dulu firman Allah Surat An-Naml : 15-44 yang menceritakan perjalanan Nabi Sulaiman.
” 15. Dan sungguh kami telah beri ilmu kepada Dawud dan Sulaiman, dan mereka berkata: “Semua kebendaan kepunyaan Allah yang telah lebihkan kami atas kebanyakan hamba-hamba-Nya yang beriman.
16. Dan Sulaiman mewarisi Dawud, dan ia berkata: “Hai manusia, kami telah diajar omongan burung, dan telah diberi kepada kami tiap sesuatu. Sesungguhnya ini ialah satu kurnia yang nyata.” 17. Dan dikumpulkan bagi Sulaiman tentaranya dari Jin dan manusia dan burung, tetapi mereka dibagi-bagi. 18. Hingga ketika mereka sampai di Lembah Semut, berkata seekor semut: “Hai semut-semut masuklah ke tempat-tempat kediaman kamu, supaya tidak diinjak-injak kamu oleh sulaiman dan tentaranya dalam keadaan mereka tidak sadar.
19. Maka ia tertawa dengan tersenyum, dari perkataannya dan ia katakan :” Rabbi berilah kepada ku hidayat supaya aku bersyukur atas nikmat Mu yang Engkau berikan kepada ku dan kepada ibu bapak ku, dan supaya aku beramal shalih yang Engkau ridhai dan masukkanlah aku dengan rahmat Mu dalam hamba-hamba Mu yang shalih. 20. Dan ia periksa burung, lalu ia berkata :”Mengapa aku tidak lihat Hud-Hud ?, apa ia dari mereka yang tidak hadir ?” 21. ”Sesungguhnya aku akan siksa dia siksaan yang keras atau aku sembelih dia, kecuali ia datang kepada ku dengan alasan yang nyata” 22. Maka ia berhenti tidak jauh, lalu ia berkata: “Aku dapat tahu apa yang engkau tidak tahu, dan aku bawa kepadamu dari Saba’ kabar yang yakin” 23. ”Sesungguhnya aku dapati seorang perempuan memerintah mereka, dan dia diberi tiap sesuatu, dan adalah baginya ‘Arsy yang besar”
24. ”Dan aku dapati dia dan kaumnya menyembah matahari, tidak Allah, karena setan hiaskan bagi mereka amal-amal mereka. Lalu ia halangi mereka dari jalan, lantaran itu mereka tidak terpimpin”
25. ”Supaya tidak mereka sujud kepada Allah yang keluarkan sesuatu yang tersembunyi di langit dan bumi, dan tahu apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu lahirkan” 26. ”Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia Penguasa ‘Arsy yang besar” 27. Ia (sulaiman) berkata: “Nanti kami lihat, apa engkau benar atau engkau dari orang-orang yang berdusta. 28. ”Pergilah dengan kitab ku ini, lalu campakkan kepada mereka, kemudian engkau berpaling dari mereka, tetapi lihat apa yang mereka jawab” 29. Ia (ratu saba’) berkata: “Hai para malak, sesungguhnya telah dicampakkan kepada ku satu Kitab yang tegas”
30.”Sesungguhnya dia dari Sulaiman, dan sesungguhnya dia Bismillaahhirrahmaanirrahiim” 31. ”Bahwa janganlah kamu berlaku sombong kepada ku, dan datanglah kepada ku dengan menyerah diri”
32. Ia berkata: “Hai para malak, berilah pendapat kepada ku dalam urusan ku, tidak aku akan memutuskan urusan hingga kamu saksikan aku” 33. Mereka berkata: “Kita mempunyai kekuatan dan keberanian yang dahsyad, tetapi urusan itu terserah kepada mu, maka lihatlah apa yang hendak engkau mau perintah”
34. Ia (ratu saba’) berkata: “bahwa sesungguhnya raja-raja, apabila masuk suatu negeri, mereka rusakkan dia dan penduduknya yang mulia mereka jadikan hina, dan begitu mereka akan berbuat”.
35. ”Dan aku akan kirim kepada mereka satu hadiah, maka aku akan tunggu, dengan apakah akan kembali utusan-utusan”
36. Maka ketika datang kepada Sulaiman, ia berkata: “Apa kamu hendak bantu aku dengan harta ?. Karena apa yang Allah beri kepadaku lebih baik daripada apa yang Dia beri kepada kamu, tetapi kamu bergembira dengan hadiah kamu” 37. Kembalilah kepada mereka, sesungguhnya kami akan datangi mereka dengan tentara-tentara yang mereka tidak akan berdaya menghadapinya, dan kami akan keluarkan mereka dari padanya dalam keadaan terhina, sedang mereka merendah diri.” 38. Ia (Sulaiman) berkata: “Hai para mala’ siapa dari kamu yang bisa membawa ‘Arsy nya sebelum mereka datang kepadaku dalam keadaan menyerah diri ?”. 39. Berkata Ifrit dari Jinn: “Aku akan datangkan dia kepadamu sebelum engkau berpisah dari tempat berdirimu, dan aku atasnya kuat terpercaya” 40. Berkata yang di sisinya ada ilmu dari Kitab: “Aku akan datangkan dia kepadamu sebelum pandanganmu kembali kepada mu”. Maka ketika ia lihat dia terletak di sisinya, ia berkata: “Ini sebagian dari kurnia Rabbi ku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau kufur. Dan siapa bersyukur, maka ia bersyukur untuk dirinya, dan siapa kufur, maka sesungguhnya Rabbi ku Maha Kaya lagi Maha Tegas. 41. Ia berkata: “Ukirlah untuknya ‘Arsy nya, kita lihat apakah ia dari orang yang kenal atau dari orang yang tidak kenal” 42. Maka ketika ia datang, ditanya: “Apakah ini ‘Arsy mu ?” Ia jawab: “Seperti sesungguhnya dia” dan “kami telah diberi ilmu dari sebelumnya dan adalah kami orang-orang yang menyerah diri”.
43. Dan ia halangi dia dari apa yang pernah ia sembah selain dari Allah, sesungguhnya dia dari kaum yang kafir. 44. Dikatakan kepadanya: “masuklah ke shorhu”. Maka ketika ia lihat dia, ia sangka kolam, ia singsingkan dari dua kakinya. Ia berkata: “Sesungguhnya dia itu shorhu yang dikilatkan dengan kaca”. Ia berkata: “Rabbi, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku, tetapi sekarang aku menyerah bersama Sulaiman kepada Allah Rabbi alam seluruhnya” (QS. An-Namlu : 15-44)
Demikian rahasia Borobudur yang sedikit dapat saya sampaikan, mungkin ini merupakan sesuatu yang baru, tapi mampu meningkatkan keimanan kita kepada Allah dengan sering melihat kekuasaannya yang maha Dahsyat, mari kita kuak Rahasia Al-Qur’an, agar kita senantiasa ingat Kepada Allah bahwa semua yang ada di dunia ini Milik Allah, hanya Allahlah yang kuasa, yang mampu melakukan segala sesuatu, Allahlah yang menciptakan Bumi dan Langit beserta segala isinya. Untuk itu mari kita tngkatkan Iman dan Taqwa kita kepada Allah.
DIKUTIP DARI : www.ssq.dla.com
KH. FAHMI BASYA ..
Sains Spiritual Qur’an.
Dakwah Lil-Alamin (SSQ.DLA).
Senin, 08 Februari 2010
MEMELIHARA AMANAT & MENEPATI JANJI
”Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, ........
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat
(yang dipikulnya) dan janjinya," (QS. AL-Mukminuun : 1 , 8)
inilah salah satu tanda iman yaitu orang yang selalu memelihara amanat, dan selalu menepati janjinya. Karena orang yang selalu Menjaga Amanat, dan menepati janji, tidak tergolong pada golongan Orang Munafik. Seperti sabda rasulullah : ”Tanda-tanda Orang Munafik, ada tiga : Apabila Berkata Bohong, Apabila berjanji tidak ditepati, apabila dipercaya selalu berkhianat.”
KENAPA KITA HARUS SELALU MEMELIHARA AMANAT ?
karena Amanat adalah suatu Kepercayaan yang diberikan kepada kita untuk diamalkan sebaik mungkin. Suatu kepercayaan itu dipilih karena barangkali kita yang paling mampu untuk melaksanakan kepercayaan itu. Seperti terpilihnya sebagai kita sebagai Kepala Negara, bukan berarti kita terpilih kita bebas melakukan apa yang kita inginkan, kepercayaan dan amanah yang diberikan pada kita harus kita laksanakan dengan sebaik-baiknya, apa yang diinginkan oleh Rakyatnya harus terpenuhi, selalu mendengar apa yang diharapkan masyarakat dan melihat kondisi rakyat-rakyatnya. Bahkan pada Era Kekhalifahan Khulafaur Rasyidin, beliau berpesan kepada Kepala wilayahnya, jangan sampai Ayam di Negara kita terjatuh gara-gara jalanan kita yang rusak. Bahkan para Khulafaur Rosyidin rela keliling seluruh Negeri pada Malam hari secara gerilya, untuk melihat dengan mata kepala sendiri kondisi rakyatnya.
Begitu besar rasa tanggung jawab yang dimiliki oleh para Khulafaur Rasyidin, mereka selalu memikirkan kondisi rakyatnya bahkan sampai lupa memikirkan dirinya sendiri, saat melihat kondisi rakyatnya yang merana. Mereka selalu berusaha semaksimal mungkin, bekerja keras demi semua rakyatnya sejahtera, dan mempunyai lapangan Pekerjaan.
Sejenak kita bandingkan dengan Kepemimpinan di Negara kita, masih banyak jalanan yang rusak yang menghambat semua kegiatan masyarakat kita, masih banyak anak bangsa ini yang tidak mendapatkan kesempatan untuk menikmati indahnya pendidikan, masih banyak masyarakat kita yang tidak mampu berobat karena tidak memiliki biaya, masih ada jutaan Sarjana dan Orang yang tidak memiliki pekerjaan, namun, melihat kekurangan Kinerja Pemerintah kita juga jangan selalu merendahkan Pemerintah seperti Firman Allah : ”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul (nya), dan ulil amri di antara kalian. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya),” (QS. An-Nisaa’ : 59).
Ulul Amri atau yang biasa disebut Pemerintah, wajib kita taati semua kebijakannya. Tapi jika kebijakan itu bertentangan dengan kepentingan Rakyat, maka kembalikan kepada AL-Qur’an dan Sunnah RASUl. Dan terus kita do’akan agar pemerintah kita mendapatkan hidayah, sehingga mampu bekerja dengan baik, bersih dari korupsi, dan selalu memihak Rakyat dalam memutuskan semua kebijkannya. Ketahuilah semua Kebijakan pemerintah kita akan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat, semua keadaan rakyat di masa kepemimpinannya akan dipertanyakan di akhirat. Jadi kita serahkan semua kepada Allah, karena semua ini sudah menjadi Taqdir Allah di yaumul Mahfudz dulu. Kita serahkan kepada Allah, sebaik dan seburuk apapun kinerja Pemimpin kita, itu adalah pemimpin kita yang telah kita pilih saat Pemilu dulu, jika memang ada Kinerja-Kinerjanya dalam 100 hari Pemerintahannya ada yang kurang berkenan di Hati kita, kita seharusnya berpikir kenapa dahulu memilih mereka. Itu adalah pilihan kita yang harus kita terima, dan jalani. Dan jika kecewa dengan Kinerjanya pada Pemilu kelak, pilihlah pemimpin yang terbaik, yang mampu membela rakyat.
FAKTOR PENYEBAB RUSAKNYA PARA PEMIMPIN : Lemahnya pengamalan prinsip agama, Senang mengikuti hawa nafsu dan kesenangan dunia belaka, Sikap kolusi dan nepotisme yang berlebihan, Teman dan penasihat kepercayaan yang tidak baik atau menjadikan orang-orang kafir sebagai pembantu kepercayaan, Menyerahkan kekuasaan dan jabatan kepada orang-orang yang tidak berjiwa patriot dan ihklas, Diktator dalam mengendalikan kekuasaan, Tekanan internasional terhadap para pemimpin, Terpengaruh dengan sistim negara-negara kafir dan meninggalkan sistim Islam.
Rasulullah saw. bersabda : "Barangsiapa yang mendapatkan dari pemimpin sesuatu yang tidak menyenangkan, maka hendaklah bersabar, sesungguhnya barangsiapa yang keluar dari pemimpin, maka meninggal dalam keadaan jahiliyah (BODOH)". (HR. Al-Bukhari) Abdullah Ibnu Abbas berkata: "Pemimpin adalah ujian bagi kalian, apabila mereka bersikap adil, maka dia mendapat pahala dan kamu harus bersyukur dan apabila dia zhalim, maka dia mendapatkan siksa dan kamu harus bersabar." Imam Nawawi berkata: "Barangsiapa yang mendiamkan kemungkaran seorang pemimpin tidak berdosa kecuali dia menunjukkan sikap rela, setuju atau mengikuti kemungkaran tersebut."
Orang yang selalu memelihara amanat, indikasinya selalu memiliki rasa tanggung jawab, karena ketahuilah semua amanat yang diberikan kepada kita akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak, amanat tidak hanya berupa Terpilihnya kita menjadi Pemimpin, seorang anak juga merupakan amanat yang akan dpertanggungjawabkan kelak, sudahkah anak tersebut bisa membaca Al-Qur’an, sudahkah anak anda beribadah kepada Allah ? Hal Haram apakah yang pernah dilakukan oleh kita ? bagaimana dan Apa saja yang dilakukan oleh Anak kita akan kita pertanggungjawabkan kelak, jadi DIDIKLAH anak kita sebaik mungkin, karena itu adalah Amanat yang diberikan kepada kita.
KENAPA KITA HARUS MENEPATI JANJI ?
Karena Janji adalah hutang, dan Hutang harus Dibayar, dan jika sampai matipun belum dibayar, Hutang tersebut wajib dibayar oleh keluarga.
Janji adalah suatu kesepakatan yang dilakukan oleh kedua belah pihak untuk melakukan sesuatu, seperti saat kita janjian akan bertemu teman kita di suatu tempat, jika teman kita tersebut tidak datang, padahal kita sudah menunggu berjam-jam. Bagaimana perasaan kita ? jengkel tentunya ! begitu pula dengan Janji Pemimpin kita kepada Rakyat yang hingga saat ini masih banyak yang belum ditepati, bagaimana perasaan Rakyat ? Jengkel dan Marah tentunya, sehingga membuat DEMO Besar-besaran pada Hari Kamis 28 Januari 2010 Kemarin. Itu adalah ekspresi kemarahan rakyat terhadap janji-janji pemerintah yang masih belum ditepati.
Maka, mulai sekarang jadilah orang yang selalu menepati janji, dan jangan suka mengumbar suatu janji yang belum tentu bisa kita lakukan. Maka islam menganjurkan untuk mengucapkan ” Insya Allah ” saat akan melakukan sesuatu. Karena Allah tahu, kemampuan Manusia ada batasnya, tidak ada yang mampu mengetahui takdirnya , satu jam yang akan datang, sehingga apabila kita berjanji ucapkan Insya Allah, mengapa karena selain berdo’a kepada Allah agar mampu menepati janji itu, janji itu tidak terikat dan apabila kita benar lupa atas izin Allah janji itu gugur. Jadi, sekarang kita renungkan janji-janji apa yang belum kita lakukan, baik itu janji kepada kita sendiri , janji kepada Makhluk, Janji kepada Allah.
Allah Berfirman : ”(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Imron : 76). Orang yang selalu menepati Janji indikasinya adalah JUJUR, ia selalu mengamalkan apa yang berani dia ucapkan, atau ia janjikan. Ia tidak membohongi janji-janjinya, Rasulullah bersabda : ”Maukah kalian aku beritahukan sesuatu (yang jika kalian laksanakan) kalian dapat memiliki semua (Pahala semua Amal Ibadah) itu ?, saya berkata : Mau ya Rasulullah. Maka Rasulullah memegang lisannya lalu bersabda: Jagalah ini (dari perkataan kotor/buruk). Sahabat berkata: Ya Nabi Allah, apakah kita akan dihukum juga atas apa yang kita bicarakan ?, beliau bersabda: Ah kamu ini, adakah yang menyebabkan seseorang terjungkel wajahnya di neraka –atau sabda beliau : diatas hidungnya- selain buah dari yang diucapkan oleh lisan-lisan mereka”. (HR. Turmudzi) jadi, jaga mulut kita dari Janji-janji yang memberatkan diri kita.
Marilah kita menjadi seorang yang selalu memelihara Amanat, dan Menepati Janji, agar kita tergolong menjadi orang yang beriman. Orang yang selalu mengamalkan Kepercayaan yang diberikan kepadanya, orang yang yang tidak mau menodai amanat yang diberkan kepadanya, orang yang selalu sama antara lisan, hati, dan perbuatan. Orang yang selalu Jujur kepada dirinya sendiri, jujur kepada Makhluk, dan juga juga jujur Kepada Allah dan Rasul-Nya. Semoga kita digolongkan menjadi golongan orang yang selalu memelihara Amanat dan Menepati Janji. (imq)
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat
(yang dipikulnya) dan janjinya," (QS. AL-Mukminuun : 1 , 8)
inilah salah satu tanda iman yaitu orang yang selalu memelihara amanat, dan selalu menepati janjinya. Karena orang yang selalu Menjaga Amanat, dan menepati janji, tidak tergolong pada golongan Orang Munafik. Seperti sabda rasulullah : ”Tanda-tanda Orang Munafik, ada tiga : Apabila Berkata Bohong, Apabila berjanji tidak ditepati, apabila dipercaya selalu berkhianat.”
KENAPA KITA HARUS SELALU MEMELIHARA AMANAT ?
karena Amanat adalah suatu Kepercayaan yang diberikan kepada kita untuk diamalkan sebaik mungkin. Suatu kepercayaan itu dipilih karena barangkali kita yang paling mampu untuk melaksanakan kepercayaan itu. Seperti terpilihnya sebagai kita sebagai Kepala Negara, bukan berarti kita terpilih kita bebas melakukan apa yang kita inginkan, kepercayaan dan amanah yang diberikan pada kita harus kita laksanakan dengan sebaik-baiknya, apa yang diinginkan oleh Rakyatnya harus terpenuhi, selalu mendengar apa yang diharapkan masyarakat dan melihat kondisi rakyat-rakyatnya. Bahkan pada Era Kekhalifahan Khulafaur Rasyidin, beliau berpesan kepada Kepala wilayahnya, jangan sampai Ayam di Negara kita terjatuh gara-gara jalanan kita yang rusak. Bahkan para Khulafaur Rosyidin rela keliling seluruh Negeri pada Malam hari secara gerilya, untuk melihat dengan mata kepala sendiri kondisi rakyatnya.
Begitu besar rasa tanggung jawab yang dimiliki oleh para Khulafaur Rasyidin, mereka selalu memikirkan kondisi rakyatnya bahkan sampai lupa memikirkan dirinya sendiri, saat melihat kondisi rakyatnya yang merana. Mereka selalu berusaha semaksimal mungkin, bekerja keras demi semua rakyatnya sejahtera, dan mempunyai lapangan Pekerjaan.
Sejenak kita bandingkan dengan Kepemimpinan di Negara kita, masih banyak jalanan yang rusak yang menghambat semua kegiatan masyarakat kita, masih banyak anak bangsa ini yang tidak mendapatkan kesempatan untuk menikmati indahnya pendidikan, masih banyak masyarakat kita yang tidak mampu berobat karena tidak memiliki biaya, masih ada jutaan Sarjana dan Orang yang tidak memiliki pekerjaan, namun, melihat kekurangan Kinerja Pemerintah kita juga jangan selalu merendahkan Pemerintah seperti Firman Allah : ”Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah rasul (nya), dan ulil amri di antara kalian. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya),” (QS. An-Nisaa’ : 59).
Ulul Amri atau yang biasa disebut Pemerintah, wajib kita taati semua kebijakannya. Tapi jika kebijakan itu bertentangan dengan kepentingan Rakyat, maka kembalikan kepada AL-Qur’an dan Sunnah RASUl. Dan terus kita do’akan agar pemerintah kita mendapatkan hidayah, sehingga mampu bekerja dengan baik, bersih dari korupsi, dan selalu memihak Rakyat dalam memutuskan semua kebijkannya. Ketahuilah semua Kebijakan pemerintah kita akan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat, semua keadaan rakyat di masa kepemimpinannya akan dipertanyakan di akhirat. Jadi kita serahkan semua kepada Allah, karena semua ini sudah menjadi Taqdir Allah di yaumul Mahfudz dulu. Kita serahkan kepada Allah, sebaik dan seburuk apapun kinerja Pemimpin kita, itu adalah pemimpin kita yang telah kita pilih saat Pemilu dulu, jika memang ada Kinerja-Kinerjanya dalam 100 hari Pemerintahannya ada yang kurang berkenan di Hati kita, kita seharusnya berpikir kenapa dahulu memilih mereka. Itu adalah pilihan kita yang harus kita terima, dan jalani. Dan jika kecewa dengan Kinerjanya pada Pemilu kelak, pilihlah pemimpin yang terbaik, yang mampu membela rakyat.
FAKTOR PENYEBAB RUSAKNYA PARA PEMIMPIN : Lemahnya pengamalan prinsip agama, Senang mengikuti hawa nafsu dan kesenangan dunia belaka, Sikap kolusi dan nepotisme yang berlebihan, Teman dan penasihat kepercayaan yang tidak baik atau menjadikan orang-orang kafir sebagai pembantu kepercayaan, Menyerahkan kekuasaan dan jabatan kepada orang-orang yang tidak berjiwa patriot dan ihklas, Diktator dalam mengendalikan kekuasaan, Tekanan internasional terhadap para pemimpin, Terpengaruh dengan sistim negara-negara kafir dan meninggalkan sistim Islam.
Rasulullah saw. bersabda : "Barangsiapa yang mendapatkan dari pemimpin sesuatu yang tidak menyenangkan, maka hendaklah bersabar, sesungguhnya barangsiapa yang keluar dari pemimpin, maka meninggal dalam keadaan jahiliyah (BODOH)". (HR. Al-Bukhari) Abdullah Ibnu Abbas berkata: "Pemimpin adalah ujian bagi kalian, apabila mereka bersikap adil, maka dia mendapat pahala dan kamu harus bersyukur dan apabila dia zhalim, maka dia mendapatkan siksa dan kamu harus bersabar." Imam Nawawi berkata: "Barangsiapa yang mendiamkan kemungkaran seorang pemimpin tidak berdosa kecuali dia menunjukkan sikap rela, setuju atau mengikuti kemungkaran tersebut."
Orang yang selalu memelihara amanat, indikasinya selalu memiliki rasa tanggung jawab, karena ketahuilah semua amanat yang diberikan kepada kita akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak, amanat tidak hanya berupa Terpilihnya kita menjadi Pemimpin, seorang anak juga merupakan amanat yang akan dpertanggungjawabkan kelak, sudahkah anak tersebut bisa membaca Al-Qur’an, sudahkah anak anda beribadah kepada Allah ? Hal Haram apakah yang pernah dilakukan oleh kita ? bagaimana dan Apa saja yang dilakukan oleh Anak kita akan kita pertanggungjawabkan kelak, jadi DIDIKLAH anak kita sebaik mungkin, karena itu adalah Amanat yang diberikan kepada kita.
KENAPA KITA HARUS MENEPATI JANJI ?
Karena Janji adalah hutang, dan Hutang harus Dibayar, dan jika sampai matipun belum dibayar, Hutang tersebut wajib dibayar oleh keluarga.
Janji adalah suatu kesepakatan yang dilakukan oleh kedua belah pihak untuk melakukan sesuatu, seperti saat kita janjian akan bertemu teman kita di suatu tempat, jika teman kita tersebut tidak datang, padahal kita sudah menunggu berjam-jam. Bagaimana perasaan kita ? jengkel tentunya ! begitu pula dengan Janji Pemimpin kita kepada Rakyat yang hingga saat ini masih banyak yang belum ditepati, bagaimana perasaan Rakyat ? Jengkel dan Marah tentunya, sehingga membuat DEMO Besar-besaran pada Hari Kamis 28 Januari 2010 Kemarin. Itu adalah ekspresi kemarahan rakyat terhadap janji-janji pemerintah yang masih belum ditepati.
Maka, mulai sekarang jadilah orang yang selalu menepati janji, dan jangan suka mengumbar suatu janji yang belum tentu bisa kita lakukan. Maka islam menganjurkan untuk mengucapkan ” Insya Allah ” saat akan melakukan sesuatu. Karena Allah tahu, kemampuan Manusia ada batasnya, tidak ada yang mampu mengetahui takdirnya , satu jam yang akan datang, sehingga apabila kita berjanji ucapkan Insya Allah, mengapa karena selain berdo’a kepada Allah agar mampu menepati janji itu, janji itu tidak terikat dan apabila kita benar lupa atas izin Allah janji itu gugur. Jadi, sekarang kita renungkan janji-janji apa yang belum kita lakukan, baik itu janji kepada kita sendiri , janji kepada Makhluk, Janji kepada Allah.
Allah Berfirman : ”(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Imron : 76). Orang yang selalu menepati Janji indikasinya adalah JUJUR, ia selalu mengamalkan apa yang berani dia ucapkan, atau ia janjikan. Ia tidak membohongi janji-janjinya, Rasulullah bersabda : ”Maukah kalian aku beritahukan sesuatu (yang jika kalian laksanakan) kalian dapat memiliki semua (Pahala semua Amal Ibadah) itu ?, saya berkata : Mau ya Rasulullah. Maka Rasulullah memegang lisannya lalu bersabda: Jagalah ini (dari perkataan kotor/buruk). Sahabat berkata: Ya Nabi Allah, apakah kita akan dihukum juga atas apa yang kita bicarakan ?, beliau bersabda: Ah kamu ini, adakah yang menyebabkan seseorang terjungkel wajahnya di neraka –atau sabda beliau : diatas hidungnya- selain buah dari yang diucapkan oleh lisan-lisan mereka”. (HR. Turmudzi) jadi, jaga mulut kita dari Janji-janji yang memberatkan diri kita.
Marilah kita menjadi seorang yang selalu memelihara Amanat, dan Menepati Janji, agar kita tergolong menjadi orang yang beriman. Orang yang selalu mengamalkan Kepercayaan yang diberikan kepadanya, orang yang yang tidak mau menodai amanat yang diberkan kepadanya, orang yang selalu sama antara lisan, hati, dan perbuatan. Orang yang selalu Jujur kepada dirinya sendiri, jujur kepada Makhluk, dan juga juga jujur Kepada Allah dan Rasul-Nya. Semoga kita digolongkan menjadi golongan orang yang selalu memelihara Amanat dan Menepati Janji. (imq)
Senin, 25 Januari 2010
Jagalah Malu - MU !
OLEH : IN’AMUL MUTTAQIEN
”Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, ............
dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.” (QS. Al-Mukminuun : 1 , 5-6)
Orang yang menjaga Kemaluannya adalah orang yang memiliki Rasa MALU, karena pada Jaman sekarang banyak orang yang tidak mempunyai rasa Malu, sering menampakkan Kemaluannya. seorang yang mempunyai Sifat Malu, akan berfikir dahulu sebelum bertindak, mereka akan selalu memikirkan Akibat dan manfaat atas apa yang akan dilakukannya, apa yang terjadi jika kita melakukan ini, bermanfaatkah atau justru memalukan dirinya. Sifat malu bisa mencegah seseorang dari berlaku buruk dan maksiat kepada Allah, karena mereka selalu berfikir ke depan dalam melakukan segala sesuatu. Oleh karena itu Nabi menggolongkan sifat malu seperti ini sebagai bagian dari keimanan dalam sabdanya, "Malu adalah bagian dari iman." (HR. Muslim - Makarimul Akhlaq hal. 73).
Kembali tentang Menjaga Kemaluan, Allah Berfirman :
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. (QS. An-Nuur : 30)
Ini adalah peringatan bagi para lelaki , bahwa selain menjaga dan memelihara kemaluan kita sendiri, memelihara dari perbuatan yang hina, menjaga dari Berzina. Kita juga diwajibkan untuk menahan pandangan kita terhadap sesuatu yang tidak patut dilihat, sehingga kita tergolong menjadi orang yang suci. SUCI di Dunia dan Akhirat.
Sedang Bagi wanita, Allah juga berfirman dalam Lanjutan Ayat di atas :
“ Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. " (An-Nur : 31)
Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al Anshary Al Badry radhiallahuanhu dia berkata: Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya ungkapan yang telah dikenal orang-orang dari ucapan nabi-nabi terdahulu adalah : “Jika engkau tidak malu perbuatlah apa yang engkau suka” (Riwayat Bukhori)
Malu merupakan tema yang telah disepakati oleh para nabi dan tidak terhapus ajarannya. Malu merupakan landasan akhlak mulia dan selalu bermuara kepada kebaikan. Jika seseorang telah meninggalkan rasa malu, maka jangan harap lagi (kebaikan) darinya sedikitpun. Siapa yang banyak malunya lebih banyak kebaikannya, dan siapa yang sedikit rasa malunya semakin sedikit kebaikannya. Diantara manfaat rasa malu adalah ‘Iffah (menjaga diri dari perbuatan tercela) dan Wafa’ (menepati janji). Rasa malu merupakan cabang iman yang wajib diwujudkan.
Rasa malu merupakan perilaku yang dapat dibentuk. Karena tingkatan Malu masing-masing Insan Manusia itu berbeda-beda, contoh saja dalam hal berpakaian, Seorang Muslimah pasti akan menutupi semua Auratnya, sedang orang yang tidak mempunyai Malu justru membuka semua auratnya, memakai pakaian yang menutupi aurat, ketat yang menampakkan bagian tubuhnya, mengumbar aurat ke semua orang. Orang yang malu akan selalu IFFA’ atau menjaga diri dari perbuatan tercela, sehingga orang yang memiliki rasa Malu tidak mau untuk berbohong, Memfitnah, Mencuri, berzina, dan sejenisnya. Orang yang malu juga selalu WAFA’ atau selalu menepati Janji, karena mereka akan malu jika sampai tidak menepati janji mereka.
Orang yang Memiliki rasa malu, cenderung selalu berfikir apa yang akan dikerjakannya, memikirkan apa yang akan dikatakan orang padanya jika ia melakukan ini, dikatakan baikkah ? atau justru sebaliknya ? marilah kita menjadi manusia yang terbaik, yang selalu dikatakan / dicap baik oleh semua orang, karena jika kita selalu menjunjung tinggi rasa Malu, apa yang kita lakukan selalu berujung pada kebaikan. Andai semua orang mempunyai Rasa Malu, tentunya semua orang akan berbuat baik semua, tidak ada seorang yang akan berbuat tercela, tidak akan ada orang yang akan menghuni Penjara, semua Penjahatdi dunia ini akan Tobat.
Lain halnya dengan orang yang tidak mempunyai rasa Malu, mereka tidak tahu menahu apa yang dilakukannya, mereka berfikir “ Masa Bodoh “ atas sesuatu yang dilakukannya, sehingga mereka identik akan melakukan sesuatu yang tidak jelas, bahkan cendurung menuju keburukan, mereka tidak akan segan-segan untuk mencuri, merampok, membunuh, berzina. Mereka akan melakukan apa yang mereka suka, tidak peduli apa kata orang tentang perbuatannya. Mereka akan terus berbuat keburukan, selama tidak ada rasa Malu dalam hatinya. Oleh sebab itu, orang yang menghuni di Balik Jeruji (penjara) adalah golongan orang yang tidak Malu akan perbuatannya, orang yang tidak Malu dilihat orang bahwa dia berada di Penjara.
Nabi adam saja saaat melakukan suatu kesalahan saja, yaitu saat memakan buah Khuldi, beliau dikeluarkan dari surga, beliau tak henti-hentinya menangis selama 300 tahun. Beliau juga tidak mengangkat kepalanya ke langit kerana terlampau malu kepada Allah swt. Beliau sujud di atas gunung selama seratus tahun. Kemudian menangis lagi sehingga air matanya mengalir di jurang Serantip. Begitulah Rasa Malunya terhadap Allah swt. Lain halnya dengan kita, yang telah berulang kali melakukan kesalahan, terus menerus berbuat dosa, tapi kita tidak henti-hentinya melakukan perbuatan yang tercela tersebut, karena kita tidak mempunyai rasa Malu terhadap Allah.
Marilah kita Malu untuk melakukan KEBURUKAN. Tapi jangan sekali-kali kita Malu untuk berbuat KEBAIKAN. Karena Tidak ada rasa malu dalam mengajarkan hukum-hukum agama serta menuntut ilmu dan kebenaran . Allah ta’ala berfirman : “ Dan Allah tidak malu dari kebenaran “ (QS. Al-Ahzab : 53). Jadi, jangan sampai kita malu untuk berbuat sesuatu yang terpuji, jangan Malu untuk belajar Mengaji, untuk belajar agama. Karena, kita harus terus menerus melakukan sesuatu yang terbaik. Buang 100 % malu kita untuk melakukan kebaikan, dan tambahkan 100 % lagi pada rasa Malu kita untuk melakukan keburukan. Agar kita meninggalkan sesuatu yang buruk, atau sesuatu yang dilarang Oleh ALLAH swt. Dan terus meneruskan melakukan yang baik, atau yang diwajibkan serta diperintahkan oleh Allah.
Marilah menjadi generasi yang selalu menjaga kemaluan, Malu untuk melakukan yang buruk, Malu terhadap Allah, Malu terhadap Makhluk. Karena ketika ditanya Rasulullah tentang perkara yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka, beliau menjawab, "Mulut dan kemaluan" (HR. Tirmidzi) oleh karena itu jagalah kemaluan kita, tidak ditampakkan kepada semua orang, tidak dipergunakan untuk berzina, serta jagalah lisan kita, serta jaga pula amal perbuatan kita, ucapkkan perkataan yang baik-baik, hindarkan dari perkataan yang buruk perkataan yang menjelek-jelekan orang lain (meng-Ghibah), MARI melakukan Amal Sholeh dan Nahi Munkar. Marilah Malu dan takut untuk melakukan sesuatu yang Buruk, dan janganlah Malu dan Takut untuk Melakukan sesuatu yang baik. (imq)
”Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, ............
dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa.” (QS. Al-Mukminuun : 1 , 5-6)
Orang yang menjaga Kemaluannya adalah orang yang memiliki Rasa MALU, karena pada Jaman sekarang banyak orang yang tidak mempunyai rasa Malu, sering menampakkan Kemaluannya. seorang yang mempunyai Sifat Malu, akan berfikir dahulu sebelum bertindak, mereka akan selalu memikirkan Akibat dan manfaat atas apa yang akan dilakukannya, apa yang terjadi jika kita melakukan ini, bermanfaatkah atau justru memalukan dirinya. Sifat malu bisa mencegah seseorang dari berlaku buruk dan maksiat kepada Allah, karena mereka selalu berfikir ke depan dalam melakukan segala sesuatu. Oleh karena itu Nabi menggolongkan sifat malu seperti ini sebagai bagian dari keimanan dalam sabdanya, "Malu adalah bagian dari iman." (HR. Muslim - Makarimul Akhlaq hal. 73).
Kembali tentang Menjaga Kemaluan, Allah Berfirman :
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. (QS. An-Nuur : 30)
Ini adalah peringatan bagi para lelaki , bahwa selain menjaga dan memelihara kemaluan kita sendiri, memelihara dari perbuatan yang hina, menjaga dari Berzina. Kita juga diwajibkan untuk menahan pandangan kita terhadap sesuatu yang tidak patut dilihat, sehingga kita tergolong menjadi orang yang suci. SUCI di Dunia dan Akhirat.
Sedang Bagi wanita, Allah juga berfirman dalam Lanjutan Ayat di atas :
“ Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. " (An-Nur : 31)
Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al Anshary Al Badry radhiallahuanhu dia berkata: Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya ungkapan yang telah dikenal orang-orang dari ucapan nabi-nabi terdahulu adalah : “Jika engkau tidak malu perbuatlah apa yang engkau suka” (Riwayat Bukhori)
Malu merupakan tema yang telah disepakati oleh para nabi dan tidak terhapus ajarannya. Malu merupakan landasan akhlak mulia dan selalu bermuara kepada kebaikan. Jika seseorang telah meninggalkan rasa malu, maka jangan harap lagi (kebaikan) darinya sedikitpun. Siapa yang banyak malunya lebih banyak kebaikannya, dan siapa yang sedikit rasa malunya semakin sedikit kebaikannya. Diantara manfaat rasa malu adalah ‘Iffah (menjaga diri dari perbuatan tercela) dan Wafa’ (menepati janji). Rasa malu merupakan cabang iman yang wajib diwujudkan.
Rasa malu merupakan perilaku yang dapat dibentuk. Karena tingkatan Malu masing-masing Insan Manusia itu berbeda-beda, contoh saja dalam hal berpakaian, Seorang Muslimah pasti akan menutupi semua Auratnya, sedang orang yang tidak mempunyai Malu justru membuka semua auratnya, memakai pakaian yang menutupi aurat, ketat yang menampakkan bagian tubuhnya, mengumbar aurat ke semua orang. Orang yang malu akan selalu IFFA’ atau menjaga diri dari perbuatan tercela, sehingga orang yang memiliki rasa Malu tidak mau untuk berbohong, Memfitnah, Mencuri, berzina, dan sejenisnya. Orang yang malu juga selalu WAFA’ atau selalu menepati Janji, karena mereka akan malu jika sampai tidak menepati janji mereka.
Orang yang Memiliki rasa malu, cenderung selalu berfikir apa yang akan dikerjakannya, memikirkan apa yang akan dikatakan orang padanya jika ia melakukan ini, dikatakan baikkah ? atau justru sebaliknya ? marilah kita menjadi manusia yang terbaik, yang selalu dikatakan / dicap baik oleh semua orang, karena jika kita selalu menjunjung tinggi rasa Malu, apa yang kita lakukan selalu berujung pada kebaikan. Andai semua orang mempunyai Rasa Malu, tentunya semua orang akan berbuat baik semua, tidak ada seorang yang akan berbuat tercela, tidak akan ada orang yang akan menghuni Penjara, semua Penjahatdi dunia ini akan Tobat.
Lain halnya dengan orang yang tidak mempunyai rasa Malu, mereka tidak tahu menahu apa yang dilakukannya, mereka berfikir “ Masa Bodoh “ atas sesuatu yang dilakukannya, sehingga mereka identik akan melakukan sesuatu yang tidak jelas, bahkan cendurung menuju keburukan, mereka tidak akan segan-segan untuk mencuri, merampok, membunuh, berzina. Mereka akan melakukan apa yang mereka suka, tidak peduli apa kata orang tentang perbuatannya. Mereka akan terus berbuat keburukan, selama tidak ada rasa Malu dalam hatinya. Oleh sebab itu, orang yang menghuni di Balik Jeruji (penjara) adalah golongan orang yang tidak Malu akan perbuatannya, orang yang tidak Malu dilihat orang bahwa dia berada di Penjara.
Nabi adam saja saaat melakukan suatu kesalahan saja, yaitu saat memakan buah Khuldi, beliau dikeluarkan dari surga, beliau tak henti-hentinya menangis selama 300 tahun. Beliau juga tidak mengangkat kepalanya ke langit kerana terlampau malu kepada Allah swt. Beliau sujud di atas gunung selama seratus tahun. Kemudian menangis lagi sehingga air matanya mengalir di jurang Serantip. Begitulah Rasa Malunya terhadap Allah swt. Lain halnya dengan kita, yang telah berulang kali melakukan kesalahan, terus menerus berbuat dosa, tapi kita tidak henti-hentinya melakukan perbuatan yang tercela tersebut, karena kita tidak mempunyai rasa Malu terhadap Allah.
Marilah kita Malu untuk melakukan KEBURUKAN. Tapi jangan sekali-kali kita Malu untuk berbuat KEBAIKAN. Karena Tidak ada rasa malu dalam mengajarkan hukum-hukum agama serta menuntut ilmu dan kebenaran . Allah ta’ala berfirman : “ Dan Allah tidak malu dari kebenaran “ (QS. Al-Ahzab : 53). Jadi, jangan sampai kita malu untuk berbuat sesuatu yang terpuji, jangan Malu untuk belajar Mengaji, untuk belajar agama. Karena, kita harus terus menerus melakukan sesuatu yang terbaik. Buang 100 % malu kita untuk melakukan kebaikan, dan tambahkan 100 % lagi pada rasa Malu kita untuk melakukan keburukan. Agar kita meninggalkan sesuatu yang buruk, atau sesuatu yang dilarang Oleh ALLAH swt. Dan terus meneruskan melakukan yang baik, atau yang diwajibkan serta diperintahkan oleh Allah.
Marilah menjadi generasi yang selalu menjaga kemaluan, Malu untuk melakukan yang buruk, Malu terhadap Allah, Malu terhadap Makhluk. Karena ketika ditanya Rasulullah tentang perkara yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka, beliau menjawab, "Mulut dan kemaluan" (HR. Tirmidzi) oleh karena itu jagalah kemaluan kita, tidak ditampakkan kepada semua orang, tidak dipergunakan untuk berzina, serta jagalah lisan kita, serta jaga pula amal perbuatan kita, ucapkkan perkataan yang baik-baik, hindarkan dari perkataan yang buruk perkataan yang menjelek-jelekan orang lain (meng-Ghibah), MARI melakukan Amal Sholeh dan Nahi Munkar. Marilah Malu dan takut untuk melakukan sesuatu yang Buruk, dan janganlah Malu dan Takut untuk Melakukan sesuatu yang baik. (imq)
Langganan:
Postingan (Atom)